PENINGKATAN KOMPETENSI
MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA PESERTA DIDIK KELAS I SD NEGERI LIMBANGAN 01 SEMESTER II TAHUN
2015/2016
Sudariyah
(Guru SD Negeri Limbangan 01 Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes)
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah kemampuan
membaca nyaring siswa SDN Limbangan 01 belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal yang di tetapkan yaitu sebesar 70. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi membaca nyaring pada
peserta didik kelas I SD Negeri Limbangan 01. Alat bantu yang digunakan yaitu
media pias-pias kata. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data
menggunakan tes hasil belajar untuk data kuantitatif, dan observasi untuk data
kuantitasi dan dianalisis dengan analisis deskripsi. Keberhasilan penelitian ditunjukkan oleh 3
indikator utama yaitu rata-rata keaktifan siswa lebih dari 85%, ketuntasan
belajar peserta didik lebih dari 85%, rerata secara klasikal minimal 70. Hasil penelitian dengan menggunakan pias-pias
kata pada peserta didik kelas I SDN Limbangan 01 semester 1 tahun pelajaran
2015/2016 jumlah peserta didik 20 menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik mengalami
peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan 25,00% peserta didik tuntas belajar dengan
nilai rata-rata kelas 54,50. Setelah
tindakan pada siklus 1 yang tuntas menjadi 35,00%
dengan nilai rata-rata 59,50 dan pada siklus 2 yang tuntas menjadi 90,00% dan
nilai rata-rata kelas 76.00. Sedangkan tingkat aktivitas belajar peserta didik sebelum tindakan
yang aktif 40,00%, pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi 80,00% pada siklus 2 meningkat menjadi 95,00%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui media pias-pias kata dapat meningkatkan kompetensi membaca nyaring pada peserta didik kelas I SDN Limbangan 01semester 1
tahun pelajaran 2015/2016.
Kata kunci : Peningkatan, Kompetensi, Membaca nyaring
PENDAHULUAN
Pembelajaran
membaca di kelas I merupakan pembelajaran membaca tahap awal, salah
satuya adalah membaca nyaring. Kemampuan membaca nyaring siswa SDN Limbangan 01
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang di tetapkan yaitu sebesar 70.
Dari hasil ulangan diperoleh nilai rata-rata kelas hanya 54,50, ini suatu bukti bahwa prestasinya masih
rendah. Hal tersebut memerlukan suatu usaha perbaikan terhadap proses
pembelajaran di kelas I, dengan maksud agar terjadi peningkatan prestasi atau hasil
belajar peserta didik sekaligus peningkatan profesionalisme guru. Dari 20 siswa
kelas I SDN Limbangan 01, Nilai rata-rata yang dicapai adalah 54,50, dengan rincian 5 siswa mendapatkan
nilai 70, 4 siswa mendapat nilai 60, 6 siswa mendapat nilai 50, 5 siswa mendapat nilai
40 dan aktivitas belajar peserta didik rendah.
Setelah
peneliti mencermati ternyata siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran membaca nyaring. Hal ini disebabkan oleh guru yang dalam
pembelajaran membaca nyaring sering menggunakan metode ceramah, dan
belum menggunakan metode, sehingga siswa mendapat pemahaman yang masih abstrak
Upaya
meningkatkan kemampuan membaca nyaring merupakan kebutuhan yang mendesak untuk
dilakukan. Langkah yang peneliti tempuh adalah menyediakan alat peraga konkret
yaitu media pias-pias kata. Media pias-pias kata dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat memberikan pengalaman konkret,
meningkatkan motivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap siswa serta
siswa dapat memusatkan perhaiannya dalam belajar.
Rumusan masalah penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimanakah proses
pembelajaran dengan pias-pias kata untuk
meningkatkan kompetensi membaca nyaring peserta
didik kelas I SD Negeri Limbangan 01 semester II Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Bagaimanakah
peningkatan kompetensi membaca nyaring peserta
didik kelas I SD Negeri Limbangan01 setelah memanfaatkan pias-pias
kata?
3. Bagaimanakah
perubahan perilaku peserta didik kelas I SD Negeri Limbangan 01 semester II setelah
mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan pias-pias
kata?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Kompetensi
Menurut
Martinis Yamin ( 2007 ) Kompetensi merupakan kemampuan yang dapat dilakukan
siswa yang mencakup tiga aspek, yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan
(psikomotor). Kemampuan kognitif adalah merangsang kemampuan berfikir,
kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
Kompetensi
(competency) adalah kata baru dalam
bahasa Indonesia yang artinya setara dengan kemampuan. Peserta didik yang telah
memiliki kompetensi mengandung arti bahwa peserta didik telah memahami,
memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan
lain, ia telah bisa melakukan (psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang
telah dimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (lifeskill). Inilah hakikat pembelajaran,
yaitu membekali peserta didik untuk bisa hidup mandiri kelak setelah ia dewasa
tanpa tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki kompetensi,
kecakapan hidup. Dengan demikian, belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui
dan memahami.Kompetensi peserta didik yang harus dimilki selama proses dan
sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi,
analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi,
komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan
masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri,
pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif,
empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup
kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer,
kompetensi/kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik,
terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap
sukses individu sebesar 40 %. Adapun kompetensi lainnya yang berkenaan dengan
afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian,
sosialisasi, dan pengendalian diri disebut dengan soft skill,
yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%.
Menurut Nasution ( 1982 : 2 )
belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman sendiri. Belajar adalah
suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
perubahan sebagai hasil proses belajar dapat di tunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu
belajar ( Sujana, 1989 : 5 ).
Menurut R.Gagne seperti yang dikutip oleh Slameto dalam
bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi
belajar, yaitu:
1. Belajar adalah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah
laku.
2. Belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Pengertian Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan
alat bagi guru, siswa, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang” (Henry Guntur
Tarigan, 2008: 23). Dalam membaca nyaring, proses membaca dilakukan dengan menyuarakan lambang-lambang tertulis yang ada pada bacaan. Kasihani K.E. Suyanto (2007: 64) menjelaskan bahwa
“membaca nyaring (reading aloud) dimaksudkan untuk melatih agar
siswa dapat membaca dengan
pelafalan atau ucapan yang benar”.
Dalam kegiatan membaca nyaring tidak hanya menyuarakan lambang-lambang
tertulis yang ada pada bacaan, akan tetapi juga harus memperhatikan aspek-aspek yang harus dikuasai dalam membaca nyaring. Yuli Astri Puspita
Sari (2013: 4) mengemukakan bahwa “membaca nyaring merupakan kegiatan
yang dilakukan dengan vokal yang keras dan jelas. Keras di sini dalam arti
tidak sampai berteriak-teriak. Hal ini dimaksudkan
supaya orang lain
mengetahui apa yang kita baca. Dalam membaca nyaring harus memperhatikan intonasi, lafal dan jeda. Selain itu, harus
bisa berekspresi sesuai isi teks yang dibaca”.
Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Pada membaca
permulaan tekanan ada pada
kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf, pada membaca nyaring atau membaca bersuara
difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau
intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca. Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka murid
akan mengalami kesulitan
pada waktu membaca
dalam hati atau membaca intensif. Mereka hanya bisa
membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan.
Proses membaca dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 23), ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca
waktu dia membaca, proses
membaca dapat dibagi atas:
a) membaca nyaring, membaca bersuara, dan membaca lisan (reading out loud, oral
reading, reading aloud),
dan
b) membaca dalam hati (silent reading).
Pelajaran membaca
pada kelas-kelas yang lebih tinggi lebih mengutamakan aspek pemahaman. Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca.
Siswa harus dapat membaca wacana dengan lancar, bukan hanya
membaca kata-kata
ataupun mengenali huruf-huruf yang tertulis.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca
nyaring pada hakikatnya adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan lambang-lambang tertulis (huruf, suku kata, kata/frase, kalimat)
dengan memperhatikan aspek-aspek kemampuan membaca nyaring (lafal, intonasi,
jeda, tanda baca) agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi
serta memahami makna yang terkandung dalam
suatu bacaan tersebut.
Manfaat Membaca Nyaring
Kegiatan yang paling penting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berbahasa siswa memerlukan membaca nyaring. Program
yang kaya dengan membaca nyaring dibutuhkan untuk semua siswa
karena membantu siswa memperoleh fasilitas menyimak, memperhatikan
sesuatu secara lebih baik, memahami suatu cerita, mengingat secara
terus-menerus pengungkapan kata-kata, serta mengenali kata-kata baru yang muncul dalam konteks lain.
Selain itu, manfaat
membaca nyaring tidak hanya dirasakan oleh siswa
tetapi juga dapat dirasakan oleh guru. Seperti yang dikemukakan oleh Harris dan
Sipay, 1980 (melalui Farida Rahim, 2009: 124) bahwa membaca bersuara
mengonstribusikan seluruh perkembangan siswa dalam
banyak cara, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang cepat dan valid
untuk mengevaluasi
kemajuan keterampilan membaca yang utama,
khususnya pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan
pengajaran yang spesifik.
b. Membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan untuk
pembaca dan bagi yang mendengar untuk meningkatkan keterampilan
menyimaknya.
c. Membaca nyaring juga bisa melatih
siswa untuk mendramatisasikan cerita
dan memerankan pelaku yang terdapat
dalam cerita.
d. Membaca nyaring menyediakan suatu media dimana guru dengan bimbingan yang bijaksana, bisa bekerja untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, terutama lagi dengan siswa yang pemalu.
Kegiatan membaca nyaring memang memiliki banyak manfaat, khususnya bagi siswa. Gruber, 1993 (melalui Farida Rahim, 2009: 125) mengemukakan lebih rinci manfaat dan pentingnya membaca nyaring untuk siswa adalah sebagai
berikut
:
a. Memberikan contoh kepada
siswa proses membaca secara positif.
b. Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakatanya.
c. Memberi siswa informasi baru.
d. Mengenalkan kepada siswa dari
aliran
sastra yang berbeda-beda.
e. Memberi siswa kesempatan menyimak menggunakan daya
imajinasinya.
Pengertian Media
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu
yang ada di lingkungan siswa yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan berupa bahan pelajaran, sehingga dapat
merangsang belajar
siswa dan mengefektifkan proses
pembelajaran.
Media Pias-Pias Kata
Pias-Pias
kata adalah tiap satu helai berisi satu kata. Media pias-pias kata dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengalaman kongkrit,
meningkatkan motivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap serta siswa
dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar. Melalui penggunaan media pias-pias
kata diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas dari pelajaran Bahasa
Indonesia dapat memberi pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar sehingga
hasilnya akan lebih baik.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
media pias-pias kata terdapat peningkatan kompetensi membaca nyaring pada peserta didik kelas I semester II SD Negeri Limbangan 01 Tahun Pelajaran 2015/2016.
media pias-pias kata terdapat peningkatan kompetensi membaca nyaring pada peserta didik kelas I semester II SD Negeri Limbangan 01 Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini
penulis mengambil tempat di SDN Limbangan 01 Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Waktu untuk penelitian
ini selama 6 bulan mulai bulan Januari sampai Juni 2016, pada semester genap tahun pelajaran
2015/2016. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Limbangan 01 Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2015/2016 jumlah siswa 20 siswa.
Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknis tes dan observasi.
Alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini ada 2 macam yaitu
butir soal dan lembar observasi.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran
dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu
merencanakan (planning), melakukan
tindakan (acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kurang bergairah khususnya
untuk Kompetensi Dasar 3.1. Membaca Nyaring Suku Kata dan Kata dengan Lafal yang Tepat Belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ditetapkan 70. Nilai rata-rata yang dicapai dari 20 siswa adalah 54,50, 5 siswa mendapatkan nilai 70, 4 siswa mendapat nilai 60, 6 siswa mendapat nilai 50, 5 siswa mendapat nilai
40.
Melihat analisis data
prasiklus di atas maka kegagalan pembelajaran ini disebabkan karena guru dalam
menyajikan materi masih berorientasi pada teori/konsep saja sehingga belum ada
gambaran jelas mengenai bukti nyata pemanfaatan media membaca nyaring. Guru belum menggunakan alat peraga pias-pias kata. Penggunaan metode ceramah dan
tanya jawab tidak cukup melibatkan peserta didik dalam pembelajaran. Guru tidak memberi kesempatan luas kepada
peserta didik untuk memahami lebih jelas tentang media.
Deskripsi Siklus 1
1. Perencanaan
Menyusun RPP, menyiapkan media pembelajaran, instrumen
observasi.
2. Tindakan
Pada
tahap ini guru mengimplementasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran I dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa menyanyikan lagu “balonku” dan “kebunku” sambil
tepuk tangan.
b. Guru menyuruh
siswa menghitung warna balon
dan bunga
c. Guru menempelkan pias-pias
kata
d. Guru meminta siswa untuk menyebutkan benda-benda lain
yang mempunyai warna
e. Siswa
menyebutkan
benda
lain yang mempunyai warna
f. Siswa mengamati terhadap objek
yaitu kartu huruf
yang ditempel di papan
tulis.
g. Guru memberi
contoh dalam membaca nyaring.
h. Siswa membaca nyaring bacaan “balonku” dengan kata yang jelas dan
lafal yang
tepat
secara bersama-sama.
i.
Siswa maju satu persatu membaca nyaring dengan
ketentuan-ketentuan tersebut
j.
Guru membetulkan bacaan siswa yang belum betul
k. Siswa
berpasangan menggeser kata yang telah diacak.
3. Observasi (observing)
Hal-hal diobservasi oleh kepala sekolah atau supervisor adalah tentang kegiatan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran membaca nyaring dengan menggunakan pias-pias kata pada saat
pra pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Hasil pengamatan terhadap
kegiatan pembelajaran siklus I menunjukkan adanya peningkatan aktifitas peserta
didik dalam usahanya memahami pemanfaatan media untuk meningkatkan pemahaman tentang
membaca nyaring. Hal ini karena guru masih agak mendominasi dalam pelaksanaan
pembelajarannya.
4. Refleksi
Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara kolaboratif
antara supervisor, teman sejawat, dan peneliti menunjukkan bahwa ketertarikan siswa kelas I (satu) dalam belajar membaca nyaring dengan
pias-pias kata mengalami peningkatan. Namun, hasil
belajar mata pelajaran Bahasa Indonesi tentang
membaca nyaring secara klasikal belum memuaskan. Dengan kesimpulan tersebut penelitian ini perlu dilanjutkan
dengan penelitian siklus
II.
Tabel:1
Analisis Data Kuantitatif Siklus I
No
|
Skor (S)
|
Frekuensi (F)
|
Persen (%)
|
S x F
|
1
|
100
|
0
|
0,00
|
0
|
2
|
90
|
0
|
0,00
|
0
|
3
|
80
|
1
|
5,00
|
80
|
4
|
70
|
6
|
30,00
|
420
|
5
|
60
|
7
|
35,00
|
420
|
6
|
50
|
3
|
15,00
|
150
|
7
|
40
|
3
|
15,00
|
120
|
Jumlah
|
20
|
100
|
1.190
|
|
Rata-rata nilai = ∑SF =1.190 = 59,50
20
|
Tabel: 2
Analisis Data Kualitatif
Keaktifan Peserta didik Siklus I
No
|
Keaktifan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Aktif
|
7
|
35,00
|
2
|
Cukup Aktif
|
9
|
45,00
|
3
|
Kurang Aktif
|
4
|
20,00
|
Jumlah
|
20
|
100.00
|
Deskripsi Siklus II
Tindakan yang dilakukan pada siklus 2 ini merupakan pelaksanan
dari perencanaan tindakan yang telah disusun yaitu RPP yang telah
diperbaiki dan disempurnakan, sehingga kekurangan pada siklus 1 dapat
diperbaiki.
Langkah-langkah pembelajaran
pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Menyusun RPP, menyiapkan media pembelajaran, instrumen
observasi.
2. Tindakan
Pada
tahap ini guru mengimplementasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran II dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa menyanyikan lagu “balonku” dan “kebunku” sambil
tepuk tangan.
b. Guru menyuruh
siswa menghitung warna balon
dan bunga.
Guru menempelkan
pias-pias kata berwarna-warni dengan ukuran yang lebih besar.
c. Guru meminta siswa untuk menyebutkan benda-benda lain
yang mempunyai warna
d. Siswa
menyebutkan
benda
lain yang mempunyai warna
e. Siswa mengamati terhadap objek
yaitu kartu huruf
yang itempel di papan
tulis.
f. Guru memberi
contoh dalam membaca nyaring.
g. Siswa membaca nyaring bacaan “balonku” dengan kata yang jelas dan
lafal yang
tepat
secara bersama-sama.
h. Siswa maju satu persatu membaca nyaring dengan
ketentuan-ketentuan tersebut
i.
Guru membetulkan bacaan siswa yang belum betul
j.
Siswa berpasangan menggeser
kata yang telah
diacak.
2. Observasi(Observing)
Hal-hal diobservasi oleh kepala sekolah atau supervisor adalah tentang kegiatan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran membaca nyaring dengan menggunakan pias-pias kata pada pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti dan
kegiatan
penutup. Hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran siklus II menunjukkan
adanya peningkatan aktifitas peserta didik yang signifikan dalam usahanya
memahami pemanfaatan media untuk meningkatkan pemahaman tentang membaca
nyaring.
4. Refleksi
Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara kolaboratif
antara supervisor, teman sejawat, dan peneliti menunjukkan bahwa ketertarikan siswa kelas I (satu) dalam belajar
membaca nyaring dengan pias-pias kata mengalami peningkatan.
Tabel:3
Analisis Data Kuantitatif
Siklus II
No
|
Skor
(S)
|
Frekuensi
(F)
|
(%)
|
S x F
|
1
|
100
|
1
|
5
|
100
|
2
|
90
|
3
|
15
|
270
|
3
|
80
|
5
|
25
|
400
|
4
|
70
|
9
|
45
|
630
|
5
|
60
|
2
|
10
|
120
|
6
|
50
|
0
|
0
|
0
|
7
|
40
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
20
|
100
|
1,520
|
|
Rata-rata nilai = ∑SF =1.520 = 76,00
20
|
Adapun
peningkatan keaktifan peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel: 4
Analisis
Data Kualitatif Keaktifan Peserta didik Siklus II
No
|
Keaktifan
|
Frekuensi
(F)
|
(%)
|
1
|
Aktif
|
17
|
85,00
|
2
|
Cukup
Aktif
|
2
|
10,00
|
3
|
Kurang
Aktif
|
1
|
5,00
|
Jumlah
|
20
|
100.00
|
Grafik : 1
Grafik Ketuntasan Belajar Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
Grafik 2
Grafik Keaktifan Peserta
didik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dengan melihat grafik keaktifan peserta didik
di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :
a. Pada
tahap prasiklus 2 peserta didik dari 20 peserta didik atau 10,00 % peserta
didik aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Sedangkan
pada tahap siklus I terdapat 7 peserta didik dari 20 peserta didik atau 35,00%
peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c. Pada
siklus II terdapat 17 peserta didik dari 20 peserta didik atau 85,00 % peserta
didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pembahasan dari Setiap Siklus
Pada siklus I, keaktifan dan respon peserta didik cukup
baik akan tetapi pada aktivitas presentasi keaktifan peserta didik masih kurang
karena masih menemui beberapa kesulitan dalam presentasi, yaitu peserta didik
tidak terbiasa berbicara di depan kelas jadi hanya beberapa saja peserta didik
yang mempresentasikan membaca nyaring. Peserta
didik yang mempunyai nilai di atas KKM (70) sebanyak 7 peserta didik atau 35,00 %.
Selanjutnya
pada siklus II, jumlah peserta didik yang mempunyai nilai di atas KKM (70) sebanyak
17 peserta didik atau 85,00 %. Hal tersebut berarti target peneliti yaitu
sebanyak 80% peserta didik lulus KKM sudah tercapai bahkan terlampaui.
Keaktifan belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu 95,00 %
peserta didik sangat aktif.
PENUTUP
Simpulan
1.
Pias-pias Kata adalah
perpaduan pemanfaatan media dengan metode belajar membaca yang diterapkan
secara bersamaan untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
2.
Pemanfaatan Pias-pias Kata
dapat meningkatkan penguasaan kompetensi menghantarkan panas peserta didik
kelas I SD Negeri Limbangan 01 Semester
II Tahun Pelajaran 2015/2016.
3.
Pemanfaatan Pias-pias Kata
dapat merubah perilaku siswa menjadi lebih aktif, senang membaca dan saling
membantu terhadap sesama temannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief S. Sadiman, dkk. (2009). Media
Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali
Pers.
Badriyah
Nur. 2009. Peningkatan Keterampilan
Membaca
Nyaring
Melalui
Media Pias-Pias Kata Pada Siswa
Kelas I SD Negeri Keden
I Kecamatan Kalijambe Kabupaten SragenTahun
Pelajaran 2009/2010. Surakarta UNS
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih.2001.Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas
Rendah. Yogyakarta:
PAS.
Farida Rahim. (2009). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kasihani K.E. Suyanto. (2007). English
for Young Learners: Melejitkan Potensi Anak Melalui English Class yang Fun,
Asyik, dan Menarik. Jakata: Bumi Aksara.
Martinis Yamin. 2007. Kiat
Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada Pers
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2002). Media
Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan
Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
No comments:
Post a Comment