Program SM3T Salah Satu Solusi Pemerataan Kualitas Pendidikan
Fri, 08/08/2014 - 11:50
Jakarta, Kemdikbud –
Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM3T) menjadi salah satu solusi
masalah pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. SM3T adalah progam
pemerintah mengirimkan sekitar 3.000 sarjana pendidikan setiap tahun ke
daerah-daerah terpencil, terluar, dan tertinggal untuk memenuhi
kebutuhan guru yang masih kurang.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Ibnu Hamad dalam
sebuah wawancara di ruang kerjanya, Kamis (7/8/2014) mengatakan, para
sarjana pendidikan cukup antusias mengikuti program ini, karena setiap
tahun pendaftar SM3T membludak. “Tujuan mereka dikirim adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah 3T. Mereka ditempatkan di
sejumlah daerah terpencil di wilyah Papua, Nusa Tenggara Timur, Aceh,
dan provinsi lainnya selama satu tahun,” kata Ibnu yang cahbrebes2010.blogspot.com kutip dari laman kemendibud.go.id.
Ia menambahkan, sebelum mengikuti program ini,
peserta yang lulus seleksi diikutkan dalam pelatihan. Tahapan pelatihan
ini mengajarkan kepada peserta bagaimana mengajar di daerah 3T dengan
segala keterbatasan sarana dan prasaranan yang ada. “Mereka diberikan
konsep ‘ketahanmalangan’, karena medan di daerah tersebut cukup sulit.
Ada yang harus menembus sungai menuju ke tempat tugas, ada pula yang
harus menempuh perjalanan yang cukup lama,” imbuh Ibnu.
Setelah selama satu tahun menempuh program ini,
mereka yang berminat menjadi guru diberikan beasiswa pendidikan profesi.
Dengan mengikuti pendidikan profesi ini, setelah lulus mereka sudah
bisa mengabdi sebagai guru melalui jalurnya masing-masing. “Jika ada
penerimaan CPNS, silakan mereka mendaftar untuk menjadi guru PNS. Bisa
juga menjadi guru profesional di masyarakat, misalnya di sekolah
swasta,” katanya.
Ibnu juga yakin program ini menjadi salah satu
cara mendapatkan guru masa datang yang terbaik. Hal itu karena selama
satu tahun mereka telah mengabdi di daerah yang tidak mudah, serta latar
belakang budaya dan bahasa yang berbeda. Program ini juga mengenalkan
rasa kebangsaan yang kental kepada para sarjana pendidikan ini, karena
mereka berhadapan langsung dengan masyarakat setempat yang memiliki adat
istiadat yang berbeda dengan budaya yang dimiliki.
“Dapat dibayangkan, mahasiswa dari Bandung,
misalnya, lulusan Universitas Pendidikan Indonesia mengabdi di Papua
dengan budaya yang sama sekali berbeda, tetapi mereka akhirnya dicintai
oleh masyarakat dan murid-murid di sana, bahkan dianggap sama dengan
penduduk setempat. Memang untuk menjadi seorang guru berkualitas
diperlukan program seperti SM3T,” tutur Ibnu.
No comments:
Post a Comment