Ing ngarso sung tuladha Ing madya mangun karsa Tut wuri handayani "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberikan daya kekuatan"
Friday, 26 August 2016
Tuesday, 23 August 2016
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI KERSANA 01 KECAMATAN KERSANA
KABUPATEN BREBES
Oleh : DURIAH, S.Pd
ABSTRAK
Dalam menyampaikan materi pembelajaaran sering kali kita menghadapi berbagai kendala khususnya dalam memilih metode agar
pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran yang membosankan ini tentu
akan terus berlangsung apabila para guru khususnya guru kelas hanya menggunakan
metode yang konvensional saja, tidak melakukan inovasi dalam kegiatan
pembelajarannya. Minat siswa khususnya siswa kelas 5 terhadap
Mata Pelajaran
IPS masih kurang, menyebabkan hasil belajarnyapun kurang memuaskan yaitu
sekitar 50 % siswa belum mencapai KKM (Kriteri
Ketuntasan Minimal).
Usaha
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan metode cooperative learning tipe
jigsaw. Pembelajaran tersebut dibagi dalam sejumlah kegiatan, yaitu; (1)
pendahuluan, yang meliputi pemberian motivasi berkaitan dengan peningkatan hasi
belajar dan pemahaman serta pengenalan (penjelasan) tentang metode cooperative
learning tipe jigsaw, (2) kegiatan inti, yaitu pembagian kelompok dan kartu
soal dengan membentuk kelompok tim ahli, dan (3) penutup, yaitu evaluasi atau
pengukuran hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang menggunakan metode
cooperative learning tipe jigsaw dapat disimpulkan bahwa: (1) hasil belajar Siswa pada Siklus I mengalami peningkatan, yang dibuktikan
dengan siswa yang berhasil mencapai nilai
KKM, meningkat menjadi 18 orang atau 75 %
atau terdapat peningkatan sebesar 25
% dari sebelumnya, (2) hasil belajar
siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar pada
siklus I yang dibuktikan dengan siswa
yang berhasil mencapai nilai KKM meningkat menjadi 21 orang atau 87,5 % atau terdapat peningkatan sebesar 12,5 % dari sebelumnya.
PENDAHULUAN
Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki
berbagai kompetensi, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang RI No.
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru sebagai penggagas perubahan di
tengah masyarakat, dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Oleh karena itu seorang guru harus berusaha memikul tanggung jawab besar
terhadap pembelajaran khususnya kepada peserta didik demi meningkatkan
pengetahuan dan hasil pengalaman belajarnya. Sebagai agen pembelajaran guru
tidak hanya bertugas sebagai pengajar dan pendidik saja, tetapi harus
pula memiliki kemampuan dalam memilih metode pembelajaran yang paling
akomodatif dan kondusif untuk siswa , sehingga siswa dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
Namun dalam kenyataannya guru seringkali mendapat kendala
bagaimana memilih dan menggunakan metode dalam pembelajaran, metode dan
strategi yang bagaimana yang paling tepat untuk membahas satu materi
pembelajaran, atau metode apakah yang paling diminati oleh sebagian besar siswa,
sehingga tercipta pembelajaran yang “PAIKEM GEMBROT” yaitu Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Edukatif, Menyenangkan,
Gembira dan Berbobot.
Penulis sebagai guru kelas 5 sering kali menghadapi berbagai
kendala dalam menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode agar
pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran yang membosankan ini tentu
akan terus berlangsung apabila para guru khususnya guru kelas hanya menggunakan
metode yang konvensional saja, tidak melakukan inovasi dalam kegiatan
pembelajarannya. Apalagi kenyataan yang penulis hadapi saat ini minat siswa
khususnya siswa kelas V
terhadap mata pelajaran IPS masih kurang yang menyebabkan hasil
belajarnyapun kurang memuaskan yaitu sekitar 50 % siswa belum mencapai KKM (Kriteri
Ketuntasan Minimal).
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, penulis menganggap
sangat perlu melakukan penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan mencoba menggunakan metode pembelajaran koperatif atau Cooperative
Learning yang sedang gencar disosialisasikan sebagai alternatif dan berharap
dengan metode ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode yang
akan dicoba adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Berdasarkan hal tersebut di atas, masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah " Apakah penggunaan metode cooperative
learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Kersana 01 Kecamatan
Kersana Kabupaten Brebes. Adapun tujuan penelitian makalah ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode
cooperative learning tipe jigsaw di SD Negeri Kersana 01 Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang berarti:
Bagi
siswa dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar dan dapat
meningkatkan minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran IPS berikutnya sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar. Bagi penulis merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai
guru yang professional. Bagi rekan guru khususnya dan guru lainnya dapat dijadikan
sebagai bahan acuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw sebagai alternatif dan menambah variasi dalam melaksanakan
pembelajaran. Bagi Sekolah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Belajar
Menurut R.Gagne seperti yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya
Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi
belajar, yaitu:
- Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
- Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
B.
Hasil Belajar
Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987 :767 ) ”Prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu
tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan”.
Sehubungan dengan hasil belajar, Poerwanto (1986 :
28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.
Sedangkan menurut S. Nasution (1996 : 17) “Prestasi
belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
prestasi atau hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang diperoleh
seseorang dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
1. Faktor Intern
Faktor
Intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang tergolong faktor intern adalah kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi.
·
Kecerdasan atau intelegensia adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang diadapinya.
·
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki sesorang
sebagai kecakapan pembawaan.
·
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenali beberapa kegiatan atau kecenderungan yang mantap dalam
subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu.
·
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Faktor Ekstern
Yaitu
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang bersifat dari luar
diri siswa, yaitu keadaan keluarga, sekolah dan sekitarnya.
·
Keadaan Keluarga dapat menentukan keberhasilan anak
dalam belajar.
·
Faktor Guru, guru sebagai tenaga bependidikan memiliki tugas
menyelenggarakan kegiatan blajar mengajar, membimbing, mengolah, meneliti, dan
mengembangkan serta memberikan pelajaran kepada siswa.
·
Sumber Belajar, merupakan faktor yang menunjang
keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar.
·
Metode Mengajar, Yaitu cara-cara yang dilakukan oleh
guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
D. Penggunaan Metode Cooperative Learning (CL)
1. Pengertian metode
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti
cara atau jalan yang ditempuh. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Metode mengajar mampu membangkitkan motivasi, minat atau
gairah belajar siswa bahkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 740) metode
adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Sudjana dalam Adang Heriawan
dkk.(2012:73) Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungannya dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran,
peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan
belajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
metode adalah cara yang digunakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.
2. Pengertian
Metode Cooperative Learning (CL)
Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang
menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri
dari 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang
spesifik sampai tuntas. (Adang Heriawan dkk,2012:109).
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010 : 12) Cooperative
Learning adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan
struktur kelompok heterogen.
Inti dari pembelajaran kooperatif menurut Robert E.Slavin
yang diterjemahkan oleh Narulita Yusron (2010 : 8) “Dalam metode
pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang
beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.”
Menurut Johnson &Johnson dalam Isjoni (2010 : 17)
Cooperataive Learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas
ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja bersama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok
tersebut.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
Metode Coopetatif Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan materi pembelajaran,
memecahkan masalah atau menyelesaikan sebuah tujuan.
3. Jenis-Jenis Metode Cooperatif Learning
Ada beberapa metode dalam model pembelajaran Cooperative
Learning diantaranya:
1) Jigsaw
2) Student Team
Achievement Division (STAD)
3) Team Game Tornament
(TGT)
4) Number Head
Together (NHT)
5) Group
Investigation
6) Team Assisted
Individualization (TAI)
4. Metode Cooperative Learning Tipe JIGSAW
Pembelajaran Kooperatif JIGSAW merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan cara
membentuk tim ahli. Dalam metode ini terdapat tahap-tahap dalam
penyelenggaraannya, yaitu :
1)
Pembentukan kelompok siswa yang terdiri
dari 4-6 orang sebaiknya heterogen.
2)
Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk
mempelajari materi tertentu
3)
Setiap anggota kelompok yang mempelajari
materi yang sama bertemu dalam satu kelompok baru membentuk ‘Tim Ahli’.
Selanjutnya materi tersebut didiskusikan, dipelajari apabila menemukan masalah
dibahas bersama.
4) Setelah
masing-masing perwakilan dalam tim ahli tersebut dapat menguasai materi yang
ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok
masing-masing atau kaelompok asalnya.
5)
Masing-masing anggota tersebut saling
menjelaskan kepada teman satu kelompoknya.sehingga teman dalam satu kelompoknya
dapat memahami materi yang ditugaskan guru.
6)
Siswa diberi tes/kuis untuk mengetahui
apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi atau belum.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di Sekolah yang disampaikan secara terpadu, terdiri
dari materi pelajaran Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Tabel 1
Deskripsi Kondisi Awal
No
|
Aspek
Penelitian
|
Sebelum
Tindakan Pertemuan 1
|
Refleksi
|
1
|
Minat Belajar dan Aktivitas
Siswa
|
Kurang
|
·
Guru
sangat perlu memberi motivasi kepada siswa
·
Segera
sosialisasikan PAIKEM
·
Harus
mengevaluasi langkah-langkah pembelajaran
|
2
|
Aktivitas Guru
|
Cukup
|
·
Sebaiknya
menuliskan tujuan pembelajaran
·
Sampaikan
tujuan pembelajaran secara bertahap
|
3
|
Kendala yang dihadapi
|
·
Masih
ada siswa yang datang terlambat
·
Terdapat
siswa yang mengobrol
·
Terdapat
siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain
·
Terdapat
siswa yang diam saja
|
o Guru sangat perlu mengubah metode
dalam pembelajaran
o Perlu mengevaluasi langkah-langkah
pembelajaran yang lebih efektif
o Segera sosialisasikan PAIKEM
|
4
|
Hasil Tes
|
·
Nilai
terendah 50 ada 6 orang = 25 %
·
Nilai
60 ada 8 orang = 33,33 %
·
Nilai
70 ada 4 orang = 16,67 %
·
Nilai
80 ada 3 orang = 12,5 %
·
Nilai
90 ada 2 orang = 8,33 %
·
Nilai
100 ada 1 orang = 4.17 %
|
·
Segera
mengubah metode Dicoba
metode jigsaw
|
5
|
Ketuntasan Belajar Klasikal
|
Dari 24 orang siswa yang tuntas 6
orang= 25 %
|
·
Perlu
kerja keras untuk meningkatkan ketuntasan
|
Deskripsi Hasil Siklus I
Tabel 2 Hasil Pengamatan tiap Aspek pada
Siklus I
No.
|
Aspek Penelitian
|
Pertemuan
2
|
Refleksi
|
|
1
|
Aktivitas Siswa
|
89,19 % Orang siswa tidak aktif
diskusi dalam tim ahli
|
·
Masih
bingung dengan metode jigsaw
·
Beri
kesempatan siswa untuk bertanya .
|
|
2
|
Aktivitas Guru
|
Cukup
|
·
Agar
menjelaskan kembali cara-cara jigsaw
·
Guru
agar menyampaikan tujuan pembelajaran
·
Guru
kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
|
|
3
|
Kendala yang dihadapi
|
·
Kekurangan
waktu
·
Siswa
belum terbiasa dengan metode Jigsaw
·
Menyiapkan
tempat duduk menyita waktu
·
Pembagian
kelompok terlalu banyak
·
Kelompok Tim Ahli anggotaya terlalu banyak
·
Diskusi
Tim Ahli tidak efektif
·
Masih
ada beberapa siswa tidak mengikuti pembelajaran
·
Penentuan
materi yang dibahas terlalu banyak.
·
Siswa tidak sempat presentasi dan membuat kesimpulan
|
||
4
|
Hasil Belajar
|
·
Nilai
terendah 65 ,ada 2 orang = 8,33 %
·
Nilai
70 ada 4 orang = 16,67 %
·
Nilai
75 ada 7 orang = 29,17%
·
Nilai
80 ada 4 orang = 16,67 %
·
Nilai
85 ada 2 orang =8,3 %
·
Nilai
90 ada 3 orang = 12,5 %
·
Nilai
tertinggi, 100 ada 2 orang = 8,33
%
|
agar
mengevaluasi langkah-langkah pembelajaran
|
|
5
|
Ketuntasan Belajar Klasikal
|
·
Ada
peningkatan siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 orang = 75
%
·
Tingkat
kesukaran soal perlu diperhatikan
·
Jumlah
soal perlu ditambah agar lebih banyak alternative
|
||
Deskripsi Hasil Siklus II
Tabel 3 Hasil Pengamatan Tiap Aspek Siklus
II
No
|
Aspek Penelitian
|
Pertemuan 3
|
Refleksi
|
1
|
Aktivitas Belajar Siswa
|
·
95,8
%
·
Hampir
semua siswa (23 orang dari 24 siswa ) aktif
·
Masing-masing
siswa sudah terbiasa dengan Jigsaw
|
Perlu menambah sumber belajar
Perlu bimbingan dan pengawasan
dari guru agar aktifitas belajar lebih berkualitas
|
2
|
Aktivitas Guru
|
Cukup Kegiatan Awal, Kegiatan Inti
dan Kegiatan Akhir sudah dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan RPP.
|
Agar
menyediakan buku sumber yang lebih bervariasi dan lakukan
motivasi dalam setiap pembelajaran
|
4
|
Hasil Belajar
|
·
Nilai
70 ada 3 orang = 12,5%
·
Nilai 75
ada 3 orang = 12,5 %
·
Nilai
80 ada 4 orang = 16,67%
·
Nilai
85 ada 3 orang = 12,5 %
·
Nilai
90 ada 4 orang = 16,67 %
·
Nilai
95 ada 4 orang = 16,67 %
·
Nilai
100 ada 3 orang = 12,5 %
|
Jenis dan bentuk soal agar lebih
bervariasi
|
5
|
Ketuntasan Belajar Klasikal
|
·
Dari
24 orang siswa yang sudah
mencapai ketuntasan belajar , sebanyak 21
orang = 87,5
%.
·
Siswa
yang belum tuntas sebanyak 3
orang = 12,5
%
|
Sudah mencapai tingkat ketuntasan ideal
yaitu sebesar 85 %
|
Tabel 3 Perbandingan
Hasil Tes Sebelum
Tindakan, Siklus
I dan Siklus II
No
|
Nilai
|
Jumlah
Siswa / Persentase
|
|||||
Sebelum Tindakan
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
|||||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
||
1
|
50
|
6
|
25
|
–
|
–
|
–
|
–
|
2
|
60
|
8
|
33,33
|
–
|
–
|
–
|
–
|
3
|
65
|
–
|
–
|
2
|
8,33
|
–
|
–
|
4
|
70
|
4
|
16,67
|
4
|
16,67
|
3
|
12,5
|
5
|
75
|
–
|
–
|
7
|
29,17
|
3
|
12,5
|
6
|
80
|
3
|
12,5
|
4
|
16,67
|
4
|
16,67
|
7
|
85
|
–
|
–
|
2
|
8,3
|
3
|
12,5
|
8
|
90
|
2
|
8,33
|
3
|
12,5
|
4
|
16,67
|
9
|
95
|
–
|
–
|
–
|
–
|
4
|
16,67
|
10
|
100
|
1
|
4,16
|
2
|
8,33
|
3
|
12,5
|
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan yang terdiri dari 2 siklus kegiatan, diperoleh data bahwa aktivitas atau keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Sedangkan pada pertemuan berikutnya yaitu Siklus I, aktivitas belajar siswa menunjukan peningkatan yaitu sebesar 89,19 % . Besaran persentase ini dilihat dari jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebanyak 21 orang. Dari 24 orang siswa ada 3 orang yang tidak ikut diskusi dalam tim ahli. Sedangkan pada Siklus II, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari aktivitas belajar siswa hingga mencapai 95,8 %, yaitu 23 orang siswa sudah mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Peningkatan Aktivitas yang positif ini terjadi setelah adanya tindakan melalui penggunaan Metode Pembelajaran Kooperataif tipe Jigsaw, dimana metode ini mengharuskan siswa untuk aktif mempelajari materi dan menguasainya untuk didiskusikan dalam kelompok tim ahli, siswa harus bertanggung jawab atas tugasnya karena harus menjelaskan kembali kepada kelompok asalnya.
Observasi atau pengamatan yang
dilakukan oleh rekan guru yang bertindak sebagai observer atau kolaborator
menyatakan bahwa aktivitas guru sudah cukup bahkan sudah baik, meskipun masih
ada beberapa hal yang harus diperbaiki berkaitan dengan bagaimana menciptakan
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini
dipandang sesuai dengan kenyataan dimana aktivitas guru banyak berfungsi
sebagai fasilitator dan motivator yang melayani siswa, baik dalam menguasai
materi pembelajaran maupun dalam meningkatkan kualitas belajar siswa.
Hasil tes siswa kelas V sebelum tindakan menunjukan angka
yang rendah, nilai terendah yaitu 50 sangatlah jauh dari target
ketuntasan minimal pelajaran IPS yang mencapai angka 75. Setelah diadakan
tindakan, pada Siklus I mengalami peningkatkan, nilai terendah mencapai angka
65 bahkan pada Siklus II berikutnya mengalami kenaikan, nilai terendah mencapai
70. Dengan kata lain mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
atau KKM untuk Tema V di SDN Kersana 01 sudah ditentukan sejak awal tahun pelajaran yaitu 75.
Sebelum tindakan, nilai ketuntasan belajar klasikal siswa kelas V hanya mencapai 25 % yaitu hanya 6 orang dari jumlah siswa 24 orang yang sudah mencapai
nilai KKM.
Setelah diadakan tindakan pada
siklus I ternyata mengalami peningkatan yaitu mencapai 75 % yaitu sebanyak 18 orang sudah mencapai KKM. Bahkan
pada siklus berikutnya Siklus II, mengalami peningkatan menjadi 87,5 % yaitu sebanyak 21 orang yang mencapai KKM.
SIMPULAN
Hasil
pembelajaran dapat disimpulkan:
1. Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Kersana
01 pada
Siklus I mengalami peningkatan, yang dibuktikan dengan perolehan nilai atau
hasil tes siswa yang semakin menunjukkan kemajuan. Siswa yang berhasil mencapai
nilai KKM, meningkat menjadi 18 orang atau 75 % atau terdapat
peningkatan sebesar 25 % dari sebelumnya.
2. Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Kersana
01 pada Siklus II mengalami peningkatan dari
hasil belajar pada siklus I yang dibuktikan dengan perolehan nilai atau hasil
tes yang diperoleh siswa. Siswa yang berhasil mencapai nilai KKM meningkat
menjadi 21 orang atau 87,5 % atau terdapat
peningkatan sebesar 12,5 % dari sebelumnya.
3. Ketuntasan Belajar secara Klasikal
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal meningkat menjadi 21 orang, yaitu sebesar 87,5 %.
4. Penggunaan Metode Cooveratieve
Learning Tipe Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPS Tema 5
Bangga Sebagai Bangsa Indonesia di SDN Kersana 01 Kabupaten Brebes.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
2001. Bimbingan dan Penyuluhan.
Jakarta : Depdiknas.
Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto, M.Pd (2010).
Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Penerbit : PT. Prestasi
Pustakaraya - Jakarta. Hal.74.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: UPI dan Rosdakarya.
Slavin,
Robert E. 2005. Cooperative Learning (cara efektif dan menyenangkan pacu
prestasi seluruh peserta didik). Bandung: Nusa Media.
Sudrajat,
Akhmad. 2008. Cooperative Learning-teknik Jigsaw.
Sugianto.
2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insa
Subscribe to:
Posts (Atom)