PENINGKATAN KOMPETENSI PENGURANGAN DENGAN MEMINJAM
MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN
MEMANFAATKAN ALAT PERAGA GELAS NILAI
TEMPAT PADA PESERTA DIDIK KELAS I
SDN LIMBANGAN 02 SEMESTER II TAHUN 2015/2016
Tugiyem
( Guru SDN Limbangan 02 Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes)
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah berdasarkan
penelitian dalam mengajar kelas 1 di SDN Limbangan 02 Kersana selama ini,
sebagian besar peserta didik kelas 1 kurang memahami soal pengurangan dengan
tehnik meminjam Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi pengurangan pada peserta didik kelas I SD Negeri Limbangan
02 Semester II Tahun 2015/2016. Metode yang digunakan yaitu metode demonstrasi
dengan memanfaatkan alat peraga gelas nilai tempat. Bentuk penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek
penelitian adalah peserta didik kelas I SDN Limbangan 02, dengan jumlah 29 peserta didik. Metode
pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar untuk data kuantitatif, dan
observasi untuk data kualitatif dan dianalisis dengan analisis deskripsi. Keberhasilan penelitian ditunjukkan oleh 3
indikator utama yaitu rata-rata keaktifan siswa lebih dari 85%, ketuntasan
belajar peserta didik lebih dari 85%, rerata secara klasikal minimal 70. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan gelas nilai
pada peserta didik kelas I SDN Limbangan 02 semester 1 tahun pelajaran 2015/2016
jumlah peserta didik 29.
Kompetensi peserta didik mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum
tindakan 20,69% peserta didik
tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas 52,41. Setelah
tindakan pada siklus 1 yang tuntas menjadi 41,38%
dengan nilai rata-rata 61,03 dan pada siklus 2 yang tuntas menjadi 89,66% dan
nilai rata-rata kelas 82,41. Sedangkan tingkat aktivitas belajar peserta didik sebelum tindakan
yang aktif 24,13%, pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 72,41% pada siklus 2 meningkat menjadi 96,55%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan gelas nilai dapat meningkatkan kompetensi operasi hitung dan bilangan pada peserta didik kelas I SDN Limbangan 02 semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci : Peningkatan, Kompetensi, Demonstrasi, Gelas Nilai
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari Matematika
berperan sangat penting untuk menyelesaikan berbagai masalah. Di dalam Matematika
operasi penjumlahan dan pengurangan memegang peranan penting, karena merupakan
dasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mempelajari matematika
lebih lanjut. Untuk mengajarkan konsep operasi penjumlahan dan pengurangan
di kelas I Sekolah Dasar harus dilakukan dengan benar.
Tujuan mengajar Matematika adalah
agar pengetahuan Matematika yang disampaikan kepada anak dapat dipahami oleh anak. Dengan demikian akan diketahui bahwa
cara mengajar yang baik akan menghasilkan hasil belajar
yang baik pula. Pada anak usia 7 – 11 tahun adalah tahapan umur anak-anak yang
akan memahami konsep Matematika yang dibantu dengan benda-benda konkrit. Untuk
itu alat peraga sangat pengting peranannya dalam membantu untuk memahami Matematika
yang bersifat abstrak.
Berdasarkan penelitian dalam
mengajar kelas 1 di SDN Limbangan 02 Kersana selama ini, sebagian besar peserta
didik kelas 1 kurang memahami soal pengurangan dengan tehnik meminjam. Maka peneliti
ingin meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pengurangan dengan
tehnik meminjam.
Rumusan masalah penelitian ini
yaitu:
1.
Bagaimanakah proses pembelajaran dengan gelas nilai untuk meningkatkan hasil belajar menyelesaikan soal
pengurangan peserta didik
kelas I SD Negeri Limbangan 02 semester II Tahun Pelajaran 2015/2016?
2.
Bagaimanakah peningkatan hasil
belajar menyelesaikan soal pengurangan pada peserta didik kelas I SD Negeri Limbangan 02
setelah memanfaatkan alat peraga gelas nilai?
3. Bagaimanakah perubahan
perilaku peserta didik kelas I SD Negeri Limbangan 02 semester II setelah
mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga gelas nilai?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Pengertian Kompetensi
Menurut
Martinis Yamin ( 2007 ) Kompetensi merupakan kemampuan yang dapat dilakukan
siswa yang mencakup tiga aspek, yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan ketrampilan ( psikomotor ). Kemampuan kognitif adalah merangsang kemampuan
berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan yang berkaitan dengan
pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan
penalaran.
Kompetensi
(competency) adalah kata baru dalam
bahasa Indonesia yang artinya setara dengan kemampuan. Peserta didik yang telah
memiliki kompetensi mengandung arti bahwa peserta didik telah memahami,
memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan
perkataan lain, ia telah bisa melakukan (psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu
yang telah dimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (lifeskill). Inilah hakikat pembelajaran,
yaitu membekali peserta didik untuk bisa hidup mandiri kelak setelah ia dewasa
tanpa tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki kompetensi,
kecakapan hidup. Dengan demikian, belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui
dan memahami.Kompetensi peserta didik yang harus dimilki selama proses dan
sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi,
analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi,
komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan
masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri,
pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati),
dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup
kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi
kontemporer, kompetensi/kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional
(akademik, terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi
terhadap sukses individu sebesar 40 %. Adapun kompetensi lainnya yang berkenaan
dengan afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan
kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri disebut
dengan soft skill, yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%.
Metode Demonstrasi
Ibrahim
(2003:106) metode demonstasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif sebab
membantu para siswa untuk memperoleh jawabab dengan mengamati suatu proses atau
peristiwa tertentu
Djamarah
(2006: 90) metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan
atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang di pelajari baik sebenarnya maupun tiuan yang sering disertai dengan penjelasan
lisan
Metode demonstasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan
bahan pelajaran, syaiful bahri Djamarah (2000).
Metode Demonstrasi Gunakan demonstrasi atau
"melakukan" metode untuk mengajarkan keterampilan. Menunjukkan,
langkah demi langkah, prosedur dalam tugas pekerjaan,
menggunakan prosedurfisik yang tepat jika memungkinkan.
Sementara menunjukkan, menjelaskan alasan
dan pentingnya setiap langkah. Agar efektif, rencana demonstrasi
sehingga Anda akan yakin untuk menunjukkan langkah-langkah dalam urutan
yang tepat dan untuk mencakup semua langkah. Jika Anda harus
memberikan demonstrasi sebelum kelompok besar atau jika peserta
mungkin akan kesulitan melihat karena ukuran peralatan yang terlibat,
gunakan perangkat diperbesar atau alat bantu pelatihan. Ketika
praktis, memungkinkan peserta untuk mengulang prosedur dalam sebuah
"tangan di atas" sesi latihan untuk memperkuat proses
belajar. Dengansegera mengoreksi kesalahan trainee 'dan memperkuat
prosedur yang tepat, Anda dapat membantu mereka belajar tugas lebih cepat.
Langkah-langkah metode demonstrasi
meliputi
1.
mengemukakan materi pelajaran dalam
kehidupan sehari-hari yang akan didemonstrasikan,
2.
memperkenalkan alat dan bahan yang
akan didemonstrasikan
3.
Pembagian kelompok siswa secara
heterogen,
4.
sebelum siswa melakukan kegiatan
demonstrasi baik secara kelompok, maka terlebih dahulu guru memberikan arahan
atau bimbingan dalam kegiatan demonstrasi, atau sebaiknya gurulah yang melakukan
demonstrasi, terlebih dahulu,
5.
Setiap kelompok siswa melaporkan
hasil kegiatan demosntrasi, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain dan
memberikan evaluasi (tes formatif) kepada siswa.
Pengertian Alat Peraga
Menurut Heinich, dkk dalam Sri
Anitah, dkk (2000:63) media merupakan
alat bantu saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara”, yaitu
perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receIer). Heinich
mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printer
materials). Lebih lanjut Schramm (Sri Anitah w, dkk) mengemukakan bahwa media
merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Sedangkan menurut Briggs (Sri Anitah W, dkk) bahwa media
adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku,
film, slide dan sebagainya.
Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana dalam
Syaiful Bahri & Drs. Aswan Zain (1995:134-135) mengemukakn fungsi media pembelajaran
menjadi enam kategori, sebagai berikut :
a)
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
bukan fungsi tambahan.
b)
Penggunaan media pengajaran merupakan bagian
yang integral dari keseluruhan situasi mengajar artinya media harus
dikembangkan guru.
c)
Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaan
integral dengan tujuan dan isi pengajaran.
d)
Penggunaan media dalam pengajaran lebih
diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru.
e)
Penggunaan media dalam pengajaran bukan
semata-mata alat hiburan, tapi untuk menarik perhatian siswa.
f)
Penggunaan
media pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Menurut Wina Sanjaya (2006:72) media
pembelajaran diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari
sudut mana melihatnya :
a) Dilihat
dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :
1. Media
audio yaitu media yang dapat didengar saja, seperti radio dan rekaman.
2. Media
visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja tanpa unsur suara.
3. Media
audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsure gambar yang biasa dilihat.
b) Dilihat dari kemampuan jangkauan, media dapat
pula dibagi ke dalam:
1. Media
yang diproyeksikan seperti film, transparansi, film strip.
2. Media
yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan.
Alat Peraga Gelas Nilai Tempat
Nilai tempat
Misal: 38
= 3 menempati tempat puluhan dan 8
menempati tempat satuan.
Pengurangan
bersusun panjang
Contoh:
48 = 40 + 8
26 = 20 +
6 -
22 = 20 + 2
Pengurangan
bersusun pendek:
Contoh: 45
Pengurangan
bersusun pendek dengan meminjam;
Contoh:
Di tempat
satuan ada 1 lidi, di tempat puluhan ada 4 lidi.
Di tempat
satuan ada 1 lidi dikurangi 9 lidi ternyata kurang. Agar dapat dikurangi maka
pinjam bilangan di depannya 1.
Puluhan
|
Di tempat
satuan semula ada 1 lidi sekarang ditambah 10 lidi maka sama dengan 11.
Kemudian 11 dikurangi 9 masih 2.
Satuan
|
Di tempat
satuan masih ada 2 dan di tempat puluhan masih ada 2.
41 → 1 + 10 = 11 – 9 = 2
19 _ → 4
dipinjam 1 = 3 diambil 1 puluhan = 2
22
Jadi 41
dikurangi 19 = 22
Berdasarkan contoh materi di atas
dapat disimpulkan bahwa alat peraga gelas nilai tempat sangat tepat untuk
menyampaikan materi pengurangan dengan meminjam karena :
- Menarik
perhatian peserta didik.
- Penyampaian
materi lebih mudah.
- Membangkitkan
kreativitas peserta didik.
- Pembelajaran
lebih menyenangkan
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
metode demonstrasi dengan memanfaatkan alat peraga gelas nilai tempat terdapat peningkatan kompetensi pengurangan dengan meminjam pada peserta didik kelas I semester II SD Negeri Limbangan 02 Tahun Pelajaran 2015/2016.
metode demonstrasi dengan memanfaatkan alat peraga gelas nilai tempat terdapat peningkatan kompetensi pengurangan dengan meminjam pada peserta didik kelas I semester II SD Negeri Limbangan 02 Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini
penulis mengambil tempat di SDN Limbangan 02 Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes. Waktu
untuk penelitian ini selama 6 bulan mulai bulan Januari sampai Juni 2016, pada
semester genap tahun
pelajaran 2015/2016. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Limbangan 02 Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2015/2016 jumlah siswa 29 siswa.
Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknis tes dan observasi.
Alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini ada 2 macam yaitu
butir soal dan lembar observasi.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran
dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu
merencanakan (planning), melakukan
tindakan (acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada akhir kegiatan
pembelajaran guru mengadakan penilaian dengan memberikan beberapa soal
berkaitan dengan materi pelajaran, namun setelah guru melakukan penilaian yang
menyangkut cara pengurangan ternyata hasilnya masih jauh di bawah ketuntasan
minimal. Hanya 3 dari 29 peserta didik yang sedikit mampu menggambarkan/ menjelaskan cara pengurangan
bilangan.
1. Peserta
didik tuntas belajar adalah 6 dari 29 peserta didik atau 20,69%;
2. Peserta
didik belum tuntas belajar adalah 23 dari 29peserta didik atau 79,31%;
3. Rata-rata
nilai secara klasikal adalah 52,41.
Melihat analisis data
prasiklus di atas maka kegagalan pembelajaran ini disebabkan karena guru dalam
menyajikan materi masih berorientasi pada teori/ konsep pengurangan dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari saja. Guru tidak menampilkan
gambar/ skema/ media yang dijelaskan oleh
guru. Penggunaan metode demonstrasi dan tanya jawab tidak cukup melibatkan
peserta didik dalam menganalisis cara berhitung pengurangan.
Deskripsi Siklus 1
1. Perencanaan
Menyusun RPP, menyiapkan media pembelajaran, instrumen
observasi.
2. Tindakan
Pada
tahap ini guru mengimplementasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran I dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru
menjelaskan berbagai
manfaat pengurangan bilangan bagi kehidupan manusia.
b) Guru
mengadakan tanya jawab
c) Guru
membentuk kelompok terdiri dari 4 atau 5 anak untuk mendiskusikan pengurangan
bilangan.
d) Peserta
didik merancang diskusi secara berkelompok dengan pembagian tugas yang telah
disepakati bersama dalam kelompok.
e) Guru
melakukan pembimbingan tiap kelompok untuk memperlancar kegiatan peserta didik mempresentasikan media Gelas
Nilai.
f) Mendemonstrasikan
cara kerja Media Gelas Nilai.
g) Peserta
didik mendiskusikan cara kerja Gelas Nilai dalam kelompoknya.
h) Diskusi
klasikal tentang cara kerja media Gelas Nilai.
i)
Guru memberikan konfirmasi
terhadap hasil diskusi klasikal peserta didik.
3. Observasi (observing)
Pada
tahap observasi, teman sejawat bertindak sebagai pengamat yang selalu mencatat/ merekam
kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan
observer ini sebagai salah satu pertimbangan dalam memutuskan tindakan yang
tepat untuk menindaklanjuti kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4. Refleksi
Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara kolaboratif
antara supervisor, teman sejawat, dan peneliti menunjukkan bahwa ketertarikan siswa kelas I (satu) dalam belajar membaca nyaring dengan
pias-pias kata mengalami peningkatan. Namun, hasil
belajar mata pelajaran Bahasa Indonesi tentang
membaca nyaring secara klasikal belum memuaskan. Dengan kesimpulan tersebut penelitian ini perlu dilanjutkan
dengan penelitian siklus
II.
Tabel:1
Analisis Data Kuantitatif Siklus I
No
|
Skor (S)
|
Frekuensi (F)
|
Persen (%)
|
S x F
|
1
|
100
|
0
|
0
|
0
|
2
|
90
|
1
|
3.45
|
90
|
3
|
80
|
3
|
10.34
|
160
|
4
|
70
|
8
|
27.59
|
560
|
5
|
60
|
11
|
37.93
|
660
|
6
|
50
|
6
|
20.69
|
300
|
Jumlah
|
29
|
100
|
1.770
|
|
Rata-rata nilai = ∑SF =1.770 = 61,03
29
|
Tabel: 2
Analisis Data Kualitatif
Keaktifan Peserta didik Siklus I
No
|
Keaktifan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Aktif
|
12
|
41,38
|
2
|
Cukup Aktif
|
9
|
31.03
|
3
|
Kurang Aktif
|
8
|
27,59
|
Jumlah
|
29
|
100
|
Deskripsi Siklus II
Tindakan yang dilakukan pada siklus 2 ini merupakan pelaksanan
dari perencanaan tindakan yang telah disusun yaitu RPP yang telah
diperbaiki dan disempurnakan, sehingga kekurangan pada siklus 1 dapat
diperbaiki.
Langkah-langkah pembelajaran
pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Menyusun RPP, menyiapkan media pembelajaran, instrumen
observasi.
2. Tindakan
Pada
tahap ini guru mengimplementasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran II dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru
menjelaskan berbagai
contoh nyata pemanfaatan alat yang terkait dengan pengurangan atau pengurangan bilangan.
b) Guru
menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan untuk mempresentasikan dan mempraktikkan media Gelas Nilai.
c) Guru membentuk
kelompok terdiri dari 4–5 peserta
untuk berdiskusi.
d) Guru
melakukan pembimbingan tiap kelompok untuk memperlancar kegiatan peserta didik
dalam merencanakan persiapan presentasi.
e) Guru
bersama-sama dengan peserta didik memberikan saran dan kritik kepada kelompok
yang telah mendemonstrasikan cara kerja media Gelas Nilai.
f) Peserta
didik mengamati cara kerja alat kemudian mencatat cara kerja alat Gelas Nilai
pada lembar kegiatan peserta didik yang disiapkan guru.
g) Pembahasan
hasil pengamatan secara klasikal dipandu oleh guru.
h) Guru dan
peserta didik membuat kesimpulan bersama tentang cara kerja alat media Gelas
Nilai.
3. Observasi(Observing)
Pada
tahap observasi, teman sejawat telah melakukan pengamatan terhadap proses
kegiatan pembelajaran dan mencatat hal-hal yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran, mengenai keaktifan peserta didik dalam merencanakan dan
mendemontrasikan media Gelas Nilai. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan peserta didik telah meningkat cukup signifikan. Akan tetapi guru
masih perlu meningkatkan cara mengelola waktu agar kegiatan pembelajaran
berakhir tepat pada waktu yang telah ditentukan.
4. Refleksi
Pada akhir siklus II diperoleh hasil berupa peningkatan
keaktifan dan prestasi peserta didik dalam merancang presentasi cara kerja
Gelas Nilai. Pembelajaran dengan
mengaktifkan kelompok lebih menantang peserta didik untuk lebih kreatif
berfikir dan berpendapat. Peserta
didik lebih mudah mendeskripsikan
cara kerja media Gelas Nilai setelah mengamati langsung cara kerja alat ini.
Tabel:3
Analisis Data Kuantitatif
Siklus II
No
|
Skor
(S)
|
Frekuensi
(F)
|
(%)
|
S x F
|
1
|
100
|
3
|
10,34
|
300
|
2
|
90
|
6
|
20,69
|
540
|
3
|
80
|
7
|
24,14
|
560
|
4
|
70
|
10
|
34,48
|
700
|
5
|
60
|
2
|
6,90
|
120
|
6
|
50
|
1
|
3,45
|
50
|
7
|
40
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
29
|
100
|
2,390
|
|
Rata-rata nilai = ∑SF =2.390 = 82,41
29
|
Adapun
peningkatan keaktifan peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel: 4
Analisis
Data Kualitatif Keaktifan Peserta didik Siklus II
No
|
Keaktifan
|
Frekuensi (F)
|
(%)
|
1
|
Aktif
|
24
|
82,76
|
2
|
Cukup
Aktif
|
4
|
13,79
|
3
|
Kurang
Aktif
|
1
|
3,45
|
Jumlah
|
29
|
100.00
|
Grafik : 1
Grafik Ketuntasan Belajar Mata Pelajaran
Matematika
Grafik 2
Grafik Keaktifan Peserta
didik dalam Pembelajaran Matematika
Dengan melihat grafik keaktifan peserta didik
di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :
a. Pada
tahap prasiklus 2 peserta didik dari 29 peserta didik atau 6,90 % peserta didik aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Sedangkan
pada tahap siklus I terdapat 12 peserta didik dari 29 peserta didik atau 41,38%
peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c. Pada
siklus II terdapat 24 peserta didik dari 29 peserta didik atau 82,75 % peserta
didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pembahasan dari Setiap Siklus
Pada siklus I, keaktifan dan respon peserta didik cukup baik akan
tetapi pada aktivitas presentasi keaktifan peserta didik masih kurang karena
masih menemui beberapa kesulitan dalam presentasi, yaitu peserta didik tidak
terbiasa berbicara di depan kelas jadi hanya ketua kelompok yang
mempresentasikan proses pengurangan bilangan dengan media gelas nilai. Peserta
didik yang sangat aktif sekitar 41,38 %.
Peserta didik yang mempunyai nilai di
atas KKM (70) sebanyak 12 peserta didik atau 41,38 %.
Selanjutnya pada siklus II,
keaktifan dan respon peserta
didik selama pembelajaran menunjukkan perubahan yang signifikan. Dalam siklus 2
ini jumlah peserta didik yang mempunyai nilai di atas KKM (70) sebanyak 26
peserta didik atau 89,66 %. Hal tersebut berarti target peneliti yaitu sebanyak
80% peserta didik lulus KKM sudah tercapai bahkan terlampaui. Keaktifan belajar
peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu 82,76% peserta didik sangat
aktif.
PENUTUP
Simpulan
1. Gelas
Nilai adalah perpaduan pemanfaatan media dengan metode belajar kelompok yang
diterapkan secara bersamaan untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Pemanfaatan
Gelas Nilai dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengurangan bilangan peserta didik kelas I SD Negeri Limbangan 02
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Pemanfaatan
Gelas Nilai dapat merubah perilaku siswa menjadi lebih aktif, senang
bekerjasama dan saling membantu terhadap sesama temannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief Abdurahman, Mulyono 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar, Jakarta : Rineka Cipta
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2002), 6.
Bahri, Jamara Syaiful. (2000). Keunggulan Metode Demonstrasi. Jakarta:
Bina Aksara.
Drs.
Syaiful Bahri & Drs. Aswan Zain.
Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta, Bhineka Cipta
(1995:134-135).
Drs.Wina
Sanjaya. Strategi
Pembelajaran. Jakarta, Nusa Indah (2006:163)
Djamarah dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka cipta
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ibrahim 2010. Perencanaan
Pengajaran Jakarta : Rineka Cipta
Martinis
Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa.
Jakarta : Gaung Persada Pers
Mulyasa.
2008. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Sanjaya
Wina Drs. Strategi
Pembelajaran. Jakarta, Nusa Indah (2006:72)
No comments:
Post a Comment