PENERAPAN MODEL
KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI CARA MAKHLUK HIDUP MENYESUAIKAN DIRI DENGAN
LINGKUNGAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI CIGEDOG 02 KECAMATAN
KERSANA KABUPATEN BREBES TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Muko’id
(Guru SDN Cigedog 02 Kecamatan Kersana Kabupaten
Brebes)
ABSTRAK
Latar belakang
penelitian ini adalah hasil tes ulangan harian
materi cara makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan lingkungan pada peserta didik kelas VI SDN Cigedog 02
hanya 32,35% saja yang mendapat nilai di atas KKM. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI SD Negeri Cigedog
02 pada materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan. Model
pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif group
investigation. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi dan tes. Indikator keberhasilan penelitian ini
adalah pada akhir siklus 75% mencapai ketuntasan belajar. Hasil penelitian
menunjukkan pada siklus I diperoleh data bahwa rata-rata hasil belajar peserta
didik meningkat dari 64,65 pada
prasiklus menjadi 70,59 pada akhir siklus I dan 82,94 pada akhir siklus II. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif group investigation
dapat meningkatkan hasil belajar materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri
dengan lingkungan pada peserta didik kelas VI SDN Cigedog 02 Semester I Tahun
pelajaran 2015/2016.
Kata kunci : Model Kooperatif Group Investigation, Hasil
Belajar
PENDAHULUAN
Sebagai seorang
guru tentu kita selalu menghadapi berbagai persoalan pembelajaran, baik ketika
di kelas, luar kelas bahkan luar sekolah. Karena tugas sorang guru tidak hanya
mengajar melainkan ia mendidik, karena itu merupakan tugas yang paling pokok.
Menurut Dr. Muqowim (2012: Pendahuluan) mendidik adalah proses transfer nilai (Transfer of value), sedangkan mengajar
merupakan proses transfer pengetahuan (Transfer
of knowledge).
Untuk menghadapi
tantangan era globalisasi dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,
sebagaimana yang diungkapkan oleh bank dunia bahwa kemajuan suatu bangsa
ditentukan oleh sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas
salah satunya dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Bidang
pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu
negara. Oleh karena itu, perubahan dan peningkatan mutu pendidikan perlu mendapat
perhatian dari berbagai pihak, dalam hal ini pemerintah beserta seluruh pakar dan
pemerhati pendidikan.
Untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas maka harus ditopang oleh anggaran pendidikan yang
memadai, kurikulum pendidikan yang berkualitas, sarana dan prasarana yang
lengkap serta tenaga pengajar yaang juga berkualitas. Kualitas tenaga pengajar
yang dimaksud salah satunya adalah kemampuan menciptakan maupun menerapkan
metode-metode pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik lebih menguasai
mata pelajaran, khususnya bidang sains.
Sebelum mengukur
mutu pendidikan pemerintah perlu standarisasi dulu masalah fasilitas dan guru. Memang kita
lihat kenyataan di berbagai tempat banyak sekolah yang memiliki sarana dan
prasarana yang minim, guru yang mengajar tidak sesuai bidangnya atau guru yang
merangkap beberapa pelajaran karena kekurangan tenaga pengajar dan juga
laboratorium dengan fasilitas ala kadarnya. Ada pula kondisi di
beberapa sekolah yang siswanya tidak bisa membeli buku sehingga mereka menyalin
materi terlebih dahulu sebelum diterangkan guru. Keadaan ini tentu menyulitkan
daya serap siswa tersebut dan tidak memungkinkan tercapainya standar mutu
pendidikan dan sangat wajar bila nilai mereka di bawah standar.
Berdasarkan hasil tes ulangan harian materi
cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan pada peserta didik kelas
VI SDN Cigedog 02 dari 34 orang peserta didik hanya 11 orang atau 32,35% saja
yang mendapat nilai di atas KKM dengan rata-rata kelas 64,65. Hal ini
disebabkan :
1.
Guru masih terbiasa dengan gaya belajar metode ceramah dan
penugasan.
2.
Peserta didik tidak diberi
kesempatan untuk bertanya apa yang mereka tidak pahami.
3.
Pembelajaran tidak di lengkapi
media/ alat peraga
Kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik adalah
memahami materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan, karena dalam proses
belajar peserta didik seringkali hanya menggunakan setengah kemampuan otaknya
saja yaitu otak kiri. Kesulitan belajar dapat ditangani dengan berbagai model
kerjasama tim. Dalam Slavin (2009:214) menjelaskan penelitian yang paling luas
dan sukses dari metode-metode spesialisasi tugas adalah Group Investigation.
Peserta didik akan mengalami kesulitan belajar jika
antara materi dan model pembelajaran tidak bisa disajikan oleh para
pendidik. Kreativitas pendidiklah yang menentukan kualitas belajar anak didik
kita. Seharusnya dalam proses pembelajaran yang ditekankan guru adalah
bagaimana cara mempelajari materi yang dipelajari, bagaimana cara berpikir
terbaik dan paling kreatif, dan bagaimana cara memberikan tingkat pemahaman dan
daya ingat yang tinggi. Berdasarkan permasalahan di atas, menurut penulis
salah satu model pembelajaran yang dapat menangani permasalahan tersebut adalah
dengan menggunakan model kooperatif Group
Investigation. Karena dalam hal
ini kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses pembelajaran, yang
nantinya akan mendorong pembelajaran dikelas lebih maksimal.
Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah peningkatan
hasil belajar materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan pada
peserta didik kelas VI semester I SD Negeri Cigedog 02 Tahun Pelajaran
2015/2016 setelah penerapan model kooperatif group investigation?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Model Kooperatif Group Investigation
Trianto (2011:78) mengemukakan Group
Investigation atau investigasi kelompok merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan.
Sejalan dengan pendapat Trianto (2011), Hamdani (2010:90) mengemukakan
investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang
paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topic maupun cara mempelajarinya melalui investigasi.
Langkah-langkah penerapan model Group Investigation,
(Wahidin,
2006),
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)
Pemilihan Topik
2)
Perencanaan
Kooperatif
3)
Implementasi
4)
Analisis
dan Hasil Final
5)
Evaluasi
Hasil Belajar Peserta Didik
Menurut
Slameto (2003)dalam Hamdani (2010:20) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis
belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto 2003 dalam
Hamdani, 2010:20).
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi berasal
dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha. Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta
didik. (Zainal A,2011:12)
Nana sudjana (2005:39-40) mengemukakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor dari dalam diri
siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
terutama kemampuan yang dimilikinya.Factor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark
(1981) dalam Nana Sudjana (2005) bahwa hasil belajar siswa 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30%dipengaruhi oleh lingkungan.
Disamping factor kemampuan yang dimiliki siswa, juga
ada factor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, factor fisik dan psikis. Factor
tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa
jauh kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh factor tersebut terhadap hasil
belajar Nana sudjana (2005: 39 - 40).
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
1. Faktor Intern
Faktor
Intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang tergolong faktor intern adalah kecerdasan,
bakat, minat, dan motivasi.
·
Kecerdasan
atau intelegensia
adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya.
·
Bakat
adalah kemampuan tertentu yang telah
dimiliki sesorang sebagai kecakapan pembawaan.
·
Minat
adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenali beberapa kegiatan atau kecenderungan
yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu.
·
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu.
2. Faktor Ekstern
Yaitu
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang bersifat dari luar
diri siswa, yaitu keadaan keluarga, sekolah dan sekitarnya.
·
Keadaan
Keluarga dapat menentukan keberhasilan anak
dalam belajar.
·
Faktor
Guru, guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, mengolah, meneliti, dan
mengembangkan serta memberikan pelajaran kepada siswa.
·
Sumber
Belajar, merupakan faktor yang menunjang
keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar.
·
Metode
Mengajar, yaitu cara-cara yang dilakukan oleh
guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri
Salah satu kunci
hidup agar bahagia adalah ketika kita berada di tempat yang nyaman. Arti nyaman
disini bukan berarti banyak fasilitas yang memudahkan atau menunjang kehidupan
kita. Namun nyaman di sini adalah ketika kita berada pada lingkungan yang menyenangkan,
lingkungan yang sesuai dengan kita, tidak hanya tempatnya, namun juga
orang-orang yang di dalamnya, serta kebebasan dan kemampuan kita untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Itulah lingkungan sosial yang harus dibuat paling nyaman demi
terciptanya kehidupan yang damai dan sejahtera. Alasan mengapa lingkungan
sosial ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena setiap hari kita hampir
menghabiskan waktu di lingkungan ini, untuk berinteraksi dan
bersosialisasi dengan orang lain. Kita memenuhi kebutuhan sehari-hari juga
tidak lepas dari lingkungan sosial yang ada. Maka dari itu jika lingkungan
sosial kita terasan nyaman maka kita akan merasa bahagia, damai, dan tertram,
aman, sentosa.
Adaptasi yang dilakukan makhluk
hidup
Semua makhluk hidup
di dunia ini melakukan adaptasi. Adaptasi merupakan cara makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal hidupnya . Tidak hanya
manusia saja, hewan dan tumbuh-tumbuhan pun juga melakukan adaptasi bila mereka
ada di lingkungan yang bar lingkungan tertentu, atau setelah mengalami
peristiwa atau kondisi baru. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, terkait dengan keadaan alam berpengaruh dengan kondisi tubuh
atau tidak atau bagaimana cara mencari makan agar bertahan hidup, cara berkembangbiak hewan dan
lain sebagainya.
Adaptasi ini
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Jika manusia lebih dicondongkan
bagaimana membentuk sikap yang baik kepada tetangganya agar kelak diterima baik
di lingkungannya, lain halnya dengan hewan dan tumbuhan. Mereka mempunyai cara
sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup atau
mempertahankan diri dari gangguan mangsa. Adaptasi yang dilakukan hewan terkait
dengan bentuk bagian tubuh yang mereka miliki untuk mencari mangsa atau makanan
dan juga terkait dengan perlindungan diri dari gangguan-gangguan
predator-predator yang memangsanya. Begitu pula dengan tumbuhan. Tumbuhan juga
perlu menyesuaikan diri untuk bertahan hidup di lingkungan-lingkungan baru,
telebih menghadapi perubahan kondisi alam yang dapat menjadi ancaman bagi
kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan.
Macam-macam Adaptasi
Berikut adalah macam macam adabtasi dan cara
hewan beradabtasi dengan lingkungannya :
1. Adaptasi Morfologi
Morfologi ini
mempunyai arti bentuk. Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh
makhluk hidup atau bagian-bagian tubuh makhluk hidup terhadap lingkungan
tempat tinggalnya. Setiap hewan mempunyai bentuk bagian tubuh atau alat-alat
tubuh tertentu yang khas dan terkadang menjadi ciri dari hewan tersebut. Setiap
bagian bagian tubuh hewan
yang menjadi ciri khas ini tidak hanya sebagai suatu keunikan dan menjadi daya
tarik tersendiri bagi hewan tersebut. Namun bentuk yang khas ini juga mempunyai
fungsi tertentu yang mana memudahkan si hewan untuk mendapatkan mangsanya atau
makanannya, melindungi diri dari gangguan predator, dan mempertahankan diri dari
perubahan cuaca yang sering mengganggu hewan. Contoh bagian tubuh yang menjadi
yang digunakan untuk beradaptasi adalah bentuk paruh baik paruh burung maupun
unggas-unggas yang lain, bentuk kaki, bentuk kepala, bentuk ekor, maupun bentuk
bagian-bagian tubuh yang lainnya. Bentuk-bentuk anggota badan ini memudahkan
hewan untuk mencari makanannya.
Adaptasi morfologi
ini dibedakan menjadi dua, yaitu adaptasi morfologi terhadap jenis makanan, dan
adaptasi morfologi terjadap jenis habitat. Adaptasi morfologi terhadap jenis
makanan ini disebabkan karena adanya perbedaan mengenai cara mengambil dan
memperoleh makanan, serta karenan adanya perbedaan jenis makanan diantara satu
hewan dengan hewan lainnya. Sedangkan adaptasi morfologi karena perbedaan jenis
habitat terjadi karena memang ada perbedaan habitat diantara hewan maupun
tumbuhan.
2. Adaptasi fisologi
Jenis adaptasi yang kedua adalah adaptasi
fisiologi. Jika adaptasi morfologi lebih mengarah kepada bentuk tubuh atau
bagian-bagian tertentu, maka adaptasi fisiologi ini mengarah pada fungsi, yaitu
fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat tubuh
tertentu pada makhluk hidup dengan keadaan atau kondisi lingkungannya. Adaptasi
fisiologi ini memang tidak dapat dilihat langsung oleh mata, karena memang
fungsi ini sifatnya tidak dilihat namun dirasakan. Fungsi ini meliputi fungsi dari
organ-organ dalam dari tubuh makhluk hidup, seperti jantung yang disesuaikan
dengan perubahan suhu udara yang terkadang terjadi secara ekstrim, dan
sebagainya.
3. Adaptasi tingkah laku
Adaptasi yang ketiga adalah adaptasi yang berkaitan dengan perbuatan suatu
makhluk hidup, yaitu adaptasi tingkah laku. Adaptasi ini memang bukan datang
secara alami seperti dua adaptasi sebelumnya. Namun adaptasi ini lebih bersifat
pembawaan diri, yaitu tingkah laku makhluk hidup tertentu (misalnya hewan dan
tumbuhan) untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Adaptasi
tingkah laku ini lebih berkaitan dengan adaptasi untuk melindungi diri dari
serangan predator atau pemangsa. Selain untuk melindungi diri dari
predator ini, adaptasi tingkah laku juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan termasuk perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnnya. Adaptasi ini
banyak dilakukan oleh hewan maupun tumbuhan.
Contoh-contoh Adaptasi Hewan
1. Adaptasi Morfologi terhadap
jenis makanan
Bentuk paruh serta kaki burung atau unggas lainnya
· Paruh ayam berbentuk kecil dan runcing. Hal ini karena digunakan ayam untuk
mematuk berbagai jenis biji-bijian dan serangga maupun hewan-hewan yang
berukuran kecil yang menjadi makanannya.
· Paruh bebek berbentuk sudu atau menyerupai dayung, hal ini karena bebek
mencari makanan di area lumpur.
· Paruh burung elang berbentuk runcing dan agak panjang yang digunakan untuk
elang untuk mengoyak makanan yang berupa daging.
· Paruh burung pelikan berukuran besar dan mempunyai kantong di dalamnya yang
digunakan untuk menangkap ikan sebagai makanannya.
· Paruh burung kolibri berbentuk runcing, kecil dan panjang yang digunakan
untuk menghisap nektar bunga.
· Di kaki bebek terdapat selaput yang digunakan untuk mempermudah saat
berenang dan berdiri di atas lumpur.
· Ayam mempunyai kaki yang berbentuk panjang dan tegak yang digunakan ayam
utuk berjalan di darat serta menngais- ais makanan di tanah.
Bentuk mulut pada
serangga ini secara umum dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
·
Tipe mulut penusuk dan
penghisap, contoh: nyamuk
·
Tipe mulut penjilat dan
penghisap
·
Tipe mulut penghisap
·
Tipe mulut penggigit,
contoh: semut
Mamalia mempunyai bentuk gigi yang
berbeda-beda dan sistem pernapasan mamalia.
Bentuk gigi ini disesuaikan dengan bentuk makanan hewan tersebut.
·
Jenis mamalia herbivora
(pemakan rumput) dan pemamah biak (ruminansia). Jenis hewan ini mempunyai jenis
gigi seri yang berbentuk seperti kapak, fungsinya untuk menjepit dan memotong
makanan. Gigi geraham bentuknya lebar dan datar dengan rahang yang bergerak
menyamping menyebabkan makanan tergiling secara mekanis dan merata.
·
Jenis mamalia karnivora
(pemakan daging). Jenis hewan ini mempunyai gigi seri yang tajam dan gigi
taring yang kuat, besar dan runcing. Gigi gerahamnya tajam, sehingga mampu
mengunyah daging yang keras dan a lot. Hewan mamalia karnivora ini contohnya
harimau, singa, serigala, dan lain sebagainya.
·
Jenis mamalia rodentia
(pengerat). Hewan jenis ini tidak memiliki gigi taring, hanya gigi seri yang
berukuran besar yang berfungsi untuk mengerat makanannya, dan gigi geraham.
Hewan mamalia rodentia ini contohnya adalah tikus, tupai, dan kelinci.
2. Adaptasi morfologi terhadap jenis habitat
- Semua jenis ikan ini mempunyai habitat di air, baik itu air tawar maupun air laut. Air ini bersifat menekan ke segala arah sehingga ikan membutuhkan bentuk tubuh yang mempermudah ia berenang, sehingga tubuh ikan ini cenderung ramping dan aerodinamis yang memudahkan ikan bergerak bebas di air.
- Unta adalah hewan yang habitatnya di gurun pasir yang gersang dan panas. Maka dari itu bagian- bagian tubuh unta sangat membantunya melindungi diri dan bertahan hidup di habitatnya. Yaitu punuk unta yang digunakan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan dan juga lemak. Kaki unta panjang agar unta tidak terperosok di pasir. Dan di kaki unta ada bantalan yang melindungi kaki unta dari panas yang menyengat.
- Beruang kutub. Beruang kutub tinggal di daerah es atau kutub. Beruang mempunyai kaki yang besar dan lebar untuk berjalan di salju. Dan beruang mempunyai bulu tebal dan hangat untuk melindungi diri dari dinginnya suhu es.
3. Adaptasi fisiologi pada hewan
- Nyamuk adalah hewan penghisap darah, baik darah hewan lainnya maupun darah manusia. Nyamuk memiliki zat antikoagulan (anti pembeku darah). Fungsinya zat ini adalah menjaga darah yang dihisap oleh nyamuk tetap bisa cair. (baca : daur hidup nyamuk)
- Hewan herbivora memiliki jenis jenis enzim seperti enzim seluase yang berfungsi untuk mencerna daun yang mengandung banyak serat.
4. Adaptasi tingkah laku pada hewan
·
Bunglon melakukan
mimikri, yaitu menyesuaikan warna tubuh dengan lingkungannya. Hal ini berfungsi
untuk mengelabuhi musuhnya dan mengelabuhi mangsanya.
·
Cicak melakukan
autotomi, yaitu pemotongan ekor cicak saat keadaan bahaya.
·
Pinguin selalu hidup
bergerombol atau berkelompok karena pinguin hidup di daerah yang bersuhu
dingin.
- Kerbau menyukai mandi di lumpur atau di sungai dengan tujuan untuk mengurangi panas yang ada di tubuhnya.
- Burung- burung jenis tertentu akan berpindah ke daerah yang lebih hangat saat memasuki musim dingin. Dan mencari daerah yang mudah untuk mendapatkan makanan. Apabila musim dingin daerah asalnya sudah selesai maka burung tersebut akan kembali ke daerah asal.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
model kooperatif group investigation terdapat peningkatan hasil belajar pada materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan pada peserta didik kelas VI semester I SD Negeri Cigedog 02 Tahun Pelajaran 2015/2016.
model kooperatif group investigation terdapat peningkatan hasil belajar pada materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan pada peserta didik kelas VI semester I SD Negeri Cigedog 02 Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian tindakan kelas
adalah peserta didik kelas VI SD Negeri Cigedog 02 Semester I Tahun
Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 34 orang. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan
Agustus s.d September 2015 yang terbagi menjadi dua siklus dan masing-masing
siklus 2 pertemuan.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan data kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif
pengamat menggunakan lembar observasi dan data kuantitatif diperoleh dari hasil
tes formatif. Dari hasil tes formatif tersebut dapat diketahui tingkat
keberhasilan penerapan model kooperatif group
investigation dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui
proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan (acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas telah dilakukan oleh peneliti
di kelas VI SD Negeri Cigedog 02 dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas
2 pertemuan. Hal-hal yang dibahas dalam hasil penelitian yaitu hasil pengamatan
performansi guru, hasil pengamatan aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar
siswa.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran mulai dari pra
siklus, siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan yang cukup
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I diperoleh data bahwa rata-rata
hasil belajar peserta didik meningkat
dari 62,65 pada prasiklus menjadi 70,59 pada akhir siklus I dan 82,94 pada
akhir siklus II. Hasil evaluasi tersebut dapat dibuat tabel sebagai berikut:
No.
|
Nilai
|
Nilai Tiap Siklus
|
||
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
100
|
-
|
-
|
3
|
2
|
90
|
-
|
2
|
12
|
3
|
80
|
4
|
10
|
13
|
4
|
70
|
7
|
11
|
4
|
5
|
60
|
18
|
10
|
2
|
6
|
50
|
4
|
1
|
-
|
7
|
40
|
1
|
-
|
-
|
8
|
30
|
-
|
-
|
-
|
9
|
20
|
-
|
-
|
-
|
10
|
10
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
34
|
34
|
34
|
|
Nilai Rata-rata
|
64,65
|
70,59
|
82,94
|
Dari tabel di
atas dapat dibuat grafik persentase sebagai berikut:
Pembahasan dari Setiap Siklus
Berdasarkan hasil
temuan, refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor, akhirnya
dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa model kooperatif group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar materi cara makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan lingkungan pada peserta didik kelas VI SDN Cigedog 02
Semester I Tahun pelajaran 2015/2016 terbukti dengan meningkatnya rata-rata
hasil belajar tiap siklus.
Pembahasan pada
Siklus I
Pengambilan data hasil belajar
peserta didik diperoleh dari tes formatif siklus 1 setelah pembelajaran menerapkan
model kooperatif group investigation diterapkan.
Berdasarkan hasil tes 23 orang peserta didik mendapat nilai di atas KKM sedangkan
11 orang peserta didik masih di bawah KKM.
Perolehan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dalam tes formatif nilai
rata-rata kelas sebesar 70,59 dan presentase kentuntasan belajar klasikal
mencapai 67,65% Nilai Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Perolehan hasil belajar
belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar klasikal yakni 75%. Hasil refleksi
pada siklus I ini akan menjadi landasan untuk melanjutkan ke siklus II dengan
perbaikan-perbaikan penelitian agar siklus II dapat berjalan lebih baik.
Pembahasan Pada
Siklus II
Setelah dilakukan
perbaikan-perbaikan pada siklus I maka guru berusaha meningkatkan
performansinya baik dari perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran. Hasil tes
formatif siklus II mengalami peningkatan. Pencapaian nilai rata-rata kelas pada
siklus I mencapai 70,59 dan pada siklus II meningkat menjadi 82,94. Pada
pelaksanaan siklus II 94,11% peserta didik mendapat nilai di atas KKM dan hanya
2 orang saja yang belum mencapai KKM, sehingga perolehan ini sudah mencapai kriteria
yang telah ditentukan dalam indikator keberhasilan yaitu persentase ketuntasan klasikal
75%. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan
pembelajaran siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan
pembelajaran menggunakan model kooperatif group
investigation pada peserta didik kelas VI SD Negeri Cigedog 02 dapat di
simpulkan bahwa:
1. Model kooperatif group investigation adalah
segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien
menuju kepada tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Penerapan model kooperatif group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar materi cara makhluk hidup
menyesuaikan diri pada peserta didik kelas VI SD Negeri Cigedog 02 Semester 1
Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Penerapan model kooperatif group
investigation dapat merubah perilaku peserta didik menjadi lebih percaya
diri dan kerja sama dalam memahami materi cara makhluk hidup menyesuaikan diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosda
Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
Pustaka Setia
Muqowim.2012. Pengembangan Soft Skills Guru.Yogyakarta
: Pedagogia
Slavin, Rober E. 2009.Cooperative Learning. Bandung
: Nusa Media
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung
: Sinar Baru.
Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Media Grup.
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam .Bandung
: Sangga Buana.
Agus Taufiq, Hera L. Mikasa, Puji L.
Prianto. (2012). Pendidikan Anak di SD,
Jakarta: Universitas Terbuka.
M. Toha Anggoro, dkk. (2008). Metode Penelitian, Jakarta: Universitas
Terbuka.
No comments:
Post a Comment