PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI LUAS SEGITIGA, PERSEGI PANJANG
DAN PERSEGI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA PESERTA
DIDIK KELAS IV SEMESTER I SD NEGERI SUTAMAJA 02 KECAMATAN
KERSANA KABUPATEN BREBES TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Riyanti
(Guru SD Negeri Sutamaja 02 Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes)
ABSTRAK
Penelitian ini
berawal dari rendahnya hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Sutamaja 02.
Hal inilah yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran discovery learning. Model Pembelajaran discovery
merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pada pentingnya pemahaman
terhadap suatu konsep dalam pembelajaran melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa yang diamati oleh observer, untuk
mengetahui hasil belajar siswa, serta kendala-kendala yang dihadapi siswa pada
saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery
di kelas IV SDN Sutamaja 02. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode deskriptif kualitatif. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sutamaja 02 dengan jumlah 20 orang
siswa. Teknik pengumpulan data yang yang digunakan adalah observasi untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa, tes untuk mengetahui hasil belajar siswa,
serta wawancara untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pada saat
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa selama
pembelajaran. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan yang diperoleh pada tiap
siklusnya. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 69 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai
85. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery
learning yang dilaksanakan dalam pembelajaran materi luas segitiga,
persegi panjang dan persegi dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
belajar peserta didik kelas IV SDN Sutamaja 02.
Kata Kunci: hasil
belajar, luas segitiga, persegi panjang, persegi, model pembelajaran discovery,
PENDAHULUAN
Matematika merupakan alat
untuk memberikan cara berpikir, menyusun pemikiran yang jelas, tepat, dan
teliti. Hudojo (2005) menyatakan, matematika sebagai suatu obyek abstrak, tentu
saja sangat sulit dicerna anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang oleh Piaget, diklasifikasikan
masih dalam tahap operasi konkret. Siswa SD belum mampu untuk berpikir formal
maka dalam pembelajaran matematika sangat diharapkan bagi para pendidik
mengaitkan proses belajar mengajar di SD dengan benda konkret.
Heruman (2008)
menyatakan dalam pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (
penemuan kembali ). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara
penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Selanjut
Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran matematika harus terdapat
keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan
diajarkan. Sehingga diharapkan pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran
menjadi lebih bermakna (meaningful), siswa tidak hanya belajar untuk
mengetahui sesuatu (learning to know about), tetapi juga belajar
melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be),
dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta bagaimana
bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together).
Dalam kaitannya dengan
pembelajaran Matematika, bagi sebagian peserta
didik matematika merupakan mata pelajaran yang
sangat menarik dan menantang. Sederetan angka yang harus diolah menggunakan
operasi matematika dianggap mudah karena jawaban yang didapat merupakan angka
pasti. Adanya rasa bangga bila mampu memecahkan suatu soal menjadi salah satu
motivasi siswa dalam menyukai pembelajaran matematika. Sedangkan bagi
sebagian siswa lagi, matematika masih merupakan salah satu mata pelajaran yang
sulit. Salah satu penyebabnya adalah penyampaian materi pembelajaran masih
monoton atau berpusat kepada guru. Siswa hanya menerima konsep, tanpa
diajak ikut serta memahami bagaimana konsep tersebut bisa terbentuk. Guru
menekankan pentingnya menghafal rumus tanpa mengajak siswa menemukan bagaimana
rumus tersebut bisa terjadi, sehingga sebagian siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika.
Salah satu materi
pembelajaran di kelas IV
adalah luas segitiga, persegi panjang dan persegi.
Peserta didik SD pada umumnya
telah mengenal bangun – bangun datar yang
ada di sekitar mereka. Mereka telah mengenal papan tulis, lukisan, dan photo yang berbentuk
sebagai bangun datar tertentu.
Pengenalan terhadap bangun-bangun itu sangat bermanfaat untuk membawa siswa
memahami lebih lanjut tentang konsep bangun-bangun datar. Setelah peserta didik memahami konsep
bangun datar, langkah selanjutnya
adalah menentukan luas bangun datar.
Agar pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan peran serta siswa, yaitu model Discovery Learning.
Model ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik tentang luas bangun datar.
Berdasarkan hasil observasi awal
yang dilakukan di SDN Sutamaja 02 diketahui bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran Matematika di
kelas IV adalah 70. Namun pada kenyataanya, masih banyak siswa yang belum mampu
mencapai KKM yang telah ditetapkan tersebut. Hasil evaluasi siswa yang
dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran materi luas segitiga, persegi
panjang dan persegi menunjukkan bahwa dari 20 orang peserta didik, 15 di
antaranya mendapatkan nilai di bawah KKM. Dan hanya 5 siswa yang mendapatkan
nilai diatas KKM. Hal ini menunjukkan sekitar 75% peserta didik tidak
mendapatkan nilai yang memenuhi KKM. Peneliti berasumsi bahwa penyebab dari
berbagai masalah di atas adalah ketidaktepatan model pembelajaran yang
digunakan pada saat pembelajaran Matematika. Dalam pembelajaran IPS dibutuhkan
penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam
pembelajaran, sehingga akan menumbuhkan minat belajar siswa dan memberikan
pengalaman nyata. Siswa tidak hanya berangan-angan dengan materi yang
disampaikan oleh guru. Dengan memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa
maka siswa akan mudah menerima materi.
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1)
Bagaimanakah penerapan model
pembelajaran discovery learning pada
materi luas segitiga, persegi panjang, dan persegi untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas IV SDN Sutamaja 02?
2)
Bagaimanakah hasil belajar
peserta didik kelas IV SDN Sutamaja 02 setelah penerapan model pembelajaran discovery learning pada materi luas
segitiga, persegi panjang, dan persegi?
3)
Bagaimanakah perilaku peserta
didik kelas IV SDN Sutamaja 02 setelah penerapan model pembelajaran discovery learning pada materi luas
segitiga, persegi panjang, dan persegi?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Pengertian Hasil Belajar
Menurut
Hamalik ( 1983 : 56 ) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perilaku yang
dapat diukur, hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standar
tertentu.
Menurut
Abdurrahman dalam Jihat (2009 : 14) bahwa” hasil belajar atau prestasi belajar adalah
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Menurut
Nasution ( 1982 : 36 ) hasil belajar hasil dari suatu intraksi tindak belajar
mengajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan
menurut Dimyati dan Mujiono ( 2000 : 36 ) hasil belajar adalah hasil yang
ditunjukan dari suatu intraksi tindak belajar dan biasanya ditunjukan nilai tes
yang diberikan guru.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran melalui penilaian keterampilan, pengetahuan, dan sikap
masing-masing golongan dapat di isi dengan kurikulum sekolah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Hasil Belajar Siswa
1. Faktor Intern
Faktor
Intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang tergolong faktor intern adalah kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi.
·
Kecerdasan atau intelegensia adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
·
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki sesorang
sebagai kecakapan pembawaan.
·
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenali beberapa kegiatan atau kecenderungan yang mantap dalam
subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu.
·
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Faktor Ekstern
Yaitu
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang bersifat dari luar
diri siswa, yaitu keadaan keluarga, sekolah dan sekitarnya.
·
Keadaan Keluarga dapat menentukan keberhasilan anak
dalam belajar.
·
Faktor Guru, guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, mengolah, meneliti, dan
mengembangkan serta memberikan pelajaran kepada siswa.
·
Sumber Belajar, merupakan faktor yang menunjang
keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar.
·
Metode Mengajar, Yaitu cara-cara yang dilakukan oleh
guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Definisi Segitiga, Persegi Panjang, dan Persegi
Pengertian Segitiga
Segitiga
adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga
buah titik sudut.
Jenis-jenis
suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan :
a. Panjang sisinya
1. Segitiga
sembarang
Segitiga
sembarang
adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang.
2. Segitiga
sama kaki
Segitiga
sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua buah sisi sama panjang.
3.
Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang
memiliki tiga buah sisi sama panjang dan tiga buah sudut sama besar.
b. Besar
sudut-sudutnya
1. Segitiga
lancip
Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga
sudutnya merupakan sudut lancip, sehingga sudut-sudut yang
terdapat pada
2. Segitiga
tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang
salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul.
3. Segitiga siku-siku
Segitiga
siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut
siku-siku (besarnya 90⁰).
c. Panjang
sisi dan besar sudutnya.
1.
Segitiga siku-siku sama
kaki
Segitiga siku-siku sama kaki adalah
segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah satu sudutnya merupakan
sudut siku-siku (90 derajat).
2. Segitiga
tumpul sama kaki
Segitiga tumpul sama kaki adalah
segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah satu sudutnya merupakan
sudut tumpul.
Pengertian Persegi Panjang
Persegi panjang
(inggris rectangle) adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh
dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan
pasangannya, dan memiliki empat buah sudut yang kesemuanya adalah sudut
siku-siku. Rusuk terpanjang disebut sebagai panjang
dan rusuk terpendek disebut sebagai
lebar
. Persegi panjang merupakan salah satu jenis bangun datar
yang berbentuk segi empat. Disekitar kita sering melihat benda yang berbentuk
persegi panjang. Misalnya meja, buku, atau bingkai foto.
Pengertian
Persegi
Persegi adalah bangun segi empat yang
memiliki empat sisi sama panjang dan empat sudut siku-siku dan dapat menempati
bingkainya dengan delapan cara.
Sifat-sifat
persegi :
1.
Semua sifat persegi panjang
merupakan sifat persegi.
2.
Suatu persegi dapat menempati
bingkainya dengan delapan cara.
3.
Semua sisi persegi adalah sama
panjang.
4.
Sudut-sudut suatu persegi dibagi
dua sama besar oleh diagonal- diagonalnya.
5.
Diagonal-diagonal persegi saling
berpotongan sama panjang membentuk sudut siku-siku.
Luas
Segitiga, Persegi Panjang, Persegi
Luas Segitiga:
Luas Persegi Panjang = panjang x lebar
Luas Persegi = sisi x sisi
Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir (sintak pembelajaran) yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
(Julianto, 2010:1). Adapun Soekamto (dalam Trianto, 2007:5)
mengemukakan maksud dari model pembalajaran adalah: “Kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar”. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran
tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya.
Ditinjau dari arti katanya, “discover” berarti menemukan dan “discovery”
adalah penemuan (Ahmadi, 1997:76). Robert B (dalam Ahmadi, 1997:76) menyatakan bahwa
“discovery adalah proses mental dimana anak/individu
mengasimilasi konsep dan prinsip”. Jadi seorang siswa dikatakan melakukan “discovery”
bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip.
Proses-proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan,
mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan. Metode penemuan (discovery)
diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi objek, dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada
generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan
dengan kata-kata (Suryosubroto, 2002:192).
Dalam kaitannya dengan pendidikan, Oemar Malik (dalam Takdir, 2012:29)
menyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep yang dapat
diterapkan di lapangan. Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan
bahwa discovery merupakan suatu
model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme.
Dimana model ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap suatu konsep
dalam pembelajaran melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Takdir Mohammad (2012:70) mengemukakan beberapa kelebihan
belajar-mengajar dengan discovery, yaitu: 1)
Dalam penyampaian bahan
discovery, digunakan kegiatan dan pengalaman langsung. Kegiatan dan
pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan
pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna; 2)
Discovery strategy lebih
realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak didik dapat bekerja langsung
dengan contoh-contoh nyata; 3) Discovery
strategy merupakan suatu
model pemecahan masalah. Para anak didik langsung menerapkan prinsip dan
langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui strategi ini mereka mempunyai
peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah sehingga dapat
berguna dalam menghadapi kehidupan di kemudian hari; 4) Dengan sejumlah transfer secara langsung,
maka kegiatan discovery strategy akan
lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang
berkenaan dengan aktivitas pembelajaran; 5)
Discovery strategy
banyak memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk terlibat
langsung dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan
uraian di atas model pembelajaran discovery
learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme dengan menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap
suatu konsep dalam pembelajaran melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning
Berikut ini
langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery
learning di kelas.
Langkah
Persiapan Metode Discovery Learning:
1. Menentukan tujuan
pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi
karakteristik siswa peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa peserta didik secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa peserta didik
6. Mengatur topik-topik pelajaran
dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan
hasil belajar siswa peserta didik.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
model pembelajaran discovery learning terdapat peningkatan hasil belajar pada materi luas segitiga, persegi panjang, dan persegi. pada peserta didik kelas IV semester I SD Negeri Sutamaja 02 Tahun Pelajaran 2014/2015.
model pembelajaran discovery learning terdapat peningkatan hasil belajar pada materi luas segitiga, persegi panjang, dan persegi. pada peserta didik kelas IV semester I SD Negeri Sutamaja 02 Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
pembelajaran di kelas. Guru terlibat langsung mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi,
dan refleksi.
PTK dilaksanakan sesuai siklus yang sudah
direncanakan. Dalam penelitian ini, penulis sebagai guru pelaksana
sekaligus peneliti yang bertanggungjawab
penuh
atas penelitian ini. Peneliti bekerja sama dengan teman sejawat yaitu guru kelas V sebagai teman
sejawat yang memberikan masukan terhadap pelaksanaan penelitian
tindakan kelas.
Subjek penelitian tindakan kelas adalah peserta didik kelas IV SD Negeri Sutamaja
02 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 orang. Penelitian ini
dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Oktober s.d Desember 2014 yang terbagi
menjadi dua siklus dan masing-masing siklus 2 pertemuan.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan data kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif
pengamat menggunakan lembar observasi dan data kuantitatif diperoleh dari hasil
tes formatif. Dari hasil tes formatif tersebut dapat diketahui tingkat
keberhasilan penerapan model pembelajaran discovery
learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui
proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan (acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting).
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkannya, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilah-milah yang penting dan kurang
penting, dan menyimpulkan (Sugiyono,2009).
Lembar observasi guru dibuat berdasarkan kriteria guru
dalam melaksanakan pembelajaran melalui model pembelajaran discovery
learning.
Indikator Kinerja
Penelitian ini dinyatakan
berhasil apabila
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery
Learning dapat
meningkatkan jumlah siswa yang menguasai dan memahami lebih baik kompetensi luas segitiga,
persegi panjang, dan persegi. Pemahaman dan penguasaan
kompetensi peserta didik ditunjukkan oleh meningkatnya prestasi belajar siswa. Target
peningkatan yang hendak dicapai sekurang-kurangnya 20% dari kondisi awal
(sebelum pelaksanaan tindakan kelas).
Keberhasilan yang ingin
dicapai adalah pada akhir penelitian jumlah peserta didik kelas IV yang menguasai materi luas segi tiga,
persegi panjang, dan persegi, sebagaimana
ditunjukkan oleh tiga
indikator utama yaitu :
1. Rata-rata
keaktifan siswa lebih dari 85 %.
2. Ketuntasan
belajar peserta didik lebih dari 85 %.
3. Rerata
secara klasikal minimal 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam memahami materi luas segitiga, persegi panjang, dan persegi dengan
menerapkan model pembelajaran discovery learning sudah
sesuai dengan harapan peneliti karena
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tidak hanya dalam
proses pembelajaran secara individu
melainkan
juga
motivasi belajar siswa
dalam
belajar
mengalami
peningkatan yang dibuktikan dengan kenaikan dalam
skor hasil belajar. Guru tidak lagi sebagai
sumber otoritas ilmu di lapangan yang langsung memberi melainkan
sebagai
sumber fasilitator dan
motivator
bagi siswa (Permendiknas no 41 th 2007).
Penelitian tindakan kelas telah dilakukan oleh peneliti
di kelas IV SD Negeri Sutamaja 02 dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas
2 pertemuan. Hal-hal yang dibahas dalam hasil penelitian yaitu hasil pengamatan
performansi guru, hasil pengamatan aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar
siswa.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran mulai dari pra
siklus, siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan yang cukup
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I diperoleh data bahwa rata-rata
hasil belajar peserta didik meningkat dari 58,5 pada
prasiklus menjadi 69 pada akhir siklus I dan 85 pada akhir siklus II. Hasil
evaluasi tersebut dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 1 Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Tiap Siklus
No.
|
Nilai
|
Nilai Tiap
Siklus
|
||
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
100
|
-
|
-
|
3
|
2
|
90
|
-
|
1
|
8
|
3
|
80
|
2
|
6
|
5
|
4
|
70
|
3
|
5
|
4
|
5
|
60
|
8
|
6
|
|
6
|
50
|
4
|
2
|
-
|
7
|
40
|
3
|
-
|
-
|
8
|
30
|
-
|
-
|
-
|
9
|
20
|
-
|
-
|
-
|
10
|
10
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
20
|
20
|
20
|
|
Nilai Rata-rata
|
58,5
|
69
|
85
|
Dari tabel di
atas dapat dibuat grafik persentase sebagai berikut:
Grafik 1 Perbandingan Rata-Rata Klasikal Tiap Siklus
Pembahasan dari Setiap Siklus
Berdasarkan hasil
temuan, refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor, akhirnya
dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
hasil belajar materi luas segitiga, persegi panjang dan persegi pada peserta
didik kelas IV SDN Sutamaja 02 Semester I Tahun pelajaran 2014/2015 terbukti
dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar tiap siklus.
Pembahasan pada Siklus I
Pengambilan data hasil belajar
peserta didik diperoleh dari tes formatif siklus 1 setelah pembelajaran menerapkan
model pembelajaran discovery learning
diterapkan. Berdasarkan hasil tes 12 orang peserta didik mendapat nilai di atas
KKM sedangkan 8 orang peserta didik masih di bawah KKM. Perolehan hasil belajar
siswa menunjukkan bahwa dalam tes formatif nilai rata-rata kelas sebesar 69 dan
presentase kentuntasan belajar klasikal mencapai 60% Nilai Ketuntasan Minimal
(KKM) 70. Perolehan hasil belajar belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar
klasikal yakni 85%. Hasil refleksi pada siklus I ini akan menjadi landasan
untuk melanjutkan ke siklus II dengan perbaikan-perbaikan penelitian agar
siklus II dapat berjalan lebih baik.
Pembahasan Pada
Siklus II
Setelah dilakukan
perbaikan-perbaikan pada siklus I maka guru berusaha meningkatkan
performansinya baik dari perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran. Hasil tes
formatif siklus II mengalami peningkatan. Pencapaian nilai rata-rata kelas pada
siklus I mencapai 69 dan pada siklus II meningkat menjadi 85. Pada pelaksanaan
siklus II 100% peserta didik mendapat nilai di atas KKM, sehingga perolehan ini
sudah mencapai kriteria yang telah ditentukan dalam indikator keberhasilan
yaitu persentase ketuntasan klasikal 85%.
Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery
learning materi luas segitiga, persegi panjang, dan persegi pada peserta
didik kelas IV SD Negeri Sutamaja 02 dapat di simpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme dengan
menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap suatu konsep dalam pembelajaran
melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
2. Penerapan model pembelajaran discovery
learning dapat meningkatkan hasil belajar materi luas segitiga, persegi
panjang, dan persegi pada peserta didik kelas IV SD Negeri Sutamaja 02 Semester
1 Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Penerapan model pembelajaran discovery
learning dapat merubah perilaku peserta didik menjadi lebih percaya diri
dalam menyelesaikan soal materi luas segitiga, persegi panjang dan persegi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu
dan Tri Joko Prasetya. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Arikunto
Suharsimi, Suhardjono, Supardi. (2008). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Baharuddin
dan Wahyuni Nur. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Dimyati dan
Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Julianto,
Suprayitno & Supriyono. (2011). Teori dan Implementasi Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Unesa University Press.
Kunandar.
2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta:
Raja
Grafindo Persada. Roestiyah. (1998). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana
Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
Suryosubroto.
(2002). Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Takdir
Mohammad Ilahi. (2012). Pembelajaran
Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Jogjakarta: DIVA Press.
Trianto.
2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
No comments:
Post a Comment