PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT UNTUK MENINGKATKAN
DISIPLIN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DI KELAS
DI SD NEGERI
KEMUKTEN 03 KECAMATAN KERSANA
KABUPATEN
BREBES TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Karyono
(Kepala SDN Kemukten
03 Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes)
ABSTRAK
Urgensi dari
penelitian ini adalah fakta dilapangan yang sering kita jumpai di sekolah adalah kurang
disiplinnya guru, terutama masalah kedisiplinan masuk ke dalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin
guru dalam kehadiran mengajar di kelas. Model pembinaan yang diterapkan yaitu Reward
And Punishment. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kemukten 03 Kecamatan
Kersana Kabupaten Brebes pada semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Dalam
bentuk Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus dengan urutan prosedur di mulai dari perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Keberhasilan
dalam penelitian ini ditunjukkan dengan adanya kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas pada saat
pembelajaran yaitu sebesar 75%. Hasil penelitian pada siklus 1 sebanyak 4 orang
guru atau 50% masih terlambat lebih dari 15 menit sedangkan pada siklus II
sebanyak 7 orang guru atau 87,5 % terlambat kurang dari 10 menit, sehingga
penelitian dinyatakan berhasil. Dari
hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan Reward and Punishment dapat
meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas di SD Negeri
Kemukten 03 Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci : Disiplin, Reward And Punishment
PENDAHULUAN
Usaha meningkatkan
mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, untuk mewujudkan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan, dan ketrampilan.
Untuk melaksanakan
tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar,
guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil
atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu
tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga
bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi siswanya dalam menerima
pelajaran.
Untuk meningkatkan
peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru
diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu
mengelola kelas. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik
dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia
pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Dalam informasi tentang Wawasan Wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan
sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan,
peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tangung jawab.
Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan, kedisiplinan
guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan
norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya
terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimana pun seorang guru atau
tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap
atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan
memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
Keberhasilan proses
pembelajaran sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah faktor
guru. Guru sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik tentunya akan sangat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Peranan guru selain
sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai seorang pendidik. Pendidik
adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989:44). Sehinggga
sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai
tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia
atas dasar “panggilan” yang teramat suci.
Sebagai komponen
sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun
fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun
dalam rangka pembangunan nasional kita adalah “manusia Indonesia seutuhnya”,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya
diri disiplin, bermoral dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu,
keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan.
Keteladanan guru
dapat dilihat dari perilaku guru sehari-hari baik didalam sekolah maupun diluar
sekolah. Selain keteladanan guru, kedisiplinan guru juga menjadi salah satu hal
penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar dan pendidik.
Fakta dilapangan di
guru-guru SD Negeri Kemukten 03 dijumpai kurang disiplin, terutama masalah
disiplin masuk ke dalam kelas pada saat
kegiatan pembelajaran dikelas.
Dari latar belakang
dan identifikasi di atas, di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah proses
penerapan Reward And Punishment untuk
meningkatkan disiplin guru dalam mengajar di kelas di SD Negeri Kemukten 03
Tahun Pelajaran 2015/2016?
2.
Bagaimanakah
peningkatan disiplin guru dalam mengajar di kelas di SD Negeri Kemukten 03
Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan Reward
And Punishment?
3.
Bagaimanakah
tanggapan guru terhadap kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Pengertian Reward And Punishment
Reward And Punishment sebagai metode
pembelajaran akan sangat ideal dan strategis bila digunakan sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar untuk merangsang belajar dalam kerangka mengembangkan kompetensi
guru.
Dalam
kamus bahasa Inggris, reward diartikan sebagai ganjaran atau penghargaan
(Echols,1992:485). Pengertian reward secara umum biasa diartikan sebagai hadiah
yang diberikan atau didapatkan dengan mudah, misalnya kuis. Pengertian
pemberian reward dalam pendidikan
atau metode pembelajaran dimaksudkan sebagai sebuah penghargaan yang didapatkan
melalui usaha keras, baik melaui kelompok maupun individu yang
menghasilkan prestasi. Penghargaan atas prestasi guru biasa diberikan dalam
bentuk materi dan non materi yang masing-masing sebagai bentuk motivasi
positif. Teori awal istilah reward dan
punishment merupakan satu rangkaian yang dihubungkan dengan pembahasan reinforcement yang diperkenalkan oleh
Thorndike dalam observasinya tentang trial-and
eror sebagai landasan utama reinforcement
(dorongan, dukungan). Dengan adanya reinforcement
tingkah laku atau perbuatan individu semakin menguat, sebaliknya dengan
absennya reinforcement tingkah laku tersebut semakin melemah (Sumanto,
1990:117). Dalam dunia pendidikan, reward digunakan sebagai bentuk motivasi
atau sebuah penghargaan untuk hasil atau prestasi yang baik, dapat berupa
kata-kata pujian, pandangan senyuman, pemberian tepukan tangan serta sesuatu
yang menyenangkan anak didik, misalnya pemberian insentif bagi yang telah
mendapat nilai bagus (Hurlock,1978:86). Penerapan reward di sekolah adalah bentuk motivasi yang berorientasi pada
kedisiplinan atau prestasi guru.
Pemberian penghargaan tidak
selamanya bersifat baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian
penghargaan merupakan satu hal yang bernilai positif. Armai Arief berpendapat
pada implikasi pemberian penghargaan yang bersifat negatif apabila pelaksanaan
pemberian penghargaan dipakai sebagai berikut :
Pertama, menganggap kemampuannya lebih
tinggi dari teman-temannya atau temannya dianggap lebih rendah;
Kedua, dengan pemberian penghargaan
membutuhkan alat tertentu dan biaya (Arief, 2002:128).
Selain itu diungkapkan juga bahwa
pemberian penghargaan akan bersifat positif apabila pelaksanaan penghargaan
dipakai sebagai berikut:
Pertama, guru akan berusaha mempertinggi
prestasinya;
Kedua, memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap jiwa guru yang dididik untuk melakukan perbuatan yang positif
dan bersifat progresif;
Ketiga, menjadi pendorong bagi guru lainnya
(teman) untuk mengikuti guru yang memperoleh penghargaan dari kepala sekolahnya,
baik dalam tingkah laku, sopan santun, semangat dan motivasinya dalam berbuat
yang lebih baik (Arikunto, 1990:129).
Pemberian reward pada guru akan menimbulkan perbuatan baik. Oleh karena itu, reward yang diberikan hendaknya memiliki
tiga peranan penting untuk mendidik anak dalam berperilaku:
1. Reward mempunyai nilai
mendidik.
2. Reward berfungsi sebagai
motivasi untuk mengulangi berbuat baik.
3. Reward berfungsi untuk memperkuat perilaku yang lebih baik.
Dari ketiga peran di atas, reward diharapkan mampu memberikan reinforcement pada guru untuk lebih
dihargai atas perilaku atau prestasi yang telah diraihnya. Islam mengajarkan
bahwa barang siapa yang beramal baik, maka Allah swt akan membalas dengan
setimpal. Tetapi bagi yang tidak melakukan perintah-Nya akan diberikan
peringatan dan siksaan. Dalam mencapai tujuan pendidikan, setiap lembaga
pendidikan memiliki peraturan-peraturan untuk ditaati bersama, baik bagi kepala
sekolah maupun guru sehingga tercipta kedisiplinan. Kepala sekolah dan
bimbingan konseling (BK) harus tegas terhadap guru yang tidak taat pada
peraturan tersebut dengan diberikan sebuah punishment
Menurut Ngalim Purwanto,
punishment adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja
oleh pendidik (guru) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau
kesalahan (Purwanto, 1955:186). Hukuman juga dapat diartikan pemberian sesuatu
yang tidak menyenangkan, karena seseorang tidak melakukan apa yang diharapkan.
Pemberian hukuman akan membuat seseorang menjadi kapok dan tidak akan
mengulangi yang serupa lagi. Punishment merupakan siksaan atas perilaku yang
telah diperbuat (Echols,1992:456).
Dari beberapa pernyataan di atas Reward And Punishment adalah suatu
metode yang digunakan untuk merangsang motivasi yang menjadi subjek penelitian
dengan cara memberi Reward (hadiah/
penghargaan) bagi subjek penelitian yang melakukan apa yang diharapkan serta
memberikan hukuman jika subjek penelitian itu tidak melakukan apa yang
diharapkan.
Disiplin
Disiplin
adalah sikap yang selalu tepat janji, sehingga orang lain mempercayainya,
karena modal utama dalam berwirausaha adalah memperoleh kepercayaan dari orang
lain. Disiplin berasal dari bahasa latin Discere
yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti
pengajaran atau pelatihan. Disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu “disciple” yang berarti pengikut atau
murid.
Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan
makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan
terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua
disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat
berperilaku tertib. Perkataan disiplin mempunyai arti latihan dan ketaatan
kepada aturan. Dengan melaksanakan disiplin, berarti semua pihak dapat menjamin
kelangsungan hidup dan kelancaran kegiatan belajar, bekerja, dan berusaha.
Kemauan kerja
keras yang
kita peroleh dari disiplin, akan melahirkan mental yang kuat dan tidak mudah
menyerah walaupun dalam keadaan sulit.
Macam-Macam
Kedisiplinan:
a.
Disiplin dalam Menggunakan Waktu
Maksudnya bisa menggunakan dan
membagi waktu dengan baik. Karena waktu amat berharga dan salah satu kunci
kesuksesan adalah dengan bisa menggunakan waktu dengan baik
b. Disiplin
dalam Beribadah
Maksudnya ialah senantiasa
beribadah dengan peraturan-peratuaran yang terdapat didalamnya. Kedisiplinan
dalam beribadah amat dibutuhkan, Allah SWT senantiasa menganjurkan manusia
untuk Disiplin, sebagai contoh firman Allah SWT.
c. Disiplin dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
Kedisiplinan
merupakan hal yang amat menentukan dalam proses pencapaian tujuan pendidikan,
sampai terjadi erosi Disiplin maka pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat,
diantara faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah : 1) Faktor tuntutan materi
lebih banyak sehingga bagaimana pun jalannya, banyak ditempuh untuk menutupi
tuntutan hidup 2) Munculnya selera beberapa manusia yang ingin terlepas dari
ikatan dan aturan serta ingin sebebas-bebasnya 3) Pola dan sistem pendidikan
yang sering berubah 4) Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik
menurun 5) Longgarnya peraturan yang ada.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan penerapan Reward And Punishment terdapat peningkatan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas di SD Negeri Kemukten 03 Tahun Pelajaran
2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri
Kemukten 03 Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dimulai bulan Januari sampai
dengan April 2016. Subjek penelitian Tindakan Sekolah ini adalah guru-guru SD
Negeri Kemukten 03 yang berjumlah 8 orang yang terdiri dari 6 guru kelas, 1
guru agama dan 1 guru PJOK.
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini data yang
dianalisis berupa data kuantitatif interval menggunakan skala likert. Data
tersebut bersumber dari hasil pengamatan kehadiran guru.
Untuk melengkapi kesimpulan hasil Penelitian Tindakan
Sekolah ini, diperlukan juga tanggapan guru atas kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Data mengenai tanggapan guru diperoleh dari angket yang diisi oleh guru pada
setiap tahapan siklus.
Jenis data
yang diperoleh adalah data kualitatif hasil tanya jawab dan lembar observasi tentang disiplin guru dalam kehadiran
mengajar di kelas. Hasil data
yang telah dikumpulkan di adakan verifikasi dan analisis, dari analisis data
ini peneliti dapat merefleksikan dengan melihat data observasi apakah kegiatan
yang ditetapkan dapat meningkatkan disiplin guru dalam mengajar di kelas. Hasil analisis data akan digunakan sebagai acuan dalam memberikan
tindakan pada siklus berikutnya atau menyimpulkan hasil penelitian.
Metode yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah
ini dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap,
yaitu merencanakan (planning),
melakukan tindakan (acting),
mengamati (observing), dan refleksi (reflecting).
Indikator Kinerja
Penelitian
tindakan sekolah ini berhasil bila semua guru yang dibina mampu meningkatkan kedisiplinan dalam
kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar dan memenuhi indikator yang
telah di tetapkan sebesar 75%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Temuan dari pengamatan yang dilakukan oleh kepala sekolah
adalah kurang disiplinnya guru, terutama masalah disiplin guru masuk ke dalam
kelas pada saat kegiatan pembelajaran
dikelas.
Deskripsi Siklus I
Penelitian
Tindakan Sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri Kemukten 03 Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes, yang pelaksanaannya meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Perencanaan, yang
meliputi merumuskan masalah yang akan dipecahkan solusinya, dan merumuskan tujuan
penyelesaian masalah/ tujuan menghadapi tantangan/ tujuan melakukan inovasi/
tindakan, merumuskan indikator keberhasilan, merumuskan langkah-langkah
penyelesaian, mengidentifikasi warga sekolah, mengidentfikasi pengumpulan data
yang akan digunakan, penyusunan instrumen, mengidentfikasi fasilitas yang
diperlukan,
2.
Tindakan, meliputi menyebarkan lembar pengamatan,
berkoordinasi dengan petugas piket dan rekapitulasi hasil pengamatan.
3.
Pengamatan
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar
observasi selama satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 8
orang. Selama pengamatan peneliti
dibantu atau berkolaborasi dengan kepala sekolah SD lain.
Pengamatan oleh peneliti meliputi :
(a) Kehadiran guru dikelas
(b) Tingkat keterlambatan guru
masuk kelas
(c) Waktu meninggalkan kelas
setelah selesai pelajaran
Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang
dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas.
Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada
proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Rekapitulasi Tingkat
Keterlambatan Siklus 1
Waktu Keterlambatan/ Jumlah/ Prosentase
|
||
Kurang dari 10 menit
|
Kurang dari 10-15 menit
|
Lebih dari 15 menit
|
1 guru
|
3 guru
|
4
|
62,5 %
|
37,5 %
|
|
Dari data tabel diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat keterlambatan guru masuk kelas
lebih dari 15 menit pada proses
kegiatan belajar mengajar masih tinggi yaitu 4 orang atau 50 %. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa
keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru tidak terlambat lebih
dari 10 menit. Pada siklus pertama ini guru yang tidak terlambat kurang dari 10 menit hanya 62,5 %, jadi peneliti berkesimpulan harus
diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus kedua.
4. Refleksi
Setelah
selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan
dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama.
Refleksi
dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada
siklus berikutnya.
Dari hasil
refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward
dan
Punishment yang lebih
tegas lagi daripada
siklus pertama.
Deskripsi Siklus 2
1.
Perencanaan,
Dari hasil
refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan
tindakan Reward
dan Punishment yang lebih
tegas dibandingkan dengan siklus
pertama. Peneliti merencanakan untuk
mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan guru masuk kelas
dalam proses belajar mengajar, pada kegiatan upacara bendera hari Senin. Hal
ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada semua guru pada saat refleksi
siklus pertama.
2.
Tindakan, meliputi menyebarkan seluruh pengamatan
kepada setiap ketua kelas, berkoordinasi dengan penjaga sekolah, rekapitulasi
hasil pengamatan
3.
Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan
atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi
selama satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 8 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau
berkolaborasi dengan penjaga sekolah.
Pengamatan
oleh peneliti meliputi :
(a) Kehadiran guru dikelas
(b)Tingkat keterlambatan guru masuk
kelas
(c) Waktu meninggalkan kelas setelah
selesai pelajaran
Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang
dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas.
Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada
proses belajar mengajar pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 Rekapitulasi Tingkat
Keterlambatan Siklus 2
Waktu Keterlambatan/ Jumlah/ Prosentase
|
||
Kurang dari 10 menit
|
Kurang dari 10-15 menit
|
Lebih dari 15 menit
|
7 guru
|
1 guru
|
0
|
87,5 %
|
12,5 %
|
|
Dari hasil rekapitulasi tingkat
keterlambatan guru dikelas pada proses pembelajaran diperoleh data,
sebanyak 7 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari
10 menit, 1 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit
sampai dengan 15 menit, dan tidak ada
satu orangpun guru yang terlambat masuk
kelas lebih dari 15 menit.
Dari hasil observasi pada siklus Idan
siklus II dapat dilihat ada penurunan tingkat keterlambatan guru dikelas pada
kegiatan belajar mengajar, atau terdapat peningkatan kehadiran guru dikelas.
4.
Refleksi
Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus II maka diadakan refleksi
mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus II tersebut.
Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus II dinyatakan
berhasil, karena terdapat 87,5% guru yang terlambat kurang dari 10 menit, atau
melebihi target yang telah ditentukan sebesar 75%.
Pembahasan dari Setiap Siklus
Pembahasan pada
Siklus I
Gambaran tingkat disiplin guru
dalam kehadiran mengajar di kelas pada siklus I terlihat pada grafik 1 berikut:
Grafik 1 Tingkat Kompetensi
Guru
Dari paparan grafik di atas
tingkat keterlambatan guru dalam kehadiran mengajar di kelas, terlihat bahwa
dari 8 orang guru 4 orang atau sekitar
50% masih terlambat masuk lebih dari 15 menit.
Pembahasan Pada
Siklus II
Gambaran tingkat disiplin guru
dalam kehadiran mengajar di kelas pada siklus II terlihat pada grafik 2
berikut:
Grafik 2 Grafik Keterlambatan
Siklus 2
Dari paparan grafik di atas
tingkat keterlambatan guru dalam kehadiran mengajar di kelas, terlihat bahwa
dari 8 orang guru tidak satupun yang
terlambat lebih dari 15 menit, sedangkan
yang terlambat kurang dari 10 menit meningkat menjadi 7 orang guru atau
87,5 % sehingga penelitian dinyatakan berhasil karena tingkat keberhasilan
melebihi 75%.
PENUTUP
Simpulan
1.
Reward And Punishment adalah suatu metode yang
digunakan untuk merangsang motivasi yang menjadi subjek penelitian dengan cara
memberi Reward (hadiah/ penghargaan)
bagi subjek penelitian yang melakukan apa yang diharapkan serta memberikan
hukuman jika subjek penelitian itu tidak melakukan apa yang diharapkan.
2.
Kegiatan bimbingan
melalui Reward And
Punishment sangat efektif
untuk meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas di SD Negeri
Kemukten 03.
3.
Guru memberikan
tanggapan yang baik terhadap tindakan bimbingan yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan memicu motivasi mereka untuk datang ke sekolah tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad
Sudrajat. 2010. Manfaat Prinsip dan Asas
Pengembangan Budaya Sekolah.
Amstrong.
Michael. 1991. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakrta:Ghalia Indonesia .
Anwar Prabu
Mangkunegara. 1994. Psikologi
Perusahaan. Bandung:PT. Trigenda Karya.
__________________________
2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta
Bambang
Nugroho. 2006. Reward dan Punishment.
Bulletin CiptaKarya Departemen Pekerjaan
Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006
Departemen
Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Hidayat, Sucherli. 1986. Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil Kasus
Indonesia. Jakarta:Prisma
Megawangi, Ratna. 2007. Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter.
Jakarta: Indonesian Heritage Foundation.
Syamsul Hadi.
2009. Kepemimpinan Pembelajaran, Makalah
Disampaikan pada Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam
Inovasi Pembelajaran. Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Direktorat Tenaga Kependidikan
No comments:
Post a Comment