PENINGKATAN
HASIL BELAJAR MATERI PENJUMLAHAN ATAU PENGURANGAN BILANGAN ASLI 1-30
MELALUI MEDIA BENDA KONKRET BERUPA PENGGARIS PADA PESERTA DIDIK KELAS I SEMESTER I SD NEGERI JAGAPURA 04
KECAMATAN KERSANA KABUPATEN BREBES TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Restuningsih
(Guru SD Negeri Jagapura 04 Kecamatan Kersana Kabupaten
Brebes)
|
ABSTRAK
Penelitian di
latar belakangi hasil observasi ulangan harian kelas I SDN Jagapura 04 dari 12
orang peserta didik hanya 5 orang atau 41,67% saja yang mendapat nilai di atas
KKM dengan rata-rata kelas 62,5. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas I SD Negeri Jagapura 04 pada materi
penjumlahan atau pengurangan bilangan asli 1-30. Alat bantu yang digunakan
yaitu media benda konkret berupa penggaris. Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah pada akhir siklus 75% mencapai
ketuntasan belajar. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I diperoleh data
bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat dari 62,5 pada prasiklus
menjadi 75 pada akhir siklus I dan 86,67 pada akhir siklus II. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media benda konkret berupa penggaris
dapat meningkatkan hasil belajar materi penjumlahan atau pengurangan bilangan
asli 1-30 pada peserta didik kelas I SDN Jagapura 04 Semester I Tahun pelajaran
2015/2016.
Kata kunci : Hasil Belajar, Media Benda Konkret,
Penjumlahan atau Pengurangan Bilangan Asli
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan
diri dalam perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan
usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi
diawali dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh
lingkungan masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan
pribadi agama, masyarakat, keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa
pemerintah dalam hal ini diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam
pelaksanaan pendidikan di Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung
jawab keluarga, sekolah dan masyarakat yang sering disebut dengan Tri Pusat
Pendidikan.
Salah satu keprihatinan yang dilontarkan banyak
kalangan adalah mengenai rendahnya mutu pendidikan atau Out Put yang dihasilkan
oleh lembaga-lembaga pendidikan formal. Dalam hal ini yang menjadi kambing
hitam adalah guru dan lembaga pendidikan tersebut, orang tua tidak memandang
aspek keluarga dan kondisi lingkungannya. Pada hal lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitar sangat menentukan terhadap keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran Matematika
ditingkat Sekolah Dasar merupakan salah satu pembelajaran yang selalu menarik untuk
diperbincangkan. Dewasa ini perkembangan pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan adalah upaya pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak
usia Sekolah dasar sedang mengalami
perkembangan pada pola pikirnya karena tahap berpikir mereka masih belum
rasional terutama untuk anak atau siswa yang masih duduk di kelas rendah. Bukan
tidak mungkin cara berpikirnya masih berada pada tahapan pra konkret. ( Karso,
2009:1.4 )
Matematika
merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang mengajarkan tentang pengetahuan
tentang bilangan dan kalkulasi fakta-fakta
kuantitatif. Akan
tetapi, pembelajaran Matematika di kurang. Hal
ini tampak dari siswa yang cenderung bosan dan bermain
ketika sedang dijelaskan oleh guru. Dalam mengerjakan tugas, siswa cenderung
berkata tidak bisa dan melempar tanggung jawab kepada temannya yang lebih
pandai, bahkan ketika disuruh mengerjakan di depan kelas mereka jarang yang
mau. Waktu mengerjakan soal di buku paket, kebanyakan mereka tidak langsung
mengerjakan melainkan ramai sendiri sehingga kadang sepuluh soal satu jam
pelajaran banyak siswa yang belum selesai mengerjakan.
Meskipun guru memberikan
penugasan kepada siswa, namun sebatas mengerjakan latihan soal yang ada di buku paket maupun LKS. Soal yang dikerjakan
siswa berupa soal yang abstrak sehingga tidak dapat menumbuhkan
cara berpikir siswa menjadi lebih kritis dan
kreatif. Siswa kurang dilibatkan secara langsung untuk menemukan sendiri
dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga menyebabkan
kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep perkalian. Minat belajar siswa sangat rendah, siswa merasa bosan di kelas,
mereka merasa tidak senang ketika pelajaran matematika berlangsung sehingga
siswa kurang memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung. Yang dimaksud
dengan media benda konkret adalah media/alat yang peraga yang nyata
(benar-benar ada) berwujud dan dapat dilihat, diraba, dan dirasakan
menggunakan alat indera manusia yang memudahkan dalam penyampaian pesan dari
guru ke siswa.
Tujuan Matematika di sekolah dasar adalah bukan hanya untuk memahami makna dan fakta
maupun konsep yang terdapat dalam matematika,
melainkan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan yang sistematis, logis,
kritis dengan penuh kecermatan dalam pencapaian pengetahuan tersebut. Namun sayangnya, pengembangan model
Matematika tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada
anak-anak usia Sekolah Dasar. Apa yang dianggap jelas orang yang berhasil
mempelajarinya merupakan hal yang tidak mudah dipahami dan membingungkan bagi
anak-anak. Hal ini pulalah yang menyebabkan
pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar selalu menarik untuk diutarakan. Untuk
menambah pemahaman anak dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan alat peraga
yang tepat. (Karso,2009:1.4)
Berdasarkan hasil observasi
ulangan harian kelas I SDN Jagapura 04 dari 12 orang peserta didik hanya 5
orang atau 41,67% saja yang mendapat nilai di atas KKM dengan rata-rata kelas
62,5. Hal ini disebabkan :
a. Banyak siswa yang asyik bermain
sendiri ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
b. Pemahaman
siswa tentang penjumlahan atau pengurangan bilangan asli 1-30 masih
rendah.
c. Guru
memberikan bimbingan hanya kepada siswa tertentu saja.
d. Hanya
beberapa siswa yang berani bertanya.
e. Hasil
belajar siswa tentang penjumlahan atau pengurangan
bilangan asli 1-30 angka rendah.
Rumusan masalah penelitian ini
yaitu bagaimanakah peningkatan hasil belajar pada materi penjumlahan atau
pengurangan bilangan asli 1-30 pada peserta didik kelas I semester I SD Negeri
Jagapura 04 Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan media benda konkret
berupa penggaris?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Pengertian Belajar
Menurut
Nasution ( 1982 : 2 ) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman
sendiri. Dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku,
sehingga terjadi perubahan baik pengetahuan , sikap, keterampilan, maupun
kelakuannya. Dengan kata lain ada perbedaan sikap dan tingkah laku antara
sebelum dan sesudah belajar.
Belajar
adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
perubahan sebagai hasil proses belajar dapat di tunjukkan dalam berbagai bentk
seperti perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada
individu belajar ( Sujana, 1989 : 5 ).
Slameto (
2003 : 2 ) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan
lingkungan. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa
yang relatif positf dan mantap sebagai hasil intraksi dengan lingkungannya yang
melibatkan proses kognitif ( Syah, 2003 : 66 ).
Brunner
dalam Slameto ( 2003 : 8 ) mengatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal yang baru di luar informasi yang
diberikannya. Dalam belajar terjadi tiga proses kognitif yaitu : (1) proses
perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang
diterima, dan (3) proses menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Menurut
Gagne dalam Slameto ( 2003 : 8 ) menyatakan belajar merupakan perubahan
disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu
tertentu, dan perubahan itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
Belajar
adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar
siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya ( Jihad, 2009 : 1 ).
Dari uraian
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan belajar terjadi karena
interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan
pada berbagai aspek, perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut
Hamalik ( 1983 : 56 ) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perilaku yang
dapat diukur, hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standar
tertentu.
Menurut
Abdurrahman dalam Jihat ( 2009 : 14 ) bahwa” hasil belajar atau prestasi
belajar adalah belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Menurut
Nasution ( 1982 : 36 ) hasil belajar hasil dari suatu intraksi tindak belajar
mengajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan
menurut Dimyati dan Mujiono ( 2000 : 36 ) hasil belajar adalah hasil yang
ditunjukan dari suatu intraksi tindak belajar dan biasanya ditunjukan nilai tes
yang diberikan guru.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran melalui penilaian keterampilan, pengetahuan, dan sikap
masing-masing golongan dapat di isi dengan kurikulum sekolah.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
1. Faktor Intern
Faktor
Intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang tergolong faktor intern adalah kecerdasan,
bakat, minat, dan motivasi.
·
Kecerdasan
atau intelegensia
adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya.
·
Bakat
adalah kemampuan tertentu yang telah
dimiliki sesorang sebagai kecakapan pembawaan.
·
Minat
adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenali beberapa kegiatan atau kecenderungan
yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu.
·
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu.
2. Faktor Ekstern
Yaitu
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang bersifat dari luar
diri siswa, yaitu keadaan keluarga, sekolah dan sekitarnya.
·
Keadaan
Keluarga dapat menentukan keberhasilan anak
dalam belajar.
·
Faktor
Guru, guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, mengolah, meneliti, dan
mengembangkan serta memberikan pelajaran kepada siswa.
·
Sumber
Belajar, merupakan faktor yang menunjang
keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar.
·
Metode
Mengajar, Yaitu cara-cara yang dilakukan oleh
guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Aktivias Belajar Siswa
Menurut Mulyono ( 2001 ; 26 )
Aktivitas artinya “ kegiatan / keaktivan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan
yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
nonfisik,merupakan suatu aktivitas. Sedangkan belajar menurut Hamalik ( 2001 :
28 ) adalah “ Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah : pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis
atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat
terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Dari uraian tentang belajar diatas
peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu:
1.
Perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang sedang belajar,
2.
Interaksi dengan lingkungannya, baik
berupa pribadi, fakta, dsb.
Aktivitas Mengajar Guru
Menurut Mulyono ( 2001 : 26 ),
aktivitas artinya “ kegiatan/keaktivan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan
atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu
aktivitas. Menurut Dequeliy dan Ganazali dalam Slameto ( 2003 : 30 ) mengajar
adalah menanamkan pengetahuan kepada seseorang dengan cara paling singkat dan
tepat. Sedangkan pengertian mengajar menurut Slameto ( 2003 : 29 ) ialah
menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid-murid di sekolah.
Usman ( 1994 : 3 ) mengemukakan
bahwa mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang
menimbulkan terjadinya proses belajar.
Nasution ( 1982 : 8 ) mengemukakan
bahwa mengajar adalah segenap aktivitas komplek yang dilakukan guru dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Dari definisi para pakar diatas di
tarik kesimpulan bahwa aktivitas mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem
dari sebuah lingkungan yang terjadi dari pendidikan dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses
belajar dan tujuan pengajaran tercapai.
Bilangan Asli
Bilangan asli adalah bilangan yang di mulai
dari angka 1 dan bertambah 1 atau himpunan bilangan bulat positif yang tidak
termasuk nol. Kenapa? Karena yang termasuk di dalam himpunan bilangan bulat
positif adalah 0, 1, 2, 3, … maka yang termasuk anggota
bilangan asli adalah 1, 2, 3, 4, … .
Operasi Penjumlahan Bilangan Asli
Penjumlahan adalah menggabungkan sekelompok bilangan atau lebih menjadi
suatu bilangan yang merupakan jumlah. Contoh di bawah adalah penjumlahan
antara 1 buah bola ditambah dengan 1 buah bola yang menghasilkan 2 buah bola:
Apabila dinotasikan dengan angka menjadi:
1 + 1 = 2
Penjumlahan juga dapat dilakukan dengan bertukar tempat. Pertukaran posisi dari
angka yang dijumlahkan akan menghasilkan jumlah yang sama.
Maka, 3 + 2 = 5
Demikian pula
denga pola berikut ini:
Maka, 2 + 3 = 5
dan berlaku sifat komutatif pada penjumlahan.
Contoh lain:
1.
2 + 4 = 6 dan 4
+ 2 = 6
2.
12 + 6 = 18 dan
6 + 12 = 18
3.
9 + 95 = 104
dan 95 + 9 = 104
Operasi Pengurangan Bilangan Asli
Operasi perkurangan dinyatakan dengan tanda minus dalam notasi
infix, dengan bentuk rumus:
c – b = a
Dalam pengurangan, bilangan yang dikurangi disebut minuend,
bilangan pengurang disebut subtrahend dan jawabannya disebut reminder.
Maka c adalah minuend, b adalah subtrahend, dan a adalah reminder. Contoh :
1) 5 – 3 = 2
2) 15 - 7 = 8
3) 25 - 11 = 14
4) 76 – 6 = 10
Pembelajaran Di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas rendah
dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran (silabus) yang telah dikembangkan
oleh guru. Pembelajaran konkret lebih sesuai diberikan pada siswa kelas rendah
( kelas 1,2,3 ) di Sekolah Dasar. Proses pembelajran ini harus dirancang oleh
guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem
penelitian sesuai taraf perkembangan siswa secara interaktif. Siswa kelas
rendah di Sekolah Dasar masih banyak membutuhkan perhatian karena kurang
terfokus dalam konsentrasi, serta kurang memperhatikan kecepatan dan aktivitas
belajar sehingga hal ini memerlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses
belajar yang menarik dan efektif.
Pengembangan sikap ilmiah pada
siswa kelas rendah Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara menciptakan
pembelajaran yang memungkan siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa
ingin tahu, memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu
menjaga kebersihan diri dam lingkungan. Pengembangan kreativitas siswa dalam
proses pembelajaran dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas
yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan
melalui permainan sehari-hari, seperti contoh kegiatan belajar yang dapat
dilakukan siswa Sekolah Dasar kelas rendah yaitu:
1. Menerapkan etika dan sopan santun di rumah, di sekolah, dan di lingkungan.
2. Mencerikan foto masa kecilnya melalui bantuan foto atau cerita dari orang
tuanya.
3. Memperagakan rangkaian gerak ( ritmik ) dengan music.
4. Menulis dengan jelas dan rapi kalimat yang didiktekan dengan menggunakan
huruf lepas dan tegak bersambung.
5. Membilang dan menyebutkan banyak benda, mengingat, menjumlah,
Dari contoh-contoh di atas
tergambar bahwa pembelajaran di Sekolah Dasar tidak harus dengan ceramah saja
tetapi dapat menggunakan beberapa metode mengajar yang memungkinkan siswa
beraktifitas tinggi dalam belajar. Itu sebabnya guru harus kaya akan pengalaman
kemampuan mengajar agar sasaran belajar di sekolah dapat dicapai semaksimal
mungkin.
Pengertian Media Benda Konkret
Menurut
Winataputra, media konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan lebih efektif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan yang
diharapkan.
Media
realita (media bantu
konkret) adalah merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi
memberikan pengalaman langsung kepada para siswa, yaitu merupakan model dan
objek nyata dari suatu benda, seperti meja, kursi, mata uang, tumbuhan,
binatang, dan sebagainya.
Mulyani
Sumantri, (2004:178) mengemukakan bahwa secara umum media konkret berfungsi
sebagai (a) Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (b) Bagian
integral dari keseluruhan situasi mengajar, (c) Meletakkan dasar-dasar yang
konkret dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang
bersifat verbalisme, (d) Mengembangkan motivasi belajar peserta didik, (e).
Mempertinggi mutu belajar mengajar.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
media benda konkret berupa penggaris terdapat peningkatan hasil belajar pada materi penjumlahan atau pengurangan bilangan asli 1-30 pada peserta didik kelas I semester I SD Negeri Jagapura 04 Tahun Pelajaran 2015/2016.
media benda konkret berupa penggaris terdapat peningkatan hasil belajar pada materi penjumlahan atau pengurangan bilangan asli 1-30 pada peserta didik kelas I semester I SD Negeri Jagapura 04 Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
pembelajaran di kelas. Guru terlibat langsung mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi,
dan refleksi.
PTK dilaksanakan sesuai siklus yang sudah
direncanakan. Dalam penelitian ini, penulis sebagai guru pelaksana
sekaligus peneliti yang bertanggungjawab
penuh
atas penelitian ini. Penulis bekerja sama dengan teman sejawat yaitu guru kelas V sebagai teman sejawat yang
memberikan masukan terhadap pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
Subjek penelitian tindakan kelas adalah peserta didik kelas I SD Negeri
Jagapura 04 Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 12 orang. Penelitian
ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Agustus s.d September 2015 yang
terbagi menjadi dua siklus dan masing-masing siklus 2 pertemuan.
Teknik yang digunakan dalam pengumpuilan data dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan data kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif
pengamat menggunakan lembar observasi dan data kuantitatif diperoleh dari hasil
tes formatif. Dari hasil tes formatif tersebut dapat diketahui tingkat
keberhasilan penerapan media benda konkret berupa penggaris dalam meningkatkan
hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui
proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan (acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting).
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkannya, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilah-milah yang penting dan kurang
penting, dan menyimpulkan (Sugiyono,2009).
Lembar observasi guru dibuat berdasarkan kriteria guru
dalam melaksanakan pembelajaran melalui model pembelajaran langsung
dengan menggunakan media benda konkret.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dinyatakan
berhasil apabila
pembelajaran dengan menerapkan media benda konkret berupa penggaris dapat meningkatkan jumlah
siswa yang menguasai dan memahami lebih baik materi penjumlahan atau
pengurangan bilangan asli 1-30. Keberhasilan yang ingin dicapai adalah pada akhir
penelitian jumlah peserta didik yang menguasai materi penjumlahan atau
pengurangan bilangan asli 1-30,
sebagaimana ditunjukkan oleh tiga
indikator utama yaitu :
1. Rata-rata
keaktifan siswa lebih
dari 85 %
2. Ketuntasan
belajar klasikal peserta
didik lebih dari 75 %
3. Rerata
secara klasikal minimal 70
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam memahami materi dalam penerapan pembelajaran matematika perkalian
yang hasilnya bilangan dua angka dengan menggunakan media benda konkret
sudah sesuai dengan harapan peneliti yaitu mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut tidak hanya dalam proses pembelajaran
secara individu melainkan
juga
motivasi belajar siswa
dalam
belajar
mengalami
peningkatan yang dibuktikan dengan kenaikan dalam
skor hasil belajar. Guru tidak lagi sebagai
sumber otoritas ilmu di lapangan yang langsung memberi melainkan
sebagai
sumber fasilitator dan
motivator
bagi siswa (Permendiknas no 41 th 2007).
Penelitian tindakan kelas telah dilakukan oleh peneliti di kelas I SD
Negeri Jagapura 04 dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas 2 pertemuan.
Hal-hal yang dibahas dalam hasil penelitian yaitu hasil pengamatan performansi
guru, hasil pengamatan aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran mulai dari pra siklus, siklus I
sampai dengan siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I
diperoleh data bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat dari 62,5
pada prasiklus menjadi 75 pada akhir siklus I dan 86,67 pada akhir siklus II.
Hasil evaluasi tersebut dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 1
Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Tiap Siklus
No.
|
Nilai
|
Nilai Tiap
Siklus
|
||
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
100
|
-
|
1
|
4
|
2
|
90
|
1
|
2
|
3
|
3
|
80
|
3
|
3
|
3
|
4
|
70
|
1
|
2
|
1
|
5
|
60
|
3
|
4
|
1
|
6
|
50
|
1
|
-
|
-
|
7
|
40
|
3
|
-
|
-
|
8
|
30
|
-
|
-
|
-
|
9
|
20
|
-
|
-
|
-
|
10
|
10
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
12
|
12
|
12
|
|
Nilai Rata-rata
|
62,5
|
75
|
86,67
|
Dari tabel di
atas dapat dibuat grafik persentase sebagai berikut:
Pembahasan dari Setiap Siklus
Berdasarkan hasil
temuan, refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor, akhirnya
dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media benda konkret
berupa penggaris dapat meningkatkan hasil belajar materi penjumlahan atau
pengurangan bilangan asli 1-30 pada peserta didik kelas I SDN Jagapura 04
Semester I Tahun pelajaran 2015/2016 terbukti dengan meningkatnya rata-rata
hasil belajar tiap siklus.
Pembahasan pada Siklus I
Pengambilan data hasil belajar
peserta didik diperoleh dari tes formatif siklus 1 setelah pembelajaran
menggunakan media benda konkret berupa penggaris diterapkan. Berdasarkan hasil tes 8 orang peserta
didik mendapat nilai di atas KKM sedangkan 4 orang peserta didik masih di bawah
KKM. Perolehan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dalam tes formatif nilai
rata-rata kelas sebesar 75 dan presentase kentuntasan belajar klasikal mencapai
66,67% Nilai Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Perolehan hasil belajar belum
memenuhi kriteria ketuntasan belajar klasikal yakni 75%. Hasil refleksi pada
siklus I ini akan menjadi landasan untuk melanjutkan ke siklus II dengan
perbaikan-perbaikan penelitian agar siklus II dapat berjalan lebih baik.
Pembahasan Pada
Siklus II
Setelah dilakukan
perbaikan-perbaikan pada siklus I maka guru berusaha meningkatkan
performansinya baik dari perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran. Hasil tes
formatif siklus II mengalami peningkatan. Pencapaian nilai rata-rata kelas pada
siklus I mencapai 75 dan pada siklus II meningkat menjadi 86,67. Pada
pelaksanaan siklus II 91,67% peserta didik mendapat nilai di atas KKM dan hanya
tinggal satu orang saja yang belum mencapai KKM, sehingga perolehan ini sudah
mencapai kriteria yang telah ditentukan dalam indikator keberhasilan yaitu
persentase ketuntasan klasikal 75%. Hal
ini menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran
menggunakan media benda konkret berupa penggaris materi penjumlahan atau
pengurangan bilangan asli 1-30 pada peserta didik kelas I SD Negeri Jagapura 04
dapat di simpulkan bahwa:
1. Media
konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih
efektif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Penerapan media benda konkret berupa penggaris dapat meningkatkan hasil
belajar materi penjumlahan atau pengurangan bilangan asli 1-30 pada peserta
didik kelas I SD Negeri Jagapura 04 Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Penerapan media benda konkret berupa penggaris dapat merubah perilaku
peserta didik menjadi lebih percaya diri dalam menyelesaikan soal materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan asli 1-30.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggoro, M. Toha,
dkk. 2008. Metode Penelitian,
Jakarta: Universitas Terbuka.
Karim, Abdul
Muchtar, dkk. 2010. Pendidikan Matematika
II. Jakarta: Universitas Terbuka.
Karso, dkk.
(2009). Pendidikan Matematika I.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Gatot, dkk.
(2012). Pembelajaran Matematika SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Taufiq, Agus, dkk. 2012. Pendidikan Anak di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tim-FKIP UT.
2013. Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP)-PGSD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani, Igak, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
No comments:
Post a Comment