Sejak Awal, Jokowi Tolak UN SD-SMP
JAKARTA - Wacana calon presiden Joko Widodo (Jokowi) menghapuskan Ujian Nasional (UN) di jenjang SD-SMP dan menjadikan UN SMA hanya sebagai pemetaan kualitas pendidikan, diapresiasi Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Sekretaris Jenderal FSGI Retno Listyarti mengungkapkan Gubernur DKI Jakarta non aktif itu sejak awal memang menentang adanya UN.
"Jauh sebelum nyapres, Jokowi sudah
menyatakan tidak setuju pada kebijakan UN. Hal ini saya dengar dengan
mata dan telinga saya sendiri," kata Retno menjawab JPNN di Jakarta,
Rabu (11/6).
Karena itu, Retno yakin jika Jokowi jadi
presiden, maka kebijakan UN akan dihapus kecuali untuk SMA yang tetap
diberlakukan tapi hanya sebagai pemetaan, bukan penentu kelulusan.
Menurut Retno, pernyataan Jokowi akan
menghapus di SD dan SMP dan tetap mempberlakukan di SMA, sebenarnya
mencontoh Filandia. Di sana, pada level SMA, UN dijadikan tes masuk PTN.
Sedangkan Jokowi menyatakan UN di level
SMA dijadikan pemetaan kualitas pendidikan sebagaimana amanat UU No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UN pertama dijalankan pada pemerintahan
SBY-Jusuf Kalla (JK) Mei 2005. Sejak awal, UN dijadikan penentu
kelulusan. Hal ini menjadi kontroversi karena di UU Sisdiknas UN hanya
untuk pemetaan kualitas pendidikan. Bahkan, Mahkamah Agung pada 2010
juga telah mengeluarkan putusan yang melarang penyelenggaraan UN yang
dicetuskan oleh JK tersebut.
"FSGI yakin Jokowi pasti akan memilih
Mendikbud yang juga menyetujui penghapusan UN dan JK sebagai wapresnya
harus menyetujui dan saya yakin JK akan menyetujui kebijakan ini juga,
presidennya Jokowi bukan JK," tandasnya.
No comments:
Post a Comment