UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VI SDN KERSANA 01 TAHUN 2015/2016
PADA MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR
PANAS MELALUI METODE DEMONSTRASI
Suparman
(Guru SDN Kersana 01 Kecamatan Kersana Kabupaten
Brebes)
ABSTRAK
Latar
belakang penelitian adalah hasil ulangan,
9 dari 12 peserta didik (75%) tidak tuntas dan yang mencapai ketuntasan belajar
sejumlah 3 siswa (19%). Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan metode demonstrasi. Penelitian
terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan evaluasi. Subjek
penelitian adalah peserta didik kelas VI dengan jumlah 12 orang. Alasan
dipilihnya kelas VI sebagai tempat penelitian karena di kelas tersebut terdapat
permasalahan, yaitu rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
IPA khususnya pada materi konduktor dan isolator panas. Adapun dipilihnya
sekolah ini sebagai lokasi penelitian karena peneliti mengajar di sekolah ini. Teknik analisis data menggunakan
analisis interaktif yang terdiri dari: pengumpulan
data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
IPA pada materi konduktor
dan isolator panas. Peningkatan
hasil belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi.
Hasil nilai prasiklus rata-rata 65,83 siklus I nilai rata-rata 70,83 dan siklus
II nilai rata-rata 89,17. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada kondukor dan isolator panas di kelas VI SD Negeri
Kersana 01 tahun 2015/2016.
Kata kunci:
hasil belajar, konduktor dan isolator panas,
metode demonstrasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan yang semakin
maju dan pesat menghasilkan inovasi diberbagai bidang. Perkembangan inovasi
dibidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan dirasakan lebih pesat
dibandingkan inovasi dalam bidang pendidikan. Sebagai akibatnya adalah
peningkatan kualitas pendidikan pada saat ini menjadi perhatian (Suprayekti,
dkk.2004: 1.11).
Peningkatan
kualitas pendidikan diukur dari mampu dan tidaknya lulusan sebagai produk
sekolah dalam menjawab tuntutan masyarakat. Muara dari perhatian terhadap peningkatan
kualitas pendidikaadalah adanya sorotan masyarakat terhadap kinerja guru saat
ini. Sebagai pekerja profesi guru harus mampu mewujudkan tuntutan masyarakat dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah adalah untuk peningkatan profesionalisme guru.
Guru yang profesional selain mampu menguasai bahan ajar,
harus mampu pula melaksanakan pembelajaran kepada peserta didik. Guru
yang profesional harus mampu dan terampil melaksanakan perbaikan pembelajaran, manakala
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tidak mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sehubungan dengan
hal tersebut, penulis dibantu teman sejawat melaksanakan penelitian tindakan
kelas pada peserta didik kelas VI SD Negeri Kersana 01, Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes tahun pelajaran 2015/2016. Kegiatan ini dimulai dengan
menganalisis hasil pembelajaran IPA pada materi konduktor dan isolator panas.
Dari
hasil ulangan, 9 dari 12 peserta didik (75%) tidak
tuntas dan yang mencapai ketuntasan belajar sejumlah 3 siswa (19%).
Berdasarkan
analisis tersebut maka penulis berupaya untuk meningkatkan penguasaan materi
pelajaran IPA pada konduktor dan isolator panas di kelas VI SD Negeri Kersana
01 Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes, dengan melaksanakan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan dibantu teman
sejawat.
Rumusan Masalah
Apakah dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA
pada materi Konduktor dan Isolator Panas pada peserta didik kelas VI SD Negeri Kersana 01 Tahun
2015/2016?
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Prestasi
Prestasi Belajar tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena belajar merupakan suatu
proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil
dari proses pembelajaran tersebut. Bagi
seorang anak belajar merupakan suatu kewajiban.
Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam pendidikan
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh
anak tersebut.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa Prestasi Belajar
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi
Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah,
1994:19).
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda
“Prestasic” yang berarti hasil usaha. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia Prestasi
Belajar didefinisikan sebagai hasil
penilaian yang diperoleh dari kegiatan
persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya
ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.
Menurut Wikipedia Prestasi berasal dari bahasa Belanda
yang artinya hasil dari usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang
telah dikerjakan. Dari pengertian Prestasi tersebut, maka
pengertian Prestasi diri adalah hasil atas usaha yang
dilakukan seseorang.
Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional,
dan spiritual, serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek
kehidupan. Karakter orang yang berprestasi adalah mencintai
pekerjaan, memiliki inisiatif dan kreatif, pantang menyerah,
serta menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Karakter-karakter tersebut
menunjukan bahwa untuk meraih
Prestasi tertentu, Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan
bahwa Prestasi Belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu :
kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil
belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat
dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, Prestasi
dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses
pembelajaran.
Pengertian Belajar
Belajar adalah aktifitas mental atau (Psikhis) yang terjadi karena adanya
interaksi aktif antara ndividu dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan-perubahan yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek : kognitif,
psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama
sekali baru atau penyempurnaan / penigkatan dari hasil belajar yang telah di
peroleh sebelumnya.
Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai
berikut :
1) Cronbach memberikan definisi
:“Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience”.“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai
hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan
batasan:“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something
themselves, to listen, to follow direction”.Belajar adalah mengamati, membaca,
berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan : “Learning is a
change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam
penampilan sebagai hasil praktek.
Sedangkan
menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan
sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai
dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang
hayat.
Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal
batas usia, dan berlansung seumur hidup (long live educational). Belajar
merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalu interaksi dengan lingkungannya
untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah
berupa perubahan perilaku yang relative permanen pada diri orang yang belajar,
perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positif.
Belajar dapat didifensikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan
berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan
keadaan bahwa karaktarestikkaraktarestik dari perubahan aktivitas tersebut
tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli,
kematangan, atau perubahan sementara dari organisme. (Learning is theprocess by
which an activity that the characteristics of the change in activity cannot be
explained on the basis of native response tendencies, maturation, and temporary
states of the organism) (Hilgard & Bower, 1996:2, dalam Jogiyanto,
2006:12).
Dari beberapa pengertian/definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu
mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai
kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang
dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar
yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara
individu dan lingkungan.
Menurut Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan
bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang
relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian
manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam
bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai
bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu
peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya
belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami
kegagalan di dalam proses belajar.
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli
tentang definisi tentang belajar. Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni
(2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari
pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan
sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait
sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
Pengertian Prestasi Belajar
Setiap pendidik tentu sangat mengharapkan anak didiknya agar berprestasi
seoptimal mungkin baik pada jalur akademik maupun non akademi. Prestasi
memiliki pengertian yang sangat luas. Apabila peserta didik dapat mencapai
cita-cita atau minimal dapat menyelesaikan tugas dari guru maupun orang lain
maka ia disebut berprestasi.
Prestasi Belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang
telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang
diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi Belajar pada umumnya
dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan dengan satu
kriteria (Prakosa, 1991).
Prestasi Belajar Siswa adalah hasil yang
telah dicapai dari yang telah
dilakukan/dikerjakan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2003: 895), sedangkan menurut Tu’u
(2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru. Menurut Sukmadinata (2003: 101),
“Prestasi Belajar adalah realisasi atau
pemekaran dari kecakapa-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang”.
Prestasi Belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang
tinggi. Prestasi Belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif,
affektif dan psikomotor. Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai
sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau
bidang keilmuan. Prestasi Belajar dari siswa adalah hasil yang
telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi
Belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu
tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa Prestasi Belajar merupakan
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka Prestasi Belajar
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan
bahwa Prestasi Belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi Belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen
tes atau instrumen yang relevan. Jadi Prestasi Belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada
periode tertentu. Prestasi Belajar merupakan hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen
tes yang relevan.
Prestasi Belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes Prestasi Belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9)
mengemukakan tentang tes Prestasi Belajar bila dilihat dari tujuannya
yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya
menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tes Prestasi Belajar berupa tes yang disusun secara
terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes Prestasi Belajar dapat berbentuk ulangan harian,
tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan
tinggi.Pengertian Prestasi Belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai
atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu Prestasi Belajar siswa
harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran
siswa akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Maryanto (dalam Yulita, 2008) mengatakan bahwa seseorang yang telah
berusaha untuk mencapai tujuannya dan berhasil, maka orang itu dinyatakan
berprestasi. Lebih lanjut Maryanto menyatakan bahwa seseorang dinyatakan
berprestasi bila mampu memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain, mampu
melakukan sesuatu dengan baik dalam segala hal, membuat impian menjadi
kenyataan dan mampu menghentikan kebiasaan buruk.
Prestasi belajar siswa adalah kecakapan yang sesungguhnya
atau hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada periode
tertentu (Nurkancana, dalam Sukiaiyana 2003).
Menurut Purwadarminto (dalam Yulita, 2008) prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap
hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.
Prestasi Belajar Siswa adalah hasil yang dicapai seseorang dalam
pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara.
2009 : 11).
Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
pembelajaran yang dilakukan dengan perbuatan yang sengaja diperagakan oleh guru
dalam penyampaian materi pelajaran sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan,
proses atau prosedur yang dilakukan oleh
guru atau orang lain kepada seluruh atau sebagian siswa. (Winarno dalam
Depdibud Dikti 1998).
Tujuan dan Manfaat Metode Demonstrasi
Menurut
Winarno dalam Depdikbud Dikti (1998)
1) Mengajarkan suatu proses, misalnya proses
pengaturan, proses pembuatan, proses kerja, proses mengerjakan dan menggunakan.
2) Menginformasikan tentang bahan yang
diperlukan untuk membuat produk tertentu.
3) Mengetengahkan cara kerja.
Langkah-langkah
Pelaksanaan Metode Demonstrasi
1) Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran
2) Memberikan penjelasan tentang topik yang
akan didemonstrasikan.
3) Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan
perhatian dan peniruan dari peserta didik.
4) Penguatan (diskusi, tanya jawab atau
latihan) terhadap hasil demonstrasi.
5) Kesimpulan.
d.
Karakteristik Metode Demonstrasi
1) Mempertunjukkan obyeksebenarnya
2) Ada proses peniruan
3) Ada alat bantu yang digunakan
4) Guru atau peserta didik dapat
melakukannya.
KerangkaBerpikir
Dengan metode demontrasi diharapkan akan meningkatkan kemampuan berfikir kritis, demokrasi,
mengembangkan sikap, motivasi, kemampuan beribicara, meningkatkan prestasinya
Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan
metode demontrasi secara maksimal,dapat meningkatkan
motivasi siswa, aktivitas guru, juga meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
materi konduktor dan isolator panas.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
1.
TempatPenelitian
Penelitiandilakukan di SDN Kersana 01
yang terletak di Jalan Pemuda No.55 Kecamatan Kersana Kabupaten
Brebes. SDN Kersana 01 merupakan sekolah negeri yang memiliki 6 tingkatan
kelas, dengan 8 guru, 1 penjaga sekolah dan seorang kepala sekolah.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VI SDN Kersana 01 Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Jumlah peserta didik 12 orang, terdiri dari 7 laki-laki dan 5 perempuan. Pertimbangan peneliti mengambil subyek
penelitian
tersebut karena penulis mengajar di kelas VI SDN Kersana 01, Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.
Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua,
yaitu data primer dan data sekunder.
1.
Data primer yaitu data yang
dibuat peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganani. Data dikumpulkan
oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat obyek penelitian
dilakukan.
2.
Data sekunder yaitu data yang
dikumpulkan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat
ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah
literature, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi, metode tes dan dokumentasi.
a.
Metode Observasi
Metode
observasi dalam penelitian ini berisi
catatan yang menggambarkan bagaimana aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran. Observasi juga dilakukan terhadap kinerja guru saat pembelajaran
berlangsung.
b.
Metode Tes.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan sertaalat
lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002:127).
c.
Dokumentasi.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variable berupa catatan lapangan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206).
d.Metode Angket
Angket adalah suatu alat pengumpulan data berupa
serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapatkan jawaban
(Depdikbud:1975),
e.
Catatan Lapangan
Catatanl apangan berisi catatan guru selama proses pembelajaran
berlangsung
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Deskripsi siklus I
Data penelitian hasil belajar peserta didik dalam bentuk tabel
Interval Nilai
|
Frekwensi
|
Frekwensi
Relatif
|
Kategori
|
100
|
-
|
-
|
-
|
90-99
|
-
|
-
|
-
|
80-89
|
5
|
41%
|
Tuntas
|
70-79
|
2
|
17%
|
Tuntas
|
60-69
|
3
|
12%
|
BelumTuntas
|
50-59
|
2
|
17%
|
BelumTuntas
|
40-49
|
-
|
-
|
-
|
<40
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
12
|
100%
|
|
Dari tabel di atas menunjukkan perolehan
hasil belajar peserta didik, bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai
100 tidak ada atau 0%, yang memperoleh nilai 90-99 tidak ada atau 0%, yang
memperoleh nilai 80-89 sebanyak 5 orang peserta didik 41%, yang memperoleh
nilai 70-79 sebanyak 2 orang peserta didik 17%, yang memperoleh nilai 60-69
sebanyak 3orang peserta didik 12%, yang memperoleh nilai 50-59 sebanyak 2 orang
peserta didik 17%, nilai tertinggi adalah 85, nilai terendahnya adalah 50.
Jumlah peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar 7 orang, atau
58,33%, sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajara 5 orang atau 41,67%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik Hasil Belajar Peserta didik Siklus I
Berdasarkan data tersebut motivasi belajar peserta didik menunjukkan
peningkatan yang berarti dari tahap prasiklus dengan tahap siklus I. Namun
hasil belajar peserta didik belum mencapai target yang ditetapkan sesuai
indikator keberhasilan yaitu 80% peserta didik mengalami ketuntasan belajar
individual ≥70.
Deskripsi Siklus II
Data hasil belajar
peserta didik siklus II
Interval Nilai
|
Frekwensi
|
Frekwensi
Relatif
|
Kategori
|
100
|
4
|
33,3%
|
Tuntas
|
90-99
|
3
|
12%
|
Tuntas
|
80-89
|
3
|
12%
|
Tuntas
|
70-79
|
2
|
16,7%
|
Tuntas
|
60-69
|
-
|
-
|
-
|
50-59
|
-
|
-
|
-
|
40-49
|
-
|
-
|
-
|
<40
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
12
|
100%
|
|
Tabel tersebut menunjukkan perolehan hasil belajar
peserta didik dalam
pembelajaran IPA materi konduktor
dan isolator panas dengan metode demonstrasi. Jumlah peserta didik yang
memperoleh nilai 100 sebanyak 4 orang atau 33,3%, yang memperoleh nilai 90-99
sebanyak 3 peserta didik atau 12%, yang memperoleh nilai 80-89 sebanyak 3
orang, 70-79 ada 2 orang.
Nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 100,
nilai terendahnya 75. Jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar 12
orang, atau 100%, peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 0
orang atau 0%.
Grafik Hasil Belajar Peserta didik Siklus II
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasar data
hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa
1.
Melalui penerapan metode
demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas peserta didik pada materi konduktor
dan isolator panas.
2.
Melalui penerapan metode
demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik SDN Kersana 01
pada materi konduktor dan isolator panas tahun pelajaran 2015/2016.
Saran
1.
Dalam pembelajaran IPA
diupayakan siswa terlibat aktif .
2.
Metode demonstrasi dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan belajar IPA pada materi konduktor dan isolator
panas
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry
Hermawan, dkk, (2012), Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas
Terbuka
Dinn
Wahyudin, dkk., (2012), Pengantar
Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka.
Sardiman. AM (2001), Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Suprayekti, dkk., (2012), Pembaharuan Pembelajaran di SD, Jakarta:
Universitas Terbuka
Syaiful Bahri Djamarah (2000), Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: RinekaCipta
TIM FKIP (2012), Pemantapan Kemampuan
Profesional, Jakarta: Universitas Terbuka.
Udin S. Winataputradan Tito Rosita
(1997), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud.
No comments:
Post a Comment