PENINGKATAN
KOMPETENSI HASIL BELAJAR BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN KONTEKSUAL PADA
PESERTA DIDIK KELAS IV
SDN
LIMBANGAN 04 SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN
2015/2016 KECAMATAN
KERSANA KABUPTEN BREBES
Kusyati
(Guru SD Negeri Limbangan 04 Kecamatan Kersana Kabupaten
Brebes)
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran
di kelas IV SDN Limbangan 04 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi hasil belajar
peserta didik kelas IV. Penelitian di laksanakan di SD Negeri Limbangan 04
Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
kontekstual. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar
untuk data kuantitatif, dan observasi untuk data kuantitasi dan dianalisis
dengan analisis deskripsi. Keberhasilan
penelitian ditunjukkan oleh 3 indikator utama yaitu rata-rata keaktifan siswa
lebih dari 85%, ketuntasan belajar peserta didik lebih dari 85%, rerata secara
klasikal minimal 70. Hasil
penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada peserta didik kelas IV SDN
Limbangan 04 semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 jumlah peserta didik 32
menunjukkan bahwa kompetensi
peserta didik mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan hanya
5 dari 32 peserta didik yang sedikit mampu pemahaman dan penguasaan materi
bangun ruang. Setelah
tindakan pada siklus 1 yang tuntas menjadi 15
dari 32 peserta didik atau 46,87%; dengan
nilai rata-rata 65 dan pada siklus 2 yang tuntas menjadi 29 dari 32 peserta didik atau
90,62% dan nilai
rata-rata 84,06. Sedangkan tingkat aktivitas belajar peserta didik sebelum
tindakan yang aktif 43,75%, pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 68,75% pada siklus 2 meningkat menjadi 96,88%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kompetensi hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Limbangan 04 semester 2
tahun pelajaran 2015/2016.
Kata kunci : Kompetensi Hasil Belajar, Bangun Ruang, Pendekatan Kontekstual
PENDAHULUAN
Salah satu materi pada pelajaran
matematika adalah Bangun Ruang, Tujuan peserta didik diberikan materi tersebut
adalah supaya peserta didik mengenal arti bilangan pecahan, menuliskan letak
pecahan pada garis bilangan dan membandingkan dan mengurutkan bilangan pecahan.
Jika tujuan dari materi iini dapat tercapau dengan maksimal maka sangatlah
bermanfaat bagi peserta didik sebagai bekal mereka untuk melanjutkan ke jenjang
sekolah berikutnya nanti.
Pada umumnya metode yang digunakan
guru dalam penyampaian pelajaran adalah dengan menggunakan metode ekspositori,
yaitu dengan memaparkan informasi yang dianggap penting untuk siswa diawal
[elajaran, memberikan definisi dan rumus, menjelaskan contoh soal dan cara
pengerjaanya, memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa dan kemudian
memeriksa pekerjaan siswa di akhir pelajaran. Beberapa sguru merasa cocok
dengan menggunakan metode tersebut, namun jika guru mengajar dengan metode yang
sama pada setiap pertemuan maka tidak jarang akan ditemui siswa yang bosan
untuk mempelajari materi ini, terjadi penurunan aktivitas belajar yang
mengakibatkan menurunya prestasi belahar matematika siswa.
Hasil pengamatan yang dilakukan
didalam kelas saat pembelajaran matematika berlangsung, siswa kelas IV
cenderung pasif dan aktivitas belajar matematika sangatlah kurang. Hal in
terlihat dari tidak adanya respon peserta didik yang bertanya saat pembelajaran
berlangsung, jika guru bertanya tentang sejauh mana siswa memahami materi yang
mereka terima jawaban mereka hanya mengangguk tanda paham tetapi jika diberikan
soal untuk menjawab didepan kelas mereka tidak dapat menyelesaikan atau
menjawab soal tersebut.
Dari hasil pengamatan selama pembelajaran
di kelas menunjukan bahwa sebagian besar siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran matematika. Ditemukan bahwa dari 32 peserta didik kelas IV SDN
Limbangan 04, hanya 3 peserta didik yang tuntas dengan presentase sebanyak
9,37%, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 29 peserta didik dengan jumlah
presentase sebanyak 90,62%. Pembelajaran dikatakan berhasil jika presentase ketuntasan
sebanyak 85%. . Hal tersebut memerlukan suatu usaha perbaikan terhadap proses
pembelajaran di kelas IV, dengan maksud agar
terjadi peningkatan prestasi atau hasil belajar peserta didik sekaligus peningkatan
profesionalisme guru.
Jika situasi pembelajaran tersebut
dibiarkan dan tidak segera diperbaiki
oleh guru maka akan berdampak negatif terhadap prestasi belajar
matematika secara keseluruhan. Salah satu upaya guru memperbaiki hasil belajar
peserta didik dengan mengubah metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengubah metode pembelajaran dari
metode ceramah menjadi metode alat peraga.
Pencapaian hasil belajar pada mata
pelajaran Matematika yang belum sesuai
dengan apa yang diharapkan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain metode
dalam proses pembelajaran yang dipilih oleh guru kurang tepat atau penggunaan
media pembelajaran yang kurang relevan. Maka dalam proses pembelajaran
diharapkan tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru secara terus menerus,
mencatat dan menghafal, tetapi diarahkan kepada kegiatan yang lebih bermakna
seperti, bekerja kelompok, berdiskusi, dan memecahkan masalah serta
menyimpulkannya. Dengan memanfaatkan pendekatan
kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar bangun ruang diharapkan
mampu membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh peserta
didik maupun guru.
Berangkat dari kondisi tersebut di
atas, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi peserta didik maupun guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didik semakin jelas dan termotivasi
semangat belajarnya serta tidak terjadi verbalisme karena peserta didik
langsung mengalami sendiri tahapan-tahapan yang diperlukan sehingga terjadinya
suatu perubahan pola pikir yang logis dalam menghadapi suatu masalah yang
dihadapi yang akhirnya akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan
prestasi belajar peserta didik semakin meningkat sesuai dengan yang kita
harapkan.
Rumusan masalah penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimanakah proses
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
untuk meningkatkan kompetensi bangun ruang peserta didik kelas IV SD Negeri
Limbangan 04 semester II Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Bagaimanakah
peningkatan kompetensi bangun ruang pada peserta didik kelas IV SD Negeri
Limbangan 04 setelah menggunakan pendekatan kontekstual?
3. Bagaimanakah
perubahan perilaku peserta didik kelas IV SD Negeri Limbangan 04 semester II
setelah mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan pendekatan kontekstual?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Kompetensi
Kompetensi (competency) adalah kata baru dalam bahasa Indonesia yang artinya setara
dengan kemampuan. Peserta didik yang telah memiliki kompetensi mengandung arti
bahwa peserta didik telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran
yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, ia telah bisa melakukan
(psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang pada tahap
selanjutnya menjadi kecakapan hidup (lifeskill).
Inilah hakikat pembelajaran, yaitu membekali peserta didik untuk bisa hidup
mandiri kelak setelah ia dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena ia
telah memiliki kompetensi, kecakapan hidup. Dengan demikian, belajar tidak
cukup hanya sampai mengetahui dan memahami. Kompetensi
peserta didik yang harus dimilki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah
kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi,
identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis,
konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif
(pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati,
pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan
psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan
argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer,
kompetensi/kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik,
terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap
sukses individu sebesar 40 %. Adapun kompetensi lainnya yang berkenaan dengan
afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian,
sosialisasi, dan pengendalian diri disebut dengan soft skill,
yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%. Suatu informasi yang sangat penting
bagi kita semua.
Pengertian Belajar
Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya(Slameto 2003:3).
Banyak
orang beranggapan, yang dimaksud belajar adalah mencari atau menuntut ilmu.Peserta
didik belajar karena ingin mencapai hasil atau prestasi dari apa yang
dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat
WS. Winkel (1991: 36) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu
aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu
bersifat relative konstan dan berbekas.
Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya(Slameto 2003:3).
Prestasi
belajar atau hasil belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru.Prestasi belajar peserta didik dipengaruhi
oleh lingkungan di sekitar peserta didik. Lingkungan yang mendukung dan menarik
bagi peserta didikakan memberikan sumbangan positif terhadap peningkatan
prestasi belajar peserta didik.
Sedangkan I.L. Pasaribudan
B.Simanjuntak (1984:76) mengetengahkan pengertian Belajar adalah suatu
proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan perubahan kegiatan
mencakup pengetahuan kecakapan dan tingkah laku.
Dari
berbagai kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan
yang bertujuan untuk mengubah diri dan merupakan usaha yang dilakukan dengan
sadar dan selama proses belajar berlangsung diharapkan adanya perubahan yang tetap
dalam bentuk tingkah laku.
Pendekatan Kontekstual
Dalam
bahasa aslinya, pembelajaran kontekstual disingkat dengan CTL (Contextual
Teaching and Learning). Pada pendekatan ini, fasilitator pembelajaran dalam hal
ini guru harus membantu siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang
sedang dipelajarinya dengan penerapannya di dunia nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas
menjadi bermakna dan bermanfaat bagi siswa kelak. Jadi menurut pembelajaran
yang mengakomodasi pendekatan kontekstual, guru bukan sekedar mentransfer
pengetahuan. Bukan, guru bukan satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan.
Justru pengetahuan itu sebaiknya didapatkan dari beragam sumber yang
difasilitasi oleh guru dalam KBMnya. Proses pembelajaran menjadi suatu bagian
penting, tidak semata pada hasil belajar saja.
Guru
sebagai fasilitator dalam pendekatan kontekstual membantu siswa-siswa di
kelasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada kegiatan belajar, guru lebih
banyak memberikan kemudahan dan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan siswa
untuk proses belajar. Siswa akan menemukan sendiri dan menghubungkan
pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan yang telah dimilikinya,
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah kontekstual.
Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah sebuah proses
pembelajaran yang bersifat menyeluruh atau holistik. Pada pembelajaran
kontekstual, siswa dimotivasi sehingga mereka dapat memahami makna bahan pelajaran
sesuai konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural). Dengan pendekatan kontekstual, siswa akan mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan atau konteks ke permasalahan ke konteks lainnya.
Pada
pendekatan kontekstual, guru mencoba menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
kelas. Siswa diajak untuk menemukan dan membentuk hubungan-hubungan antar
pengetahuan, kemudian juga bagaimana penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Ada lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating (menghubungkan) ,
experiencing (mengalami), applying (menerapkan), cooperating (bekerja sama),
dan transferring (mentransfer). Melalui kelima strategi ini nantinya diharapkan
siswa akan mencapai standar kompetensi yang diharapkan secara maksimal.
Pendekatan
dan pembelajaran kontekstual terkait erat dengan pembelajaran aktif (active
learning). Dalam pembelajaran kontekstual, dalam hubungannya dengan
pembelajaran aktif, maka siswa harus dapat diajak untuk membangun sendiri
pengetahuannya (konstruktivisme atau
constructivism), aktif bertanya (questioning),
aktif untuk menemukan pengetahuannya atau konsep-konsep yang sedang dipelajari
(inquiri), bekerja bersama dan
belajar bersama dalam suatu masyarakat belajar (learning community), melakukan pemodelan (modeling), dan menerapkan
penilaian otentik (authentic assessment).
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
pendekatan kontekstual terdapat peningkatan kompetensi hasil belajar bangun ruang pada peserta didik kelas IV semester 2 SD Negeri Limbangan 04 Tahun Pelajaran 2015/2016.
pendekatan kontekstual terdapat peningkatan kompetensi hasil belajar bangun ruang pada peserta didik kelas IV semester 2 SD Negeri Limbangan 04 Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini
penulis mengambil tempat di SDN Limbangan 04 Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes. Waktu
untuk penelitian ini selama 3
bulan mulai bulan Februari sampai
April 2016,
pada semester genap tahun
pelajaran 2015/2016. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV
SDN Limbangan 04
Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2015/2016 jumlah siswa 32 siswa.
Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknis tes dan observasi.
Alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini ada 2 macam yaitu
butir soal dan lembar observasi.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran
dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu
merencanakan (planning), melakukan tindakan
(acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan
kegiatan perbaikan pembelajaran, guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran
pada mata pelajaran Matematika yaitu tentang bangun ruang. Dalam pembelajaran
ini guru menerapkan metode ceramah yang dipadukan dengan tanya jawab. Pada
akhir kegiatan pembelajaran guru mengadakan penilaian dengan memberikan
beberapa soal berkaitan dengan materi pelajaran,namun setelah guru melakukan
penilaian yang menyangkut materi bangun ruang ternyata hasilnya masih jauh di
bawah ketuntasan minimal. Hanya 5 dari 32 peserta didik yang sedikit mampu
pemahaman dan penguasaan materi bangun ruang.
Deskripsi Siklus 1
1. Perencanaan
Menyusun RPP, menyiapkan media pembelajaran, instrumen
observasi.
2. Tindakan
Pada
tahap ini guru mengimplementasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran I dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru
menjelaskan berbagai manfaat mengenai bangun ruang.
b. Guru
mengadakan tanya jawab tentang bangun ruang bagi kehidupan manusia kemudian menjelaskan contoh alat-alat
yang berupa bangun ruang.
c. Guru
membentuk kelompok terdiri dari 4 atau 5 anak untuk mendiskusikan materi bangun
ruang.
d. Peserta
didik merancang diskusi secara berkelompok dengan pembagian tugas yang telah disepakati bersama dalam
kelompok.
e. Guru
melakukan pembimbingan tiap kelompok untuk memperlancar kegiatan peserta didik.
f. Mendemonstrasikan
media bangun ruang.
g. Peserta
didik mendiskusikan cara media bangun ruang dalam kelompoknya.
h. Diskusi
klasikal tentang cara kerja media bangun ruang.
i.
Guru memberikan
konfirmasi terhadap hasil diskusi klasikal peserta didik.
3. Observasi (observing)
Pada tahap observasi,
teman sejawat bertindak sebagai pengamat yang selalu mencatat/merekam
kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil
pengamatan observer ini sebagai salah satu pertimbangan dalam memutuskan
tindakan yang tepat untuk menindaklanjuti kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
4. Refleksi
Hasil diskusi antara
peneliti dan pengamat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada materi
hubungan antara suhu,sifat hantaran,dan kegunaan benda cukup meningkatkan keaktifan dan prestasi
peserta didik. Namun masih ditemukan beberapa peserta didik yang kurang siap
mengikuti kegiatan pembelajaran karena tidak mempersiapkan belajar materi yang telah diinformasikan sebelumnya karena
pada pertemuan sebelumnya tidak mengikuti.
Tabel:1
Analisis Data Kuantitatif Siklus I
No
|
Skor
(S)
|
Frekuensi (F)
|
Persen
(%)
|
S x F
|
1
|
100
|
0
|
0
|
0
|
2
|
90
|
1
|
3,13
|
90
|
3
|
80
|
6
|
18,75
|
480
|
4
|
70
|
8
|
25,00
|
560
|
5
|
60
|
10
|
31,25
|
600
|
6
|
50
|
7
|
21,87
|
350
|
Jumlah
|
32
|
100
|
2080
|
|
Rata-rata nilai = ∑SF =2080 = 65,00
32
|
Tabel: 2
Analisis Data Kualitatif
Keaktifan Peserta didik Siklus I
No
|
Keaktifan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Aktif
|
8
|
25,00
|
2
|
Cukup Aktif
|
14
|
43,75
|
3
|
Kurang Aktif
|
10
|
31,25
|
Jumlah
|
32
|
100.00
|
Deskripsi Siklus II
Tindakan yang dilakukan pada siklus 2 ini merupakan pelaksanan
dari perencanaan tindakan yang telah disusun yaitu RPP yang telah
diperbaiki dan disempurnakan, sehingga kekurangan pada siklus 1 dapat
diperbaiki.
Langkah-langkah pembelajaran
pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Menyusun RPP, menyiapkan media pembelajaran, instrumen
observasi.
2. Tindakan
Pada
tahap ini guru mengimplementasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran II dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru
menjelaskan berbagai contoh nyata pemanfaatan alat yang terkait dengan bangun
ruang.
b) Guru
menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan untuk mempresentasikan dan
memprakrikkan media.
c) Guru
membentuk kelompok terdiri dari 4 - 5peserta didikuntuk berdiskusi.
d) Peserta
didik merencanakan presentasi dengan mempersiapakan alat dan bahan secara
berkelompok dengan pembagian tugas yang telah disepakati bersama dalam
kelompok.
e) Guru
melakukan pembimbingan tiap kelompok untuk memperlancar kegiatan peserta didik
dalam merencanakan persiapan presentasi.
f) Guru
bersama-sama dengan peserta didikmemberikan saran dan kritik kepada kelompok
yang telah mendemonstrasikan cara kerja media yang digunakan.
g) Peserta
didik mengamati cara kerja alat kemudian mencatat cara kerja alat yang
digunakan pada lembar kegiatan peserta didik yang disiapkan guru.
h) Pembahasan
hasil pengamatan secara klasikal dipandu oleh guru.
i)
Guru dan peserta didik
membuat kesimpulan bersama tentang cara kerja alat media yang digunakan.
2. Observasi(Observing)
Pada
tahap observasi, teman sejawat telah melakukan pengamatan terhadap proses
kegiatan pembelajaran dan mencatat hal-hal yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran, mengenai keaktifan peserta didik dalam merencanakan dan
mendemontrasikan media yang digunakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan peserta didik telah meningkat cukup signifikan. Akan tetapi
guru masih perlu meningkatkan cara mengelola waktu agar kegiatan pembelajaran
berakhir tepat pada waktu yang telah ditentukan.
4. Refleksi
Pada akhir siklus II diperoleh hasil
berupa peningkatan keaktifan dan prestasi peserta didik dalam merancang
presentasi media yangdigunakan. Pembelajaran denga mengaktifkan kelompok lebih
menantang peserta didik untuk lebih kreatif berfikir dan berpendapat.
Pembelajaran dengan melakukan presentasi
dan praktik nyata menuntut strategi khusus untuk mengelola peserta didik.
Sehingga pada siklus II ini pengelolaan waktu belum sesuai dengan alokasi waktu
yang ditentukan disebabkan guru harus membimbing sekaligus memperhatikan
aktivitas peserta didik secara umum, karena memang perlu kehati-hatian karena
alat dan bahan yang digunakan memerluan kecermatan dan kehatian-hatian yang
khusus. Namun
demikian siklus II berakhir dengan hasil yang memuaskan walaupun masih terdapat
kekurangan yakni belum diikuti pengelolaan waktu yang tepat.
Tabel:3
Analisis Data Kuantitatif
Siklus II
No
|
Skor
(S)
|
Frekuensi
(F)
|
(%)
|
S x F
|
1
|
100
|
13
|
40,6
|
1300
|
2
|
90
|
4
|
12,5
|
360
|
3
|
80
|
8
|
25,0
|
640
|
4
|
70
|
4
|
12,5
|
280
|
5
|
60
|
1
|
10
|
60
|
6
|
50
|
1
|
10
|
50
|
Jumlah
|
32
|
100
|
2690
|
|
Rata-rata nilai = ∑SF =2690 = 84,06
32
|
Tabel: 4
Analisis
Data Kualitatif Keaktifan Peserta didik Siklus II
No
|
Keaktifan
|
Frekuensi
(F)
|
(%)
|
1
|
Aktif
|
28
|
87,5
|
2
|
Cukup
Aktif
|
3
|
9,37
|
3
|
Kurang
Aktif
|
1
|
3,12
|
Jumlah
|
32
|
100.00
|
Grafik : 1
Grafik Ketuntasan Belajar Mata Pelajaran Matematika
Grafik 2
Grafik Keaktifan Peserta
didik dalam Pembelajaran Matematika
Dengan melihat grafik keaktifan peserta didik
di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :
a. Pada
tahap prasiklus 5 peserta didik dari 32 peserta didik atau 15,63 % peserta
didik aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Sedangkan
pada tahap siklus I terdapat 8 peserta didik dari 32 peserta didik atau 25,00%
peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c. Pada
siklus II terdapat 28 peserta didik dari
32 peserta didik atau 87,05% peserta didik yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Pembahasan dari Setiap Siklus
Pada prasiklus kemampuan pemahaman
peserta didik masih rendah sekali pernyataan ini dibuktikan dengan prestasi
hasil belajar yang dilaukan oleh guru kepada peserta didik, hanya 6 orang yang
mendapat ketuntasan belajar dengan pesentase sebesar 18,75, dengan nilai
tertinggi yaitu 70 dan nilai terendah 40, maka hasil presentase ketuntasanya
adalah 18,75.Dari data tersebut guru dan teman sejawat ingin memperbaiki hasil
prestasi belajar peserta didik dan keatifan peserta didik dalam mendapatkan pembelajaran rendah. Guru dan
teman sejawat berdiskusi untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada dua
siklus. Pada siklus I nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan tapi
masih dibilang rendah yaitu dengan nilai rata-rata 65,00 dengan ketuntasan sebanyak 15 orang,
sedangkan keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran hanya 5 orang saja. Guru dan teman sejawat melakukan
perbaikan pada siklus II, didalam siklus II ini hasil prestasi perserta didik
dan keaktifan peserta didik mengalami peningkatan yang signifikasn yaitu dengan
nilai rata-rata 84,06 dengan ketuntasan sebanyak 29 peserta didik yang tuntas,
begitu juga dengan keaktifan peserta didik mengalami penginkatan sebanyak 28
peserta didik yang akrif dan merespon dalam pembelajaran yang dilakukakan oleh
guru di dalam kelas.
PENUTUP
Simpulan
1. Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah sebuah proses
pembelajaran yang bersifat menyeluruh atau holistik.
2. Pendekatan Kontekstual dapat
meningkatkan kompetensi hasil belajar bangun ruang peserta
didik kelas IV SD Negeri Limbangan 04
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Pendekatan Kontekstual dapat
merubah perilaku siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2006. Kurikulum KTSP
Standar Kopetensi Mata Pelajaran Matematika Untuk SD/MI, Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri.2004. Hasil Belajardan kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Mas’ud Abdul Dahar, 2004. Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA: UNIMA
Nurhadi, 2002. Pengembangan Pembelajaran
Matematika Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Malang JICA IMSTEP
FPMIPA UPI.
Nurkencana. 2006. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Slameto. 2005. Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. font-size:100px
Suherman, 2006. Evaluasi Pembelajaran
Matematika, Bandung : JICA FPMIPA UPI.
Syamsuddin, 2003. Apa, Bagaimana dan
Mengapa CTL. Makalah disajikan pada Pelatihan Matematika bagi Guru-Guru SD Provinsi Jabar,
Bandung
http://kafeilmu.com/2011/05/definisi-pembelajaran-kontekstual-ctl.html
No comments:
Post a Comment