PENINGKATAN
HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG
BILANGAN DENGAN METAN BEKEL PADA PESERTA DIDIK
KELAS I SDN LIMBANGAN 04 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Turyamah
(Guru SDN Limbangan 04 Kecamatan
Kersana Kabupaten Brebes)
ABSTRAK
Urgensi penelitian ini adalah hasil ulangan harian pada kompetensi operasi
hitung bilangan nilai rata-rata 63,33 serta yang sudah mencapai tuntas belajar
(KKM 70) hanya 66,67%. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
medeskripsikan proses pembelajaran dengan menggunakan metan bekel
untuk meningkatkan hasil belajar. Rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini
adalah 1) bagaimanakah proses pembelajaran dengan metan bekel untuk
meningkatakan hasil belajar operasi hitung bilangan; 2) bagaimana peningkatan aktivitas
belajar peseta didik; 3) adakah perubahan nilai sikap pada peserta didik.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Nilai rata-rata
prasiklus 63,33 ketuntasan 66,67%, siklus dua menjadi 89,39, ketuntasan 91,66%.
Peningkatan keaktifan peserta didik pada prasiklus 69,4%, pada siklus dua
menjadi 91,67% sikap peserta didik juga mengalami perubahan menjadi baik.
Kata kunci: Hasil belajar, Aktivitas, Nilai
sikap, Metan bekel
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil ulangan harian pada kompetensi operasi
hitung bilangan nilai rata-rata 63,33 serta yang sudah mencapai tuntas belajar
(KKM 70) hanya 66,67%.
Berdasarkan hasil refleksi, beberapa faktor
penyebab rendahnya kemampuan peserta didik kelas I diantaranya pembelajaran matematika
yang dilaksanakan masih cenderung bersifat konvensional, guru jarang
menggunakan media pembelajaran atau alat peraga dan kurangnya minat belajar
peserta didik terhadap mata pelajaran matematika. Peserta didik kurang terlibat
aktif, peserta didik lebih banyak mendengar, guru jarang menggunakan media pembelajaran atau alat
peraga.
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembelajaran
dengan menggunakan metan bekel untuk meningkatkan hasil belajar
operasi hitung bilangan, bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar operasi
hitung bilangan pada peserta didik kelas I, bagaimanakah perubahan nilai sikap
peserta didik kelas I setelah mengikuti pembelajaran dengan metan bekel.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
peserta didik dan medeskripsikan proses pembelajaran dengan
menggunakan metan bekel, mendeskripsikan peningkatan kompetensi
operasi hitung bilangan pada peserta didik dengan menggunakan metan bekel,
mendeskripsikan perubahan nilai sikap peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran dengan metan bekel.
Pengertian
Belajar
Pengertian belajar dapat diartikan
sebagai aktifitas mental atau ( psikhis ) yang terjadi karena adanya interaksi
aktif antara ndividu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan
yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek : kognitif, psikomotor dan
afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru atau
penyempurnaan / penigkatan dari hasil belajar yang telah di peroleh sebelumnya.
Menurut Slavin pengertian belajar merupakan proses perolehan
kemampuan yang berasal dari pengalaman. Sedangkan menurut Gagne pengertian
belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur
yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Catharina Tri
Anni (2004).
Pengertian belajar menerut Cronbach
memberikan definisi :“Learning is shown by a change in behavior
as a result of experience”. (Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam
perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears memberikan batasan pengertian
belajar sebagai:“Learning is to observe, to read, to initiate, to
try something themselves, to listen, to follow direction”. (Belajar adalah
mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,
mengikuti petunjuk/arahan). Sedangkan Geoch, memberi batasan pengertian
belajar sebagai : “Learning is a change in performance as a result of
practice”. (Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil
praktek. (Sardiman A.M, 2005:20)
Pengertian belajar juga dapat
didifensikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah
lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa
karaktarestik-karaktarestik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat
dijelaskan dengan dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan, atau
perubahan sementara dari organisme. (Learning is the process by which an
activity that the characteristics of the change in activity cannot be explained
on the basis of native response tendencies, maturation, and temporary states of
the organism) (Hilgard & Bower, 1996:2, dalam Jogiyanto, 2006:12).
Pengertian Belajar menurut W.
Gulö (2002: 23) adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir,
bersikap, dan berbuat. James O. Whittaker (Djamarah,1999) menyatakan bahwa
pengertian belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedanghkan menurut R. Gagne (Djamarah;
1999:22) pengertian belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian
belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Berdasarkan beberapa pengertian/definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar
itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar
sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu
yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.
Pengertian
Hasil Belajar
Buchori (1995: 96)
mengartikan prestasi belajar sebagai
hasil yang dicapai atau
yang ditunjukkan oleh peserta
didik sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajarnya, yang dicapai masing-masing anak dalam
periode tertentu dalam belajar.
Sardiman dalam Saminanto (2010:
97),aktivitas belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental. Menurut Gie dalam Wawan (2010: 1), aktivitas belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh
seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan
pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya
perubahan. Sedangkan menurut
Sardiman dalam Wawan (2010: 2), aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan peserta didik dalam mengikuti
pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir,
membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi
belajar.
Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2009: 114) keaktifan peserta didik dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah
diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat
diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca, mendengarkan,
menulis, meragakan, dan mengukur.
Pengertian Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat
yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa
alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga
dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut
untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan
digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi
(Hamalik, 1994 : 6)
• Media
sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
• Fungsi
media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
• Seluk-beluk
proses belajar;
• Hubungan
antara metode mengajar dan media pendidikan;
• Nilai
atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
• Pemilihan
dan penggunaan media pendidikan
• Berbagai
jenis alat dan teknik media pendidikan;
• Media
pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
• Usaha
inovasi dalam media pendidikan.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya
dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Media pembelajaran menurut Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2008: 4) adalah komponen sumber
belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruk-sional di lingkungan
peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
Belajar Kelompok
Dalam bahasa Inggris, kata
kelompok dan golongan disebut group. Kata ini, berfungsi sebagai
adjektif (kata sifat), adapun noun (kata bendanya) adalah in group, yang
berarti berkelompok atau berkumpul. Dari definisi-definisi tersebut,
kita dapat menyimpulkan bahwa kelompok berarti bersama-sama atau
berkumpul.
Setelah kita membahas
tentang ketiga istilah di atas, yaitu metode, belajar, dan kelompok,
selanjutnya penulis akan mengungkapkan pengertian belajar kelompok
menurut para ahli, bahwa istilah belajar kelompok sepadan dengan arti
study group atau study club. Jadi, belajar kelompok tertumpu pada
kegiatan siswa dan diskusi siswa untuk mencapai keberhasilan belajarnya.
Artinya, belajar kelompok atau Kerja Kelompok adalah kelompok
individu dalam kelas yang mengadakan kerjasama untuk melaksanakan tugas-tugas
belajar untuk terciptanya tujuan belajar.
Pelaksanaan belajarnya
dapat dilakukan secara berkelompok kecil (± 5 orang), bahkan dapat
dilengkapi dengan belajar secara klasikal tetapi yang menitikberatkan pada
tanya jawab dan diskusi.
Metode belajar kelompok
atau Kerja Kelompok mempunyai peranan yang amat penting dalam menumbuhkan
kedewasaan dan meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai materi apa pun yang
mereka kehendaki secara belajar bersama-sama. Metode ini, memberikan kesempatan
yang lebih besar kepada anak untuk mengeksplor bakat yang mereka miliki, serta
memilih teman yang mereka anggap baik dan tepat untuk belajar secara
bersama-sama, sehingga mereka dapat dengan mudah menguasai semua pengetahuan
yang mereka harapkan. Di samping itu, metode ini pun dapat melatih anak untuk
berpikir dan bekerja berkelompok, sehingga pengetahuan yang
mereka dapatkan akan lebih banyak dan lebih luas dibandingkan dengan mereka
yang mendapatkan pengetahuan sendiri.
Berdasarkan definisi
di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode belajar kelompok
atau Kerja Kelompok adalah suatu metode yang diterapkan oleh guru dalam
rangka menciptakan situasi belajar yang di dalamnya para pelajar dapat belajar
bersama-sama, sehingga mereka dapat mencapai hasil yang maksimal.
Dari beberapa perumusan
belajar yang telah disebutkan di atas, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan
tetapi secara prinsip mempunyai arti dan tujuan yang sama, yaitu bahwa belajar
adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk
memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri.
Adapun pengertian kelompok
mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kata kelompok
adalah kata sifat yang artinya kumpulan orang; yang tidak mengerjakan
sendiri-sendiri. Konotasi lain dari kata kelompok adalah berkumpul, kata
kumpul ialah sebuah kata sifat yang artinya bersama-sama menjadi satu kesatuan
atau kelompok (tidak terpisah-pisah).
Belajar kelompok atau
Kerja Kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan
satu kesatuan yang dapat belajar bersama, berbaur untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu. Dalam prakteknya, ada beberapa jenis belajar kelompok
yang dapat dilaksanakan yang semua itu tergantung pada tujuan khusus yang ingin
dicapai berdasarkan umur, kemampuan siswa, fasilitas, jenis tugas, dan media
yang tersedia. Adapun tujuan dari metode belajar kelompok, adalah:
1) Belajar
kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa, dengan memberi
sugesti, motivasi, dan informasi.
2) Melatih
diri anak dengan mengembangkan potensi dengan berinteraksi dengan orang lain.
3) Memupuk
rasa kebersamaan dengan cara bekerjasama memecahkan persoalan berupa pekerjaan/tugas
dari guru.
4) Melatih
keberanian siswa
5) Untuk
memantapkan pengetahuan yang telah diterima oleh para siswa
Semua metode pembelajaran yang telah
diketahui, mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, termasuk metode
belajar kelompok atau Kerja Kelompok juga mempunyai kelemahan dan
kelebihan. Adapun kelemahan dari metode belajar kelompok, yaitu:
1) Terlalu
banyak persiapan-persiapan dan pengaturan yang kompleks dibanding dengan metode
lain.
2) Bilamana
guru (di sekolah) dan orang tua (di rumah) kurang mengontrol maka akan terjadi
persaingan yang negatif antar kelompok.
3) Tugas-tugas
yang diberikan kadang-kadang hanya dikerjakan oleh segelintir siswa yang
cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas-tugasnya
kepada temannya dalam kelompok tersebut.
Sedangkan kelebihan yang
dimiliki oleh metode belajar kelompok atau Kerja Kelompok, yaitu:
1) Ditinjau
dari segi pedagogis, kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas
kepribadian siswa, seperti adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis,
dan disiplin.
2) Ditinjau
dari segi psikologis, timbul persaingan yang positif antar kelompok
karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok.
3) Ditinjau
dari segi sosial, anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat
membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas.
Ada beberapa petunjuk yang dapat dilakukan
dalam melaksanakan metode belajar kelompok, yaitu:
1) Pilih teman anda yang paling cocok untuk
bergabung dalam satu kelompok yang terdiri dari 3-5 orang. Anggota yang
terlalu banyak biasanya kurang efektif.
2) Tentukan dan sepakati bersama, kapan, di mana, dan apa
yang akan dibahas serta apa yang perlu dipersiapkan untuk keperluan diskusi.
Lakukan secara rutin minimal satu kali dalam satu minggu.
3) Setelah berkumpul secara bergilir tetapkan siapa
pimpinan kelompok yang akan mengatur diskusi dan siapa penulis yang akan
mencatat hasil diskusi.
4) Rumuskan pertanyaan atau permasalahan yang akan
dipecahkan bersama dan batasi ruang lingkupnya agar pembahasan tidak
menyimpang.
5) Bahas dan pecahkan setiap persoalan satu persatu
sampai tuntas, dengan cara memberi kesempatan kepada setiap anggota mengajukan
pendapatnya. Dari setiap pendapat yang muncul, dikaji secara bersama manakah
yang paling tepat. Kesimpulan jawaban yang telah disepakati bersama dicatat
oleh penulis.
6) Bila ada persoalan yang tidak dapat dipecahkan
atau tidak ada kesepakatan antar anggota, tangguhkan saja untuk dimintakan
pendapatnya kepada guru. Lanjutkan saja kepada persoalan yang lain.
7) Kesimpulan hasil diskusi
dicatat penulis, lalu dibagikan kepada anggota kelompok untuk dipelajari
lebih lanjut di rumah masing-masing.
Teknik pembelajaran belajar kelompok (bekel) merupakan salah satu
strategi belajar mengajar, di mana peserta didik di dalam kelas dipandang
sebagai suatu kelompok. Robert L. Cilstrap dan William R. Martin dalam
Roestiyah (2001: 45).
Burton dalam Nasution (2002: 56) menjelaskan “kerja
kelompok ialah cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu
lain untuk bekerja sama.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang
dilakukan oleh Sunarsih (2012) “Meningkatkan Hasil
Belajar Operasi Hitung Pembagian Bersusun Panjang Menggunakan Media Sedotan
bagi Peserta didik Kelas IV SDN Wonokusumo IX/595 Surabaya” (PGSD.Volume 02
Nomor 02 Tahun 2014). Diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media sedotan pada
pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV
SDN Wonokusumo IX/595 Surabaya.
Kerangka Berfikir
Kondisi awal
pembelajaran nilai ulangan peserta didik masih rendah,setelah dilakukan
refleksi maka akan diadakan perbaikaian pembelajaran siklus 1 dengan meggunakan
metan bekel sehingga, jika pembelajaran materi operasi hitung bilangan
menggunakan metan bekel diharapkan hasil belajar, aktivitas, dan sikap peserta
didik ada peningkatan. Jika pada pembeljaran siklus 1 hasil belajar, aktivitas,
dan sikap belum memenuhi indikator yang telah ditentukan makan diadakana
perbaikan pembelajaran siklus 2 dengan bantuan meta bekel. Setelah perbaikan
pembelajaran dua siklus diharapan indikator kinerja tercapai.
Dengan
menggunakan metan bekel diduga dapat meningkatkan hasil belajar
operasi hitung bilangan, meningkatkan keaktifan peserta didik, terdapat
perubahan nilai sikap peserta didik kelas 1.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Limbangan
04 Sekolah ini dipimpin oleh Bapak Sarwata,
S.Pd.SD yang bertindak sebagai Kepala Sekolah. SD
Negeri Limbangan 04
Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas di kelas I
SD Negeri Limbangan 04 UPTD Pendidikan Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.
Peserta didik kelas I berjumlah 36 peserta didik yang terdiri dari peserta
didik laki-laki 21 dan peserta didik perempuan 15.
Teknik dan alat Pengumpulan Data
Studi dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan sebagai pengambilan data pada kondisi awal (prasiklus) pada pembelajaran
operasi hitung bilangan bagi peserta didik kelas I SD Negeri Limbangan 04 semester
1 Tahun Pelajaran 2014/2015. Observasi
digunakan untuk mengetahui tentang respon peserta didik pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Instrumen untuk pengambilan data yang digunakan
adalah lembar observasi
aktivitas peserta didik dan guru dalam pembelajaran dan seperangkat tes, untuk mengetahui kemajuan prestasi belajar akibat
tindakan kelas.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator kinerja. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan kompe-tensi
data dianalisis dengan cara: data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi
tentang respon peserta didik yang merupa-kan gambaran mengenai keaktifan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh dari hasil belajar
peserta didik kemudian dihitung persentasi ketuntasannya yaitu jumlah peserta
didik yang memperoleh nilai 70 keatas dibagi jumlah peserta didik dalam satu
kelas dikalikan 100%.
Indikator Kinerja
Keaktifan peserta didik minimal 85 % dari jumlah
peserta didik, ketuntasan
belajar peserta didik lebih dari 80
% dari jumlah peserta didik, nilai rata-rata secara klasikal
minimal 70, nilai sikap
minimal baik mencapai 85% dari jumlah peserta didik.
Penelitian
ini dilaksanakan dengan menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
terdiri atas 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peningkatan
jumlah peserta didik yang tuntas belajar, nilai rata-rata pada siklus 1 karena
guru sudah menggunakan media sedotan, kantung bilangan, dan belajar kelompok,
guru memberi penjelasan tentang materi, guru membimbing setiap kelompok,
peserta didik terlibat langsung menggunakan media sedotan. Pada pembeljaran
siklus 2 tindakannya dengan membuat belajar kelompok dengan anggota 2 peserta
didik sehingga peserta didik lebih fokus terhadap pembelajaran.
Grafik Ketuntasan
Belajar
Grafik Keaktifan peserta didik
Berdasarkan
grafik di atas keaktifan belajar peserta didik sebelum ada tindakan berdasarkan
refleksi peneliti peserta didik yang katagori sangat aktif 25 anak, cukup aktif 8 anak, dan kurang aktif
3 anak. Setelah pembelajaran siklus 1 dengan menggunakan metan dan bekel ada
peningkatan keaktifan peserta didik walaupun belum maksimal. Keaktifan belajar
peserta didik pada siklus 1 menjadi sangat aktif 28 anak, cukup aktif 8 anak,
dan kurang aktif nol, karena keaktifan belajar
peserta didik belum memenuhi indikator kinerja yaitu 85% dari seluruh
peserta didik, maka diadakan pembelajaran siklus 2. Pembelajaran siklus 2 guru
memaksimalkan media, bimbingan, membentuk kelompok kecil keaktifan belajar bisa
maksimal. Keaktifan belajar peserta didik pada siklus 2 meningkat menjadi
sangat aktif 33 anak, dan cukup aktif 3 anak.
Grafik nilai sikap
Berdasarkan
grafik di atas pem-belajaran sebelum ada tindakan nilai sikap peserta didik
yang mendapat nilai baik untuk kerja
sama 64% atau 23 peserta didik, sikap menghargai pendapat orang lain 67% atau
24 peserta didik, dan sikap disiplin 26 peserta didik atau 72% meningkat pada
pembelajaran siklus 1 untuk kerja sama menjadi 72,2% atau 26 peserta didik,
sikap menghargai pendapat orang lain 77,8% atau 28 peserta didik, sikap
disiplin 77,8% atau 28 peserta didik, dan pada pembelajaran siklus 2 nilai
sikap katagori baik meningkat menjadi 94% atau 34 peserta didik kerja samanya
baik, 97% atau 35 peserta didik mengahargai pendapat orang lain sudah baik, dan
kedisiplinan dalam pembelajaran baik mencapai 94% atau 34 peserta didik.
Rata-rata nilai sikap dari kegiatan prasiklus 67,67% meningkat 75,93%, pada
siklus1, mengalami peningkatan 95% pada siklus 2.
Pembahasan
Pada siklus I ini, guru sudah menggunakan (Metan) Media Sedotan (Drinking Straws), Kantong Bilangan dan (bekel) belajar kelompok dengan lebih baik dalam pembelajaran. Guru mengawali pembelajaran
dengan membahas PR walaupun tidak melibatkan peserta didik dan hanya
menyebutkan jawaban yang benar saja. Guru memberikan penjelasan secara singkat
di awal pelajaran tentang materi yang diajarkan. Suasana kelas lebih terkendali
karena proses diskusi mulai berjalan meskipun hanya beberapa peserta didik yang aktif
dalam diskusi kelompok. Hal tersebut terjadi karena guru kurang memotivasi
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.
Keaktifan peserta didik
dalam kelompok sudah tampak lebih baik bila dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya, meskipun hanya beberapa peserta didik tertentu yang benar-benar
aktif dalam mengikuti pembelajaran keaktifan peserta didik yang sangat aktif
sekitar 77,78%. Pembelajaran dengan
menerapkan media Sedotan (Drinking Straws), kantong bilangan, dan
belajar kelompok pada pertemuan ini telah dapat menarik perhatian peserta didik
untuk fokus mengikuti pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar peserta
didik dalam belajar matematika meskipun hasilnya belum memuaskan. Peserta didik
yang mempunyai nilai di atas KKM (70) sebanyak 28 peserta didik atau 77,78%.,
nilai sikap untuk kerja sama mencapai 64%, sikap mengahraga pendapat orang lain
67%, dan sikap disiplin 72%.
Pada siklus 2 ini, guru bersama peserta
didik mengawali pembelajaran dengan membahas PR. Penerapan media Sedotan (Drinking
Straws), kantong bilangan, dan belajar kelompok
juga sudah sangat maksimal. Guru memberikan penjelasan secara singkat di awal
pelajaran tentang materi yang diajarkan, kemudian dilanjutkan dengan proses kerja kelompok.
Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan pembelajaran dengan melibatkan
peserta didik untuk ikut menyimpulkan.
Pembelajaran pada siklus 2 ini tidak lagi
gaduh dan peserta didik fokus pada materi yang semakin kompleks. Peserta didik terlihat
semakin tertarik belajar dan mendengarkan setiap instruksi guru. Hubungan antar
peserta didik guru semakin akrab. Pemahaman peserta didik meningkat dan
menyebabakan peserta didik mampu menyelesaikan beberapa soal dengan berbagai variasi bentuk
soal.
Peningkatan yang ditargetkan peneliti juga
sudah terpenuhi pada siklus 2 ini. Dalam siklus 2 ini jumlah peserta didik yang mempunyai
nilai di atas KKM (70) sebanyak 33 peserta didik atau 91,66 %. Hal tersebut berarti target peneliti yaitu sebanyak 80% peserta didik lulus KKM
sudah tercapai bahkan terlampaui.
Keaktifan belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu 91,67% peserta
didik sangat aktif, serta nilai sikap peserta didik meningat menjadi 34 peserta
didik atau 94,44% nilai sikap kerja sama
peserta didik baik., sikap menghargai pendapat orang lain katagori baik
mencapai 35 peserta didik atau 97,22%,
dan kedisiplinan peserta didik dalam mengerjakan tugas mencapai 34 peserta
didik atau 94,44%.
PENUTUP
Metan bekel adalah pembelajaran dengan media sedotan dikombinasikan
dengan belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung
bilangan pada peserta didik kelas I. Nilai rata-rata prasiklus 63,33 ketuntasan
66,67%, siklus dua menjadi 89,39, ketuntasan 91,66%.
Metan bekel dapat meningkatkan keaktifan peserta
didik dalam mempelajari kompetensi operasi hitung bilangan bagi peserta didik
kelas 1. Peningkatan keaktifan peserta didik pada prasiklus 69,4%, pada siklus
dua menjadi 91,67%. Pembelajaran dengan metan bekel terdapat
perubahan nilai sikap dari cukup pada pembelajaran sebelum tindakan menjadi
baik pada pembelajaran siklus 2.
Saran
Bagi Guru: untuk meningkatkan hasil belajar materi
operasi hitung dan bilangan pada kelas satu hendaknya menggunakan alat peraga
yang konkret.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Buchori, Mochtar.
1995. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Dimyati dan Mudjiono.
2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nasution, S.
2002. Berbagai pen-dekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Bumi Aksara.
Roestiyah, NK. 2001. Strategi
belajar mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Saminanto.
2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: RaSAIL
Media Group.
Sunarsih, Eka. 2012. “Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Pembagian Bersusun Panjang
Menggunakan Media Sedotan Bagi Peserta didik Kelas IV SDS Wonokusumo IX/595 Surabaya”. JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014 diunduh tanggal 2 April 2015 pukul
07.30 WIB.
Wawan, A dan
Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan ,Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika
No comments:
Post a Comment