1. TEORI BELAJAR ALIRAN BEHAVIORISME
a. Teori Pengkondisian Pavlov
Terkenal dengan teori Classical Conditioning atau pengkondisian klasik. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan yang diinginkan. Pavlop menjelaskan pengkondisian klasik menjadi 4 fase yaitu 1) akuisisi 2) eliminasi 3) generalisasi, dan 4) deskriminasi.
b. Teori Koneksionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara stimulus (S) dan respon (R). Thorndike menemukan hukum-hukum belajar: 1) Hukun kesiapan (law of readiness), 2) Hukum Latihan (law of exercise), 3) Hukum Akibat (law of effect). Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar Throndike adalah agar siswa menguasai materi tertentu diawali dengan kesiapan siswa untuk belajar baik secara fisik maupun mental misalnya dengan berdo'a terlebih dahulu kemudian dismpaikan manfaat mempelajari materi tersebut.
c. Pengkondisian Operan oleh Skinner
Burrs Frederick Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behaviorisme dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant Conditioning. Manajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah atau penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Konsekuensi yang menyenangkan menguatkan perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan melemahkan perilaku itu. Konsekuensi yang menyenangkan dinamakan penguatan (reinforcement), sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan dinamakan hukuman (punishment).
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Skinner dapat dicontohkan agar siswa menguasai materi tertentu, guru dapat memberikan tugas pada siswa, baik tugas yang dikerjakan di kelas maupun tugas yang dikerjakan di rumah (PR).
d. Teori Pembiasaan Asosiasi Dekat Gutrie
Edwin R Gutrie adalah penemu teori pembiasaan asosiasi dekat (contigous conditioning theory). Teori ini menyatakan bahwa belajar adalah kedekatan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Guthrie, peningkatan hasil belajar secara berangsur-angsur dapat dicapai oleh siswa karena kedekatan asosiasi antara stimulus dan respon.
Pelaksananaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Gutrie, misalnya agar siswa menguasai materi tertentu, guru harus mencari kedekatan materi tersebut dengan sesuatu yang akan menjadi stimulus.
e. Teori Kognitif Sosial Bandura
Temuan paling penting dari penelitian ini adalah bahwa orang dapat mempelajari tindakan-tindakan baru hanya dengan mengamati bagaimana orang lain melakukannya.
Bandura menyatakan perilaku manusia terjadi dalam kerangka timbal balik tiga sisi, yaitu timbal balik antara perilaku, variabel lingkungan dan faktor personal seperti kognisi.
Bandura mengemukakan bahwa belajar dengan mengamati baik langsung maupun tidak langsung melalui empat fase, yaitu: (1) menaruh perhatian, (2) mengingat perilaku model, (3) memproduksi perilaku dan (4) termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Bandura adalah sebagai contoh agar siswa dapat menyelesaikan soal, guru harus memberikan contoh bagaimana menyelesaikan soal serupa.
f. Prinsip-prinsip Pembelajaran Behavioral
- Buatlah kelas aman dan nyaman.
- Jadilah terbuka dan spesifik mengenai materi yang perlu dipelajari.
- Yakinkan bahwa siswa memiliki pengetahuan dan keahlian dasar.
- Perlihatkan koneksi antar materi baru dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
- Ketika materi baru bersifat kompleks, perkenalkan secara perlahan.
- Asosiasikan materi yang akan dipelajari dengan hal-hal yang disukai siswa.
- Katakan kepada siswa, hal-hal apa yang paling penting.
- Kenali dan pujilah kemajuan.
- Cari tahu hal-hal yang menimbulkan perasaan dihargai dan gunakan untuk menguatkan
- Untuk sebuah tugas baru atau sulit, perlu disediakan penguatan yang lebih sering.
- Berikan penguatan akan perilaku belajar yang Anda harapkan dari siswa.
- Ciptakan situasi untuk sukses.
- Contohkanlah perilaku agar siswa meniru.
- Bahan ajar disajikan dalam bagian-perbagian dan berurutan.
2. TEORI BELAJAR ALIRAN KOGNITIVISME
Menurut pandangan kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
a. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke abstrak yang berurutan melalui empat periode.
Periode yang dikemukakan Piaget adalah 1). Periode sensori motor (0 -2 tahun), 2) Periode pra operasional (2 -7 tahun ), 3) Periode operasional konkrit (7 – 11/12 tahun), dan 4) Periode operasi formal (11/12 tahun ke atas).
Siswa SD berada pada periode operasional konkrit (7 – 11/12 tahun). Dalam periode ini anak berpikirnya sudah dikatakan operasional. Periode ini disebut operasional konkrit sebab berpikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek.
b. Teori Pemrosesan Informasi
Gagne mengemukakan teori belajar yang dikenal dengan
teori pemrosesan informasi. Teori ini pada dasarnya untuk menjelaskan fenomena
belajar. Proses yang terjadi seperti cara kerja komputer, yang dimualai dari
masukan (input) kemudian proses (procces) dan keluaran (output).
Pelaksananaan
pembelajaran dengan menggunakan teori pemrosesan informasi yaitu guru harus
berusaha agar bahan pelajaran yang ditangkap siswa pada saat pembelajaran dapat
maksimal.
c. Teori Bruner
Jerome Bruner berpendapat bahwa belajar ialah memahami
konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam materi yang dipelajari
serta mencari hubungan-hubungan
antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.
Bruner menggambarkan anak-anak
berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental yang tidak dikaitkan dengan
usia siswa, yaitu:
- Enactive. Dalam tahap ini anak-anak di dalam belajarnya menggunakan/memanipulasi objek-obek secara langsung.
- Ikonic. Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini, anak tidak memanipulasi langsung objek-objek seperti dalam enactive, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek.
- Symbolic. Tahap terakhir ini, menurut Bruner merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek.
D.P. Ausubel mengemukakan bahwa belajar dikatakan
menjadi bermakna (meaningful) bila
informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif
yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengaitkan informasi barunya dengan
struktur kognitif yang dimilikinya.
Ausubel mengidentifikasi empat kemungkinan tipe belajar :
- belajar dengan penemuan yang bermakna
- belajar dengan ceramah yang bermakna,
- belajar penemuan yang tidak bermakna,
- belajar dengan ceramah yang tidak bermakna
Dienes
mengembangkan teorinya, agar matematika menjadi lebih menarik dan lebih mudah
dipelajari.
Dienes
berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara
sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada siswa dalam bentuk-bentuk
konkrit.
Terdapat enam tahap yang beruntun dalam belajar
matematika yaitu 1) permainan bebas (free
play), 2) permainan yang menggunakan aturan (games), 3) permainan mencari kesamaan sifat (searching for comunalities), 4) permainan dengan representasi (representation), 5) permainan dengan
simbulisasi (simbolization), 6)
formalisasi (formalization).
f. Teori
Belajar Van Hiele
Menurut
Van Hiele ada tiga unsur utama dalam pembelajaran Geometri, yaitu waktu, materi pembelajaran, dan metode
pembelajaran yang diterapkan.
Adapun tahapan-tahapan belajar Geometri menurut Van
Hiele ada lima tahapan, yaitu tahap pengenalan bentuk suatu bangun geometri,
analisis sifat-sifat dari bangun geometri, pengurutan bangun-bangun geometri
yang satu dengan lainnya saling berhubungan, deduksi, dan akurasi/rigor (Karso,
dkk, 2013).
Pelaksananaan
pembelajaran dengan menggunakan teori van Hiele, yaitu setiap konsep geometri
harus dimulai dari tahap pengenalan.
g. Teori Belajar Brownell dan Van Engen
Menurut
William Brownell (1935) bahwa belajar itu pada hakekatnya merupakan suatu
proses yang bermakna dan pengertian.
Teori
makna memandang bahwa matematika sebagai suatu sistem dan konsep- konsep,
prinsip-prinsip dan proses-proses yang dapat dimengerti.
h. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kognitif
Implikasi teori
perkembangan kognitif Piaget bagi pembelajaran antara lain:
1. Pahami perkembangan kognitif
anak dan sesuaikan bahan ajar menurut tingkat perkembangannya.
2. Jagalah agar siswa tetap aktif
selama pembelajaran.
3. Ciptakan ketidak sesuaian agar
siswa terangsang untuk berpikir kritis.
4. Ciptakan interaksi sosial yang memadai.
Implikasi dari
teori pemrosesan imformasi:
- Perhatian para siswa dapat diraih dan dipertahankan lebih lama dengan menggunakan saluran sensorik dan memberikan variasi dalam penggunaannya.
- Waktu yang tepat untuk menjaga perhatian adalah ketika siswa sedang waspada.
- Untuk mengatasi kapasitas yang terbatas dari ingatan jangka pendek, informasi baru dapat diorganisasi dan dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya
- Pengulangan berkali-kali terhadap informasi baru dapat memindahkan informasi ke dalam ingatan jangka panjang.
- Untuk memanggil kembali informasi dalam ingatan jangka panjang dapat dilakukan dengan menghubungkan dengan informasi yang sudah diketahui pada saat itu
- Siswa harus membuat hubungan informasi baru dengan yang sudah dimiliki
- Informasi baru harus disajikan secara logik untuk disampaikan kepada siswa
- Siswa akan melupakan informasi
- Siswa harus berinteraksi dengan guru dan didorong untuk bertanya
- Ketika siswa menemukan sesuatu atas usaha sendiri, mereka akan belajar lebih baik.
- Para siswa perlu belajar mengenai cara belajar
- Tujuan terpenting dalam pembelajaran adalah membantu siswa menjadi pemecah masalah yang lebih baik.
Konstruktivisme didasarkan pada pernyataan bahwa kita semua membangun pengetahuan kita sendiri dari lingkungan untuk memperoleh pengalaman dan skema.
Menurut teori ini bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus mendapatkan penekanan.
Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau orang lain.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi belajar berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian direnungkan lalu dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran
konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata
dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan
pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam
upaya mengkonstruksi pengalaman.
a. Konsep Belajar Konstruktivisme Jean
Piaget
Menurut
Piaget, struktur kognitif yang dimiliki seseorang itu karena proses asimilasi
dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan
pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur mental yang sudah
dimiliki seseorang.
Akomodasi adalah proses penstrukturan kembali struktur
mental akibat adanya informasi dan pengalaman baru.
Jadi
menurut Piaget, belajar itu tidak hanya menerima informasi dan pengalaman baru
saja, tetapi juga penstrukturan kembali informasi dan pengalaman yang baru.
Pada
penerapan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme, guru disarankan memulai
pembelajaran dari apa yang menurut siswa hal yang biasa, hal yang sudah
diketahui oleh siswa. Selanjutnya, perlu diupayakan terjadinya situasi konflik
pada struktur
kognitif siswa.
b. Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Vygotsky lebih mementingkan bahwa belajar menekankan
interaksi dengan orang lain. Vygotsky berpendapat perkembangan kognitif
terbatas dalam rentang kecil pada setiap usia dan interaksi sosial dengan
orang-orang yang lebih berpengalaman diperlukan untuk menemukan “zona
perkembangan terdekat” yang dikenal dengan ZPD (Zone of Proximal Development).
Teori Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama.
Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya dari sudut konteks
historis dan budaya yang dialami anak-anak. Kedua, perkembangan bergantung pada
sistem tanda yang ada bersama masing-masing orang ketika mereka tumbuh. Teory
Vygotky dikenal dengan teori perkembangan sosiokultural.
Tingkatan pengetahuan
atau pengetahuan berjenjang ini oleh Vygotskian disebutnya sebagai scaffolding. Scaffolding, berarti
memberikan kepada seorang individu sejumlah besar bantuan secara bertahap
selama tahap- tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut
dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri.
Sumbangan
penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran
sosiakultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek
internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan
sosial pembelajaran.
Penerapan
teori Vygotsky sangat mendukung pengembangan pendidikan kewarganegaan sekaligus
untuk mengembangkan kehidupan yang demokratis. Menuruc Udin S Winataputra
(2007), warga negara yang demokratis tidak dilahirkan, melainkan diciptakan
dalam proses sosialisasi.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme
Prinsip-prinsip pembelajaran sebagai implikasi dari teori
konstruktivis dari Piaget adalah:
- Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaan merupakan interpretasi individual siswa terhadap pengalaman yang dialaminya (Meaning as internally constructed).
- Pembentukan makna merupakan proses negosiasi antara individual siswa dengan pengalamannya (Learning and teaching as negotiated construction of meaning)
- Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar kepada pembelajar, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan pembelajar membangun sendiri pengetahuannya.
- Mengajar berarti berpartisipasi dengan pembelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi
- Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing individual siswa.
- Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, bila konsep baru yang diterima dapat dikaitkan/dihubungkan (proposisi) dengan pengalaman yang dimiliki siswa.
- Interaksi sosial itu penting, pengetahuan dibangun dengan melibatkan orang lain akan menjadi lebih baik.
- Perkembangan manusia terjadi melalui alat-alat cultural (bahasa, simbol) yang diteruskan dari orang ke orang.
- Zona perkembangan proksimal adalah perbedaan antara apa yang dapat dilakukan sendiri (kemampuan actual) dan apa yang dapat dilakukan dengan bantuan orang yang lebih dewasa (kemampuan potensial).
4. TEORI BELAJAR ALIRAN HUMANISME
Humanisme
memandang bahwa belajar adalah usaha untuk memanusiakan manusia.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada dalam
diri mereka.
a. Teori dari Arthur Combs
Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu.
Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa
mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya Sehingga
yang penting adalah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti/makna bagi
pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.
b. Teori dari Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri
individu ada dua hal, yaitu suatu usaha yang positif untuk berkembang dan
kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Hirarki kebutuhan Maslow, sebagai berikut: 1) kebutuhan
fisik, 2) kebutuhan akan rasa aman dan tenteram (Safety Needs), 3)
kebutuhan untuk dicintai dan disayangi (Belongingness
Needs), 4) kebutuhan harga diri secara
penuh ( Esteem Needs), 5) butuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs).
c. Teori dari Carl Rogers
Carl
Rogers (dalam Suranto, 2015) membedakan dua tipe belajar, yaitu: Kognitif
(kebermaknaan) dan experiential (
pengalaman atau signifikansi).
Experiential
Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experiential
learning mencakup: keterlibatan siswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada siswa.
Menurut Rogers (2002) yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
- Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
- Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
- Pengorganisasian bahan pembelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
- Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Ciri- ciri guru yang fasilitatif adalah merespon perasaan siswa,
menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang,
berdialog dan berdiskusi dengan siswa,
menghargai siswa, kesesuaian antara perilaku dan perbuatan, menyesuaikan isi
kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari
siswa), tersenyum pada siswa.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Humanistik
Prinsip pembelajaran humanistik sebagai berikut:
- Pembelajaran hendaknya berfokus pada upaya untuk memahami cara manusia menciptakan perasaan, sikap dan nilai-nilai.
- Pembelajaran hendaknya bertemakan upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar, terutama aspek afektif seperti emosi, perasaan, sikap, nilai dan moral.
- Pembelajaran hendaknya menumbuhkan harga diri dan keyakinan.
- Pembelajaran hendaknya berfokus pada kebutuhan dan minat siswa.
- Sekolah harus menyesuaikan diri menurut kebutuhan anak, bukan anak yang menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
- Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
- Guru sebagai fasilitator hendaknya membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
- Guru harus mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
- Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
- Guru menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
- Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelas, guru mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
- Guru harus mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
- Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, guru harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Klik juga artikel lainnya:
Baca juga: LATIHAN POST TEST KELAS BAWAH KK A PLUS ONLINE
Baca juga: LATIHAN ONLINE PKB MODUL B BAGIAN KE-2
Baca juga: Download Latihan Post Test PKB KKA Profesional
Baca juga: DOWNLOAD PROTA REVISI KELAS 5 SD
Baca juga: Download Contoh RPP REVISI 2017
Baca juga : DOWNLOAD RPP KELAS 5 SD/MI REVISI 2017
Baca juga: CEK NUPTK
No comments:
Post a Comment